Dasar dalam belajar kitab adalah murid mampu menulis dan membaca tulisan Arab Pegon dengan baik.
Dasar dalam belajar kitab adalah murid mampu menulis dan membaca tulisan Arab Pegon dengan baik.
STRATEGI PEMBELAJARAN BACA TULIS ARAB PEGON
Syakirotun Ni’mah
Guru Mts Ihyaul Ulum Wedarijaksa Pati
Menjadi guru kelas 7 Mts tidaklah bisa dikatakan mudah, karena murid-murid datang dari berbagai lulusan SD/MI yang berbeda-beda. Hal itu membuat saya harus memahami karakter setiap murid. Apalagi mata pelajaran yang saya ajarkan adalah Tajwid, Tafsir dan Tauhid. Kesemua itu merupakan pelajaran kitab berbahasa Arab dan maknani menggunakan tulisan Arab pegon.
Berangkat dari beberapa mata pelajaran yang saya ajarkan tersebut, saya mempunyai harapan kepada murid-murid saya agar mereka bisa membaca dan menulis Arab pegon. Karena hal itu akan menjadi dasar kita dalam belajar kitab. Akan tetapi, karena mereka lulus dari berbagai sekolah dasar yang berbeda-beda, secara otomatis tidak semuanya bisa membaca tulisan Arab dengan baik. Ada yang sudah bisa membaca tulisan Arab dengan benar, ada juga yang bahkan huruf Hijaiyyah saja masih terbolak balik hurufnya. Hal itu menjadi tantangan terbesar bagi saya sebagai guru kitab di kelas 7 Mts.
Pada pertemuan pertama, saya mengajak mereka satu per satu membaca al-Qur’an, sebagai sarana bagi saya untuk mengetahui seberapa kemampuan mereka dalam membaca tulisan Arab. sehingga akan lebih mudah bagi saya untuk memahami tiap-tiap kemampuan dari murid saya.
Karena memang semua pelajarannya Arab dan maknani menggunakan tulisan Arab pegon, saya ajak mereka untuk memahami konsep membaca dan menulis pegon. Beberapa murid ada yang langsung bisa memahami dengan baik, ada juga yang masih belum faham dan kebingungan dengan yang namanya Arab pegon.
Akhirnya saya menemukan cara yang bisa memantik mereka untuk belajar membaca dan menulis pegon. Misalkan pada pelajaran Tafsir, saya tuliskan ayat al-Qur’an beserta makna pegonnya di papan tulis. Kemudian saya minta mereka untuk menulis di buku masing-masing seperti apa yang saya tulis. Setelah itu, saya meminta kepada mereka untuk maju bergantian menulis menggunakan tulisan latin di bawah makna pegon saya. Hal ini secara tidak langsung mereka telah belajar membaca tulisan Arab pegon.
Ternyata, aksi yang saya lakukan disambut baik oleh murid-murid saya. Mereka antusias maju dengan sendirinya tanpa saya minta. Akan tetapi, dari situ ternyata ada lagi tantangan yang datang. Karena makna pegon yang saya tulis terkadang tidak memenuhi jumlah satu kelas (satu kelas terdiri dari 25-28 anak), otomatis yang maju hampir sama setiap harinya. Akhirnya saya meminta persetujuan mereka untuk maju sesuai jumlah makna yang saya tuliskan. Misalkan ada sebanyak 20 makna pegon, saya memberi tawaran kepada mereka dengan 10 makna untuk laki-laki, dan 10 makna untuk perempuan. Mereka dengan percaya diri bilang “Saya, Bu” sambil bersahutan. Rasa haru melihat semangat yang menggebu dari murid-murid saya. Terimakasih.
Dasar dalam belajar kitab adalah murid mampu menulis dan membaca tulisan Arab Pegon dengan baik.
STRATEGI PEMBELAJARAN BACA TULIS ARAB PEGON
Syakirotun Ni’mah
Guru Mts Ihyaul Ulum Wedarijaksa Pati
Menjadi guru kelas 7 Mts tidaklah bisa dikatakan mudah, karena murid-murid datang dari berbagai lulusan SD/MI yang berbeda-beda. Hal itu membuat saya harus memahami karakter setiap murid. Apalagi mata pelajaran yang saya ajarkan adalah Tajwid, Tafsir dan Tauhid. Kesemua itu merupakan pelajaran kitab berbahasa Arab dan maknani menggunakan tulisan Arab pegon.
Berangkat dari beberapa mata pelajaran yang saya ajarkan tersebut, saya mempunyai harapan kepada murid-murid saya agar mereka bisa membaca dan menulis Arab pegon. Karena hal itu akan menjadi dasar kita dalam belajar kitab. Akan tetapi, karena mereka lulus dari berbagai sekolah dasar yang berbeda-beda, secara otomatis tidak semuanya bisa membaca tulisan Arab dengan baik. Ada yang sudah bisa membaca tulisan Arab dengan benar, ada juga yang bahkan huruf Hijaiyyah saja masih terbolak balik hurufnya. Hal itu menjadi tantangan terbesar bagi saya sebagai guru kitab di kelas 7 Mts.
Pada pertemuan pertama, saya mengajak mereka satu per satu membaca al-Qur’an, sebagai sarana bagi saya untuk mengetahui seberapa kemampuan mereka dalam membaca tulisan Arab. sehingga akan lebih mudah bagi saya untuk memahami tiap-tiap kemampuan dari murid saya.
