SANA, SINI, SENANG
“Peningkatan Kompetensi Profesional Guru menuju Terwujudnya Pembelajaran Kreatif, Inovatif dan Menyenangkan di SMA Negeri 6 Wajo”
Kepercayaan diri bagi anak harus ditumbuhkan sejak dini, karena kepercayaan diri sangat dibutuhkan dalam kehidupan anak sebagai bekal menghadapi setiap tantangan serta problematika dalam kehidupannya. Kepercayaan diri yang tinggi akan menjadikan anak sebagai sosok yang memiliki fleksibilitas yang tinggi, bersikap positif, tidak ragu dalam bertindak dan mengambil keputusan yang tepat untuk dirinya, serta mampu mengambil langkah-langkah yang pasti dalam kehidupannya.
Ketika pertama kali ditugaskan selaku Kepala SMA Negeri 6 Wajo pada awal Pebruari 2023, saya melihat adanya gejala kurangnya rasa percaya diri siswa di sekolah tersebut. Terlihat ketika diadakan suatu kegiatan di mana siswa diminta untuk menyampaikan pendapat, ide dan gagasannya, mereka terlihat memgalami masalah dalam berkomunikasi, seperti kesulitan berbicara di depan umum, serta gugup dalam menyampaikan idenya.
Gambaran kurangnya rasa percaya diri siswa khususnya dalam hal berkomunikasi, dijadikan agenda pembahasan Kepala Sekolah dan unsur pimpinan (wakasek), kemudian dibawa ke pertemuan dengan dewan guru. Dalam pertemuan diperoleh informasi bahwa pada umumnya guru masih menerapkan pembelajaran konvesional dan monoton, guru kurang termotivasi untuk mengembangkan berbagai variasi dalam pembelajaran, seperti kurangnya penggunaan berbagai jenis model pembelajaran, media, serta desain pembelajaran kreatif dan inovatif. Informasi para guru ini kemudian disinkronkan dengan Rapor Pendidikan yang menunjukkan data bahwa (1) Metode Pembelajaran (praktik pembelajaran interkatif yang sesuai dengan tujuan pembelajaran dan karakteristik siswa, capaian 54,64 %; (2) refleksi dan perbaikan pembelajaran oleh guru (tingkat aktivitas refleksi dan perbaikan praktik pembelajaran yang dilakukan guru 52, 43 %; (3) aktivitas belajar guru yang bertujuan meningkatkan pengetahuan dan keterampilan mengajar capaian 50,31 %; (4) penerapan praktik inovatif (inovasi pembelajaran berdasarkan refleksi yang dilakukan guru capaian 54, 59 %. Berdasarkan data ini menunjukkan bahwa pembelajaran yang dilakukan oleh guru masih jauh dari kondisi ideal menurut analisis Rapor Pendidikan.
Berdasarkan data dan informasi terkait kurangnya variasi guru dalam pembelajaran serta data Rapor Pendidikan, merupakan tantangan bagi segenap civitas SMA Negeri 6 Wajo untuk segera melakukan langkah-langkah nyata dalam mengoptimalkan pembelajaran di kelas. Karena pengembangan berbagai variasi dalam pembelajaran, tidak saja akan meningkatkan rasa percaya diri siswa melalui proses keterlibatan dan keaktifan dalam pembelajaran, juga mengembangkan pembelajaran yang berpihak kepada siswa, serta memotivasi siswa menjadi kreatif, inovatif dan menyenangkan.
Oleh karena itu, Kepala Sekolah, wakasek dan dewan guru memutuskan untuk dilakukan kegiatan peningkatan kompetensi profesional guru melalui In House Training (IHT). Kegiatan ini diharapkan dapat mengfasilitasi pengembangan profesional guru dalam bentuk pemberian pelatihan yang relevan dan bermanfaat bagi, serta membantu mereka meningkatkan keterampilan dan pengetahuan mereka.
