Pada awal bulan mei tahun 2022, SMK PGRI Amlapura telah kehilangan delapan (8) guru yang diakibatkan oleh status lolos seleksi PPPK. Situasi demikian membuat situasi dan kondisi sekolah menjadi rumit lebih-lebih dihadapkan dengan situasi untuk menyambut Implementasi Kurikulum Merdeka (IKM) di tahun ajaran baru, yakni tahun ajaran 2022/2023. Kehilangan guru yang telah berkompeten secara tidak langsung telah memunculkan keresahan karena akan berimbas kepada siswa. Dalam arti lain, siswa tidak lagi memiliki guru yang memang menguasai bidang keahlian yang mampu membantu pengembangan dirinya. Banyak pula siswa yang telah merasa kehilangan hingga bersedih ketika ditinggal oleh gurunya. Di sisi lain, para siswa telah menaruh harapan terhadap makna kemerdekaan belajar yang direncanakan akan diterapkan mulai tahun ajaran 2022/2023. Keadaan demikian, membuat hati nurani penulis tersentuh dan langkah pertama yang dilakukan adalah mengambil peran sebagai pembantu kepala sekolah di bidang kurikulum yang dilanjutkan dengan belajar mandiri tentang kurikulum merdeka melalui Platform Merdeka Mengajar (PMM). Menurut hemat penulis, belajar melalui PMM adalah langkah yang efisien untuk dilakukan guna melakukan sosialisasi atau pengimbasan kepada rekan-rekan guru tentang perubahan paradigma pendidikan yang notabene kebanyakan berstatus fresh graduation. Adapun usaha tersebut dilakukan untuk menumbuhkan motivasi belajar dan mengembalikan harapan siswa terhadap kemerdekaan belajar yang akan diperoleh. Dalam arti lain, siswa kembali memiliki keyakinan bahwa berkat pembelajaran yang diperoleh di SMK PGRI Amlapura, siswa akan mampu meraih cita-cita yang diimpikan untuk terjun ke Dunia Usaha, Industri, dan Kerja (DUDIKA) dan bermasyarakat.
Dalam menjalankan usaha, penulis tentu dihadapkan dengan beberapa tantangan. Tantangan tersebut dapat dirinci sebagai berikut (1) Status para guru yang fresh graduation tentu belum memiliki pengalaman dalam mengajar, apalagi yang bukan berlatar belakang sarjana pendidikan. Hal ini membuat para guru belum memahami tentang administrasi pembelajaran, khususnya tentang perencanaan pembelajaran. Tanpa perencanaan yang matang mustahil proses pembelajaran berjalan lancar dan tujuan pembelajaran tercapai. Para siswa terkesan pesimis terhadap kehadiran guru, meskipun tidak bermaksud untuk menolak kehadiran guru. (2) Minimnya sumber dana yang dimiliki oleh sekolah untuk menyelenggarakan pelatihan secara formal dengan menghadirkan narasumber kepada para guru untuk mengembangkan kualifikasi. Rendahnya kualifikasi guru tentang proses pembelajaran yang berpihak pada murid tentu sejalan dengan minimnya motivasi siswa mengikuti pembelajaran yang diberikan. Hasilnya, para siswa menjadi tidak perduli dan malas hingga melahirkan beragam masalah.
Berdasarkan tantangan yang diuraikan, penulis tentu tidak mau keadaan demikian terjadi berlarut-larut. Aksi yang dilakukan diantaranya (1) aktif belajar secara mandiri melalui Platform Merdeka Mengajar (PMM) hingga menjadi contoh melakukan aksi nyata. Hasilnya, hingga saat ini diperoleh sejumlah 8 sertifikat. Setiap materi yang dipahami, penulis melakukan desiminasi di luar jam pembelajaran kepada rekan guru untuk ikut serta belajar secara mandiri melalui Platform Merdeka Mengajar (PMM). Beragam topik yang disediakan di PMM diyakini dapat membantu rekan guru meningkatkan kualifikasi dalam melakukan pembelajaran kepada siswa. (2) penulis ikut serta dalam kegiatan pendidikan guru penggerak yang diselenggarakan oleh Balai Guru Penggerak (BGP) dibawah naungan Kemendikbudristek. Seluruh materi yang diperoleh oleh saat menjalani pendidikan guru penggerak disampaikan kepada warga sekolah dengan harapan adanya sebuah perubahan ekosistem pendidikan yang diselenggarakan oleh SMK PGRI Amlapura untuk menjamin siswa memperoleh pengetahuan dan mengalami pengetahuannya secara maksimal.
Atas beberapa aksi yang dilakukan penulis meyakini telah mendapatkan pembelajaran bahwa perubahan ekosistem pendidikan bersifat mutlak dan tidak perlu dikhawatirkan, dijadikan beban, bahkan dihindari karena hal demikian juga tidak membuat terlepas dari masalah menjalani profesi sebagai guru. Sebaliknya, untuk terhindar dari masalah, perubahan ekosistem pendidikan seyogyanya disambut, dimaknai, lalu dijalankan untuk memperoleh sisi positifnya. Selain itu, kegiatan belajar pula bukanlah merupakan sebuah hal yang berasal dari motivasi eksternal, seperti kehadiran kepala sekolah atau kehadiran program sertifikasi guru, karena motivasi eksternal hanya akan melahirkan pembelajaran yang bersyarat dan penuh hambatan dengan berbagai alasan seperti, tidak ada media, narasumber, anggaran dan lain-lain. Kegiatan belajar sepatutnya dilahirkan dari motivasi internal atau dalam diri. Motivasi dalam diri tentu akan melahirkan pembelajaran yang bermakna dan usaha yang cerdas dan kecerdasan itu dapat dibuktikan dengan menemukan dan belajar di Platform Merdeka Mengajar (PMM).