Temu Pendidik Nusantara XII

Select Language

Temang Ta’ dalam Menumbuhkan Budaya Positif Murid

Praktik baik Sebelum Direvisi

[revisi_terbaru]

Elaborasi Praktik Baik

Beberapa tahun silam telah terjadi pandemi covid-19 yang mengharuskan kegiatan pembelajaran dilakukan melalui daring. Saat pemerintah telah mengizinkan untuk melaksanakan pembelajaran tatap muka terbatas, terlihat perubahan pada karakter murid-murid. Hal ini dapat dilihat dalam keseharian murid di sekolah dengan hal-hal kecil seperti jika mereka membutuhkan bantuan tak jarang hanya langsung mengambil barang temannya. Tentu saja dengan hal tersebut terkadang kelas menjadi gaduh karena murid yang diambil barangnya berteriak tak terima perlakuan temannya. Alih-alih murid yang mengambil barang tersebut meminta maaf justru kadang melemparkan barang yang diambilnya atau ada juga yang marah sambil mengejek temannya. Ada juga murid yang jika mereka lewat didepan orang lain seperti didepan bapak ibu guru, orang yang lebih tua, maupun teman-temannya, mereka hanya langsung lewat tanpa mengucapkan permisi. Ternyata setelah pandemi tersebut, terjadi dampak yang besar terhadap karakter murid. Tentunya hal ini menjadi perhatian khusus bagi saya untuk memberikan hal-hal yang dapat mengubah kebiasaan yang kurang baik tersebut. Tujuan saya sebagai guru adalah dapat menuntun murid menerapkan budaya positif dimulai dari menerapkan secara bertahap Temang Ta’ di lingkungan kelas. Setelah beberapa lama diterapkan di kelas, maka mengajak semua wali kelas berkolaborasi untuk menerapkan juga di kelasnya dan secara umum di lingkungan sekolah.

Temang Ta’  merupakan salah satu budaya positif yang dapat diterapkan di lingkungan sekolah yang berasal dari akronim TErima kasih, MAaf, toloNG, dan TAbe’ (permisi). Dalam pemilihan nama yang digunakan dimaksudkan untuk memudahkan bagi murid selalu mengingat dalam menerapkannya dikeseharian mereka. Hal ini juga berdasarkan pertimbangan tentang kearifan lokal yang ada di Sulawesi Selatan khususnya kota Makassar. Temang Ta’ terus diterapkan di lingkungan sekolah karena masih perlu pengoptimalan dalam penerapannya bagi murid dan semua warga sekolah pada umumnya.

Sebagai guru kelas yang dipercayakan untuk memegang kelas I sekolah dasar, tentu menghadapi berbagai tantangan dalam menerapkan temang ta’. Murid kelas I merupakan kelas yang membutuhkan kesabaran yang lebih dalam membimbing dan menuntun untuk menerapkan kebiasaan positif dalam kesehariannya. Murid sekolah dasar terutama kelas I merupakan anak yang senang meniru hal-hal yang ada di sekitarnya baik di lingkungan sekolah maupun di luar sekolah terlebih di sekitar tempat tinggalnya. Hal ini juga menjadi tantangan tersendiri bagi saya, karena murid-murid sudah terbiasa mendengarkan dan melihat cara berprilaku di lingkungan rumah dan sekitarnya.

Tak jarang pula ada beberapa orang tua atau wali murid yang secara tidak langsung memberikan contoh yang kurang baik, sehingga anak juga tak jarang meniru hal-hal yang mereka lihat disekelilingnya dan menerapkan juga di lingkungan sekolah. Salah satu contohnya yang pernah saya saksikan di lingkungan sekolah, ada orang tua murid hendak menjemput anaknya di depan kelas dan berkomunikasi yang kurang baik sebagai figure orang tua dan terlebih berada di lingkungan sekolah saat itu. Dari rekan sejawat juga terkadang masih ada yang kurang dalam berkolaborasi untuk menerapkan program yang ada di sekolah dan biasanya semangat diawal dan secara berkelanjutan masih perlu ditingkatkan.

Hal pertama yang saya lakukan sebagai langkah awal adalah mengajak kepala sekolah sebagai pimpinan dan rekan sejawat untuk berkoordinasi dan berdiskusi terkait penurunan karakter yang terjadi pasca pandemi covid-19. Kemudian kami sepakat memberikan pembiasaan tentang budaya positif di lingkungan sekolah dengan menerapkan dan membiasakan mengucapkan kata terima kasih jika telah diberikan hadiah oleh orang lain atau telah dibantu, mengucapkan kata maaf jika tidak sengaja berbuat kesalahan, mengucapkan kata tolong jika membutuhkan bantuan, dan mengucapkan kata tabe’ (permisi) jika hendak lewat di depan orang lain. Untuk memudahkan dalam mengingat empat kata ajaib tersebut, maka kami sepakat menggunakan kata Temang Ta’ sebagai akronim dari terima kasih, maaf, tolong, dan tabe’.

Selanjutnya, temang ta’ ini saya perkenalkan dan masukkan di dalam keyakinan kelas yang saya buat bersama dengan murid di kelas I sesuai kesepakatan bersama. Mereka sangat antusias dalam membuat keyakinan kelas yang dilakukan secara bersama, dimana mereka dilibatkan dalam merumuskan keyakinan kelas secara langsung.

“Anak-anak, hari ini kita akan membuat sebuah keyakinan kelas yang nantinya menjadi acuan kita untuk melakukan hal-hal baik di dalam kelas yah.” Ucapku sambil mempersiapkan post it untuk dibagikan kepada setiap murid.

“Bu guru, ibu guru, keyakinan kelas itu apa?” kata salah satu murid.

