Temu Pendidik Nusantara XII

Select Language

“Let them Feel, Let them Fail” dalam Penguatan Karakter Murid

Praktik baik Sebelum Direvisi

[revisi_terbaru]

Elaborasi Praktik Baik

AWAL

Kondisi awal yang saya hadapi dalam praktik ini yaitu sulitnya mendisiplinkan murid dalam mematuhi tata tertib sekolah ataupun kesepakatan kelas. Hampir setiap hari saya mengingatkan murid perihal perkara yang sama, akan tetapi dua atau tiga hari kemudian murid kembali melakukan kesalahan yang sama. Strategi komunikasi persuasif, penyampaian dengan tegas, bahkan tak jarang pemberian hukuman saya lakukan, tetapi perubahannya hanya terlihat sehari dua hari, setelah itu murid kembali melakukan hal yang sama. Setelah dua bulan tidak ada perubahan, saya mencoba strategi yang saya sebut “Let them Feel, Let them Fail” dimana saya menuruti permintaan murid, kemudian membiarkan mereka melakukan hal yang tidak sesuai dengan tata tertib / kesepakatan kelas. Hal ini saya lakukan dengan harapan saat mereka melakukan kesalahan/ pelanggaran yang berulang tanpa ditegur, suatu waktu murid akan menyadari kesalahannya, dan memahami dari alam bawah sadar mereka bahwa hal yang mereka lakukan memang tidak benar. Saat murid dirasa sudah menyadari kesalahan mereka, barulah saya melakukan komunikasi persuasif.

 

TANTANGAN

Membiarkan murid melakukan hal yang salah secara berulang tanpa ditegur tentu saja akan mendatangkan berbagai kontra, baik itu dari orang tua/ wali murid, sesama guru, atau bahkan kepala sekolah. Menjelaskannya pun tentu tidak mudah, terlebih strategi ini awalnya hanya “coba-coba”, strategi yang muncul dari rasa putus asa saya melihat tidak adanya perubahan karakter murid meski segala cara sudah saya praktikkan. Tantangan lainnya yaitu perubahan karakter murid tidak terlihat dalam waktu singkat, karena strategi ini butuh waktu berminggu-minggu bahkan berbulan-bulan untuk melihat hasilnya.

 

AKSI

Strategi “Let them Feel, Let them Fail” yaitu strategi yang membiarkan murid merasakan, dan membiarkan murid melakukan kesalahan untuk kemudian dipahamkan setelah murid menyadari kesalahannya. Membiarkan disini bukan serta merta saya mengabaikan murid, tetapi dengan tetap mengawasi dan memberikan arahan kepada murid.

Strategi ini pertama saya terapkan pada kebiasaan murid yang dimana setiap diberi tugas murid selalu berlomba bahkan sering bertikai untuk berkumpul di meja guru. Berangkat dari hal tersebut, saya membuat kesepakatan dengan murid, bahwa setiap hari Kamis dan Sabtu, mereka bisa mengatur posisi meja dan duduk di tempat yang mereka inginkan. Seminggu berjalan mereka terlihat bahagia karena merasa “dituruti”, minggu kedua muncullah berbagai masalah dan perseteruan antar murid, namun saya tetap membiarkan dan hanya mengawasi mereka. Dan akhirnya di minggu ketiga, beberapa anak mulai sadar dan menyarankan supaya pengaturan meja dan posisi duduk harus diatur dengan baik dan tidak semau murid. Kemudian saya bertanya kepada semua murid, mereka pun sepakat untuk tidak lagi duduk berebut di sekitar meja guru. Disitulah saya memulai menasehati mereka tentang pentingnya pengaturan yang baik di kelas.

Selanjutnya saya terapkan pada kebiasaan murid yang sulit konsentrasi dan sulit mengingat bahkan acuh tak acuh terhadap penyampaian yang disampaikan guru di kelas karena sudah terbiasa dengan penyampaian melalui grup kelas. Sejak munculnya Covid-19, dimana saat itu murid belajar online, dan semua informasi disampaikan pada umumnya melalui chat grup secara online, hal ini yang menurut saya menjadi salah satu faktor yang menghambat kemampuan anak dalam menerima informasi. Saya pun membuat kesepakatan dengan murid bahwa segala hal tentang pembelajaran hanya disampaikan di kelas. Sebulan hingga dua bulan pertama saya melihat murid masih sulit mengingat penyampaian di kelas. Tak jarang pembelajaran harus ditunda berkali kali karena murid lupa membawa buku/ alat dan bahan yang akan digunakan di kelas. Bahkan beberapa kali wali murid menelpon untuk menanyakan tentang tugas yang diberikan. Namun semakin lama, saya melihat kemampuan menerima informasi murid semakin baik, bahkan beberapa kali murid lah yang justru mengingatkan saya tentang pembelajaran sebelumnya.

Setelah melihat keberhasilan dari strategi ini, saya pun mulai menerapkannya pada semua praktik pembelajaran yang menekankan pada penguatan karakter murid.

 

PERUBAHAN

Hasil yang saya dapatkan dari penerapan praktik baik ini yaitu:

  1. Perubahan nyata dari prilaku murid ke arah positif. Meski membutuhkan waktu yang lama, perubahannya sangat memuaskan, murid tidak lagi melakukan pelanggaran, dan guru tidak perlu mengingatkan setiap hari terkait tata tertib/ kesepakatan kelas.
  2. Murid mampu membuat keputusan sendiri dengan lebih percaya diri. Meski tujuan awal dari strategi ini hanya untuk mendisiplinkan murid, namun saya melihat penerapan strategi ini juga berpengaruh positif terhadap kemampuan murid dalam mengambil keputusan.
  3. Murid lebih bijak dalam berbagai hal
  4. Dengan membiarkan murid mencoba yang mereka ingin lakukan, murid lebih ekspresif dan mampu menyampaikan pendapat secara terbuka
  5. Murid lebih terbuka dalam menyikapi “kegagalan” karena seringnya melakukan kesalahan dan menyadari sendiri kesalahannya.

Jika Anda mengalami kendala dalam scrolling, scroll di luar dari area Live Chat yang berwarna hitam.