Karena memang semua pelajarannya Arab dan maknani menggunakan tulisan Arab pegon, saya ajak mereka untuk memahami konsep membaca dan menulis pegon. Beberapa murid ada yang langsung bisa memahami dengan baik, ada juga yang masih belum faham dan kebingungan dengan yang namanya Arab pegon.
Akhirnya saya menemukan cara yang bisa memantik mereka untuk belajar membaca dan menulis pegon. Misalkan pada pelajaran Tafsir, saya tuliskan ayat al-Qur’an beserta makna pegonnya di papan tulis. Kemudian saya minta mereka untuk menulis di buku masing-masing seperti apa yang saya tulis. Setelah itu, saya meminta kepada mereka untuk maju bergantian menulis menggunakan tulisan latin di bawah makna pegon saya. Hal ini secara tidak langsung mereka telah belajar membaca tulisan Arab pegon.
Ternyata, aksi yang saya lakukan disambut baik oleh murid-murid saya. Mereka antusias maju dengan sendirinya tanpa saya minta. Akan tetapi, dari situ ternyata ada lagi tantangan yang datang. Karena makna pegon yang saya tulis terkadang tidak memenuhi jumlah satu kelas (satu kelas terdiri dari 25-28 anak), otomatis yang maju hampir sama setiap harinya. Akhirnya saya meminta persetujuan mereka untuk maju sesuai jumlah makna yang saya tuliskan. Misalkan ada sebanyak 20 makna pegon, saya memberi tawaran kepada mereka dengan 10 makna untuk laki-laki, dan 10 makna untuk perempuan. Mereka dengan percaya diri bilang “Saya, Bu” sambil bersahutan. Rasa haru melihat semangat yang menggebu dari murid-murid saya. Terimakasih.
Praktik baik Sebelum Direvisi
Elaborasi Praktik Baik
STRATEGI PEMBELAJARAN BACA TULIS ARAB PEGON
Syakirotun Ni’mah
Guru Mts Ihyaul Ulum Wedarijaksa Pati
Menjadi guru kelas 7 Mts tidaklah bisa dikatakan mudah, karena murid-murid datang dari berbagai lulusan SD/MI yang berbeda-beda. Hal itu membuat saya harus memahami karakter setiap murid. Apalagi mata pelajaran yang saya ajarkan adalah Tajwid, Tafsir dan Tauhid. Kesemua itu merupakan pelajaran kitab berbahasa Arab dan maknani menggunakan tulisan Arab pegon.
Berangkat dari beberapa mata pelajaran yang saya ajarkan tersebut, saya mempunyai harapan kepada murid-murid saya agar mereka bisa membaca dan menulis Arab pegon. Karena hal itu akan menjadi dasar kita dalam belajar kitab. Akan tetapi, karena mereka lulus dari berbagai sekolah dasar yang berbeda-beda, secara otomatis tidak semuanya bisa membaca tulisan Arab dengan baik. Ada yang sudah bisa membaca tulisan Arab dengan benar, ada juga yang bahkan huruf Hijaiyyah saja masih terbolak balik hurufnya. Hal itu menjadi tantangan terbesar bagi saya sebagai guru kitab di kelas 7 Mts.
Pada pertemuan pertama, saya mengajak mereka satu per satu membaca al-Qur’an, sebagai sarana bagi saya untuk mengetahui seberapa kemampuan mereka dalam membaca tulisan Arab. sehingga akan lebih mudah bagi saya untuk memahami tiap-tiap kemampuan dari murid saya.
Karena memang semua pelajarannya Arab dan maknani menggunakan tulisan Arab pegon, saya ajak mereka untuk memahami konsep membaca dan menulis pegon. Beberapa murid ada yang langsung bisa memahami dengan baik, ada juga yang masih belum faham dan kebingungan dengan yang namanya Arab pegon.
Akhirnya saya menemukan cara yang bisa memantik mereka untuk belajar membaca dan menulis pegon. Misalkan pada pelajaran Tafsir, saya tuliskan ayat al-Qur’an beserta makna pegonnya di papan tulis. Kemudian saya minta mereka untuk menulis di buku masing-masing seperti apa yang saya tulis. Setelah itu, saya meminta kepada mereka untuk maju bergantian menulis menggunakan tulisan latin di bawah makna pegon saya. Hal ini secara tidak langsung mereka telah belajar membaca tulisan Arab pegon.
Ternyata, aksi yang saya lakukan disambut baik oleh murid-murid saya. Mereka antusias maju dengan sendirinya tanpa saya minta. Akan tetapi, dari situ ternyata ada lagi tantangan yang datang. Karena makna pegon yang saya tulis terkadang tidak memenuhi jumlah satu kelas (satu kelas terdiri dari 25-28 anak), otomatis yang maju hampir sama setiap harinya. Akhirnya saya meminta persetujuan mereka untuk maju sesuai jumlah makna yang saya tuliskan. Misalkan ada sebanyak 20 makna pegon, saya memberi tawaran kepada mereka dengan 10 makna untuk laki-laki, dan 10 makna untuk perempuan. Mereka dengan percaya diri bilang “Saya, Bu” sambil bersahutan. Rasa haru melihat semangat yang menggebu dari murid-murid saya. Terimakasih.
Jika Anda mengalami kendala dalam scrolling, scroll di luar dari area Live Chat yang berwarna hitam.