“Anak-anak hebat, keyakinan kelas itu adalah hal-hal baik dan positif tentang perilaku atau tindakan yang dapat kita lakukan dan semua anggota kelas kita menyetujuinya.” jawabku kepada mereka sambil tersenyum.

“oh, begitu yah bu.” Kata mereka dengan wajah antusias dan penasaran.

Kemudian, saya membagikan kepada setiap murid post it. Saya memberikan arahan kepada murid-murid untuk menuliskan hal-hal yang dapat dilakukan di kelas dan menempelkannya di depan kelas. Setelah semua selesai menempelkan, saya membaca satu persatu dan mengajak murid-murid berdiskusi tentang apa yang telah mereka tuliskan untuk merumuskan menjadi keyakinan kelas dan disepakati bersama salah satunya membiasakan mengucapkan temang ta’.

Adanya keyakinan kelas yang telah dibuat, memudahkan untuk selalu mengingatkan mereka dan mendampingi untuk menerapkan temang ta’ dalam keseharian mereka di kelas dan di luar kelas. Salah satu contoh ketika proses pembelajaran sedang berlangsung dan mereka mengerjakan tugas. Salah satu murid di kelas hendak meminjam penghapus kepada temannya, namun lupa untuk mengucapkan kata tolong dan saat itu saya berada di dekatnya. Saya langsung mengingatkan kepada murid tersebut untuk mengucapkan kata tolong dan setelah di tolong mengucapkan kata terima kasih. Setelah mengingatkan secara individu, saya juga mengingatkan secara klasikal agar murid-murid lainnya terbiasa untuk menerapkan temang ta’.

Beberapa lama telah menerapkan temang ta’ di lingkungan kelas saya, selanjutnya mengajak berkolaborasi semua wali kelas untuk ikut mensosialisasikannya di kelas masing-masing. Saya juga mengajak berkolaborasi semua guru mata pelajaran untuk terus mengingatkan kepada murid untuk selalu menerapkan temang ta’ baik di lingkungan kelas maupun di lingkungan sekolah saat proses pembelajaran dimata pelajarannya. Tentunya sebagai guru, saya mengajak semua rekan guru dan tenaga kependidikan maupun warga sekolah untuk memberikan contoh yang baik dalam menerapkan temang ta’ ini. Karena sebagaimana kita ketahui bahwa murid sekolah dasar sangat pandai dalam meniru hal-hal yang mereka lihat disekelilingnya seperti perilaku gurunya di sekolah.

Dalam berbagai kesempatan temang ta’ ini terus disosialisasikan dan diingatkan kepada warga sekolah untuk diterapkan menjadi kebiasaan positif. Seperti saat setelah kegiatan sabtu sehat, kepala sekolah ataupun rekan guru lainnya memberikan arahan untuk selalu membiasakan hal-hal baik seperti temang ta’ ini. Selain itu, kami juga terus mengingatkan kepada murid untuk menerapkan temang ta’ pada kegiatan pelaksanaan jumat berkah, upacara bendera setiap hari senin dan berbagai kegiatan lainnya agar mereka lebih terbiasa lagi untuk menerapkan hingga menjadi sebuah kebiasaan yang baik bagi mereka. Kami juga mengajak para orang tua atau wali murid dalam membimbing hingga memberikan contoh yang baik kepada anak-anaknya dalam menerapkan temang ta’ di lingkungan rumahnya. Alhamdulillah mendapatkan respon yang sangat baik kepada semua warga sekolah dan juga orang tua/wali murid.

Saya mendapatkan banyak pelajaran saat menerapkan temang ta’ ini sebagai salah satu budaya positif di sekolah. Seperti pentingnya koordinasi dan komunikasi kepada semua stakeholder terkait. Tidak hanya itu, berkolaborasi juga sangat penting dalam melakukan setiap hal positif yang dilakukan di lingkungan sekolah, baik kolaborasi yang terjalin bersama kepala sekolah, rekan sejawat, tenaga kependidikan, orang tua murid, dan lainya.

Pelajaran lain yang saya dapatkan juga bahwa hal baik yang diterapkan dari awal sampai dengan menjadi kebiasaan bahkan membudaya bagi murid, tentunya perlu role model dalam menerapkannya. Untuk itu, pentingnya bagi warga sekolah dalam memberikan contoh perilaku yang positif kepada murid sehingga dapat menciptakan lingkungan belajar yang positif, aman, nyaman, dan menyenangkan. Sehingga murid merasa senang untuk berada di sekolah dan mengikuti berbagai kegiatan pembelajaran maupun kegiatan lainnya diluar pembelajaran di kelas.

Dalam penerapan temang ta’ ini, tentunya belum secara keseluruhan dapat membiasakan bagi murid, namun dilakukan secara bertahap. Kedepannya perlu lebih mengembangkan komunikasi dan kolaborasi kepada semua stakeholder terkait untuk lebih mengoptimalkan penerapan temang ta’ di lingkungan sekolah dan dapat pula diterapkan di luar lingkungan sekolah. Ketika murid telah terbiasa untuk menuturkan dan melakukan temang ta’ ini dalam kehidupan sehari-harinya, maka dapat menumbuhkan karakter pelajar Pancasila yang berakhlak mulia.

Adapun umpan balik dari murid di kelas saya setelah menerapkan temang ta’ ini saat berbincang santai diakhir pembelajaran dan disela-sela waktu istirahatnya, mereka menyampaikan sangat senang karena dengan membiasakan menerapkan temang ta’ mereka dapat saling menghargai. Hal ini ditandai dalam keseharian di sekolah baik di dalam kelas maupun di luar kelas, mereka saling mengingatkan juga jika ada diantara temannya lupa menerapkannya.

Jika Anda mengalami kendala dalam scrolling, scroll di luar dari area Live Chat yang berwarna hitam.