Pada awalnya IHT direncanakan hanya bertempat di lokasi sekolah. Namun pengelola SMA Negeri 6 Wajo mengalami kesulitan dalam menghadirkan pemateri yang dinilai mampu menyajikan materi yang dibutuhkan guru, serta dapat memberikan solusi terhadap berbagai kesulitan yang dialami oleh guru dalam pembelajaran. Oleh karena itu, kegiatan IHT dilaksanakan di lokasi sekolah dan di BBGP Makassar. Meskipun kedua lokasi berjarak sangat jauh (276 Km), namun pengelola SMA Negeri 6 Wajo tetap melaksanakan kegiatan dengan skema 2 lokasi, dengan mempertimbangkan upaya mendekatkan peserta (guru) ke domisili pemateri (Makassar), untuk mengoptimalkan pencapaian tujuan pelatihan yang berbasis pada kebutuhan guru.
IHT yang dilaksanakan di lokasi SMA Negeri 6 Wajo berlangsung pada tanggl 14 dan 15 Juni 2023. Materi yang disajikan antara lain : (1) Refleksi pembelajaran paradigma baru; (2) Pemahaman capaian pembelajaran; (3) Menyusun TP dan ATP; (4) Menyusun modul ajar; (5) Asesmen Pembelajaran; (6) Merancang Modul P5 dan Pengorganisasian P5; (7) Berbagi Praktik Baik di PMM. Ketujuh materi disajikan langsung oleh guru-guru SMA Negeri 6 Wajo.Sementara jumlah guru sebegai peserta adalah 30 orang, diutamakan dari guru-guru yang mengalami kesulitan membelajarkan murid secara bervariasi.
Setelah berlangsung selama dua hari di lokasi sekolah, IHT kemudian dilanjutkan di BBGP Makassar selama tiga hari (22 – 24 Juni 2023). IHT di Makassar diawali dengan pembukaan langsung kepala BBGP bapak Dr. Arman Agung, M.Pd. Sedangkan materi-materi yang disajikan antara lain (1) Penguatan Implementasi Kurikulum Merdeka oleh Drs. Muhammad Tawakkal; (2) Profil dan Model Kompetensi Guru untuk mendorong percepatan transformasi pendidikan dalam kebijakan merdeka belajar oleh fasilitator SP, Pratiwi Ramlan, S. Farm., Apt., M.AP; (3) Desain Pembelajaran dan Pengelolaan Kelas yang Berpihak Pada Murid oleh Dr. Sulihin Mustafa; (4) Prinsip dan Pengolahan Hasil Asesmen serta Model Penyelesaian Masalah Kasuistik dalam Penerapan Kurikulum Merdeka dibawakan oleh Dr. H. Muhammad Asrar.
Nilai positif IHT adalah terlaksananya kolaborasi dan pertukaran pengetahuan guru yang berlangsung dalam suasana gembira dan menyenangkan. Mereka mengikuti kegiatan dari awal hingga akhir dengan penuh semangat dan antusias. Hal ini menunjukkan bahwa IHT telah memberikan pencerahan dan memotivasi para guru untuk meningkatkan kompetensinya khususnya pengembangan berbagai variasi dalam pembelajaran.
Upaya peningkatan kompetensi guru melalui IHT kini mulai terlihat hasilnya, antara lain guru yang mengembangkan berbagai variasi dalam pembelajaran semakin bertambah banyak jumlahnya. Semakin banyak guru yang termotivasi untuk menggunakan berbagai jenis model dan media pembelajaran. Guru semakin bersemangat untuk mendesain pembelajaran yang kreatif dan menyenangkan. Hal ini sangat berpengaruh positif terhadap meningkatnya kepercayaan diri siswa. Keterlibatan siswa dalam pembelajaran semakin meningkat. Siswa semakin terampil berkomunikasi yang efektif, baik dalam dalam kelas maupun forum diskusi lainnya. Keberanian siswa dalam mengemukakan ide dan pendapat baik dalam pembelajaran kelas maupun di lingkungan sosial semakin meningkat.