Temu Pendidik Nusantara XII

Select Language

Integrasi Hyperdoc Diferensiasi dan pembelajaran berbasis projek untuk menumbuhkan perilaku toeransi

Praktik baik Sebelum Direvisi

[revisi_terbaru]

Elaborasi Praktik Baik

AWAL

Menciptakan pembelajaran yang bermakna dan menyenangkan saat ini sangat penting dilakukan oleh setiap pendidik dan perlu menjadi perhatian lebih karena situasi Pendidikan anak didik yang kita hadapi telah berbeda. Dampak dari pandemi telah mengakibatkan learning loss yang sangat memprihatinkan. Menurut The Education and Development Forum (2020), learning loss adalah kondisi di mana peserta didik kehilangan pengetahuan dan keterampilan umum atau khusus, atau terjadinya kemunduran akademik karena kondisi tertentu, seperti adanya kesenjangan yang berkepanjangan atau proses belajar yang tidak berlangsung secara optimal. Learning loss ini bisa terjadi karena adanya keterbatasan ruang komunikasi secara langsung antara peserta didik dan pendidik, terbatasnya komunikasi antar siswa, ataupun karena kehilangan focus karena situasi pembelajaran yang tidak kondusif selama pembelajaran daring (Munawaroh & Nurmalasari, 2021)

Dampak dari learning loss ini memperparah krisis pembelajaran dan meningkatnya kesenjangan pembelajaran yang selama ini tela dialami oleh Indonesia (Merdeka Belajar Episod 15). Dan menurut beberapa penelitian Learning Loss ini menyebabkan peserta didik mengalamai kesulitan dalam memahami pelajaran, memicu stress, hingga gejala depresi yang menyebabkan peserta didik kehilangan motivasi belajar dan penuruan nilai (Tang et.al., 2021)

Menurut Bransetter (2022) Peserta didik yang memiliki beban emosional akan mengalami kesulitan untuk belajar secara efektif karena kecemasan, stress dan gejolak emosi dapat menghambat proses belajar, dan stress yang berlebihan dapat menurunkan kemampuan kognitif, seperti kemampuan memberikan atensi, memecahkan masalah, melakukan analisis dan kemampuan berfikir kritis (Whiting et.al., 2021). Sedangkan happiness (kebahagiaan) ditengarai dapat menigkatkan kemampuan kognintif serta serta koneksi social-emotinal (Bransetter, 2022)

Menciptakan pembelajaran yang bermakna dan menyenangkan saat ini sangat penting dilakukan oleh setiap pendidik dan perlu menjadi perhatian lebih karena situasi Pendidikan anak didik yang kita hadapi telah berbeda. Dampak dari pandemi telah mengakibatkan learning loss yang sangat memprihatinkan. Menurut The Education and Development Forum (2020), learning loss adalah kondisi di mana peserta didik kehilangan pengetahuan dan keterampilan umum atau khusus, atau terjadinya kemunduran akademik karena kondisi tertentu, seperti adanya kesenjangan yang berkepanjangan atau proses belajar yang tidak berlangsung secara optimal. Learning loss ini bisa terjadi karena adanya keterbatasan ruang komunikasi secara langsung antara peserta didik dan pendidik, terbatasnya komunikasi antar siswa, ataupun karena kehilangan focus karena situasi pembelajaran yang tidak kondusif selama pembelajaran daring (Munawaroh & Nurmalasari, 2021)

Dampak dari learning loss ini memperparah krisis pembelajaran dan meningkatnya kesenjangan pembelajaran yang selama ini tela dialami oleh Indonesia (Merdeka Belajar Episod 15). Dan menurut beberapa penelitian Learning Loss ini menyebabkan peserta didik mengalamai kesulitan dalam memahami pelajaran, memicu stress, hingga gejala depresi yang menyebabkan peserta didik kehilangan motivasi belajar dan penuruan nilai (Tang et.al., 2021)

Menurut Bransetter (2022) Peserta didik yang memiliki beban emosional akan mengalami kesulitan untuk belajar secara efektif karena kecemasan, stress dan gejolak emosi dapat menghambat proses belajar, dan stress yang berlebihan dapat menurunkan kemampuan kognitif, seperti kemampuan memberikan atensi, memecahkan masalah, melakukan analisis dan kemampuan berfikir kritis (Whiting et.al., 2021). Sedangkan happiness (kebahagiaan) ditengarai dapat menigkatkan kemampuan kognintif serta serta koneksi social-emotinal (Bransetter, 2022)

TANTANGAN

Maka menjadi tanggung jawab kita bersama sebagai pendidik untuk dapat mengembalikan motivasi belajar peserta didik kita dan bagaimana bisa mengembalikan kepercayaan mereka pada sekolah, bahwa sekolah adalah tempat yang menyenangkan dan penting untuk menyiapkan masa depan mereka. Jika mengajar dengan cara-cara lama tanpa memperhatikan keberagaman tingkat pencapaian peserta didik, tentu akan sulit pembelajaran yang kita laksanakan dapat berhasil. Karena sebagian besar peserta didik kita saat ini dalam kondisi yang tidak siap belajar setelah dua tahun mereka terbiasa belajar tanpa tekanan, tanpa pengawasan yang baik, dan tanpa proses berfikir yang sungguh-sungguh, karena begitu mudahnya akses informasi dan teknologi internet sehingga memberikan banyak kemudahan secara instan termasuk dalam belajar.

Hal lain yang juga patut kita perhatikan adalah kecendrungan peserta didik kita setelah masa pndemi adalah mereka menjadi generasi digital literate. Kemampuan mereka dalam mengakses dan menggunakan tekonologi berkembang dengan sangat cepat. Meskipun sebagian masih belum bisa memanfaatkan kemampuan itu dengan benar. Maka sesuai dengan pemikiran Ki Hajar Dewantara bahwa kita hendaknya mengajar sesuai dengan kodrat zaman peserta didik kita, Maka sudah saatnya kita sebagai pendidik juga turut meningkatkan kompetensi literasi digital kita agar dapat memberikan pengalaman belajar sesuai dengan kebutuhan peserta didik, dan yang lebih penting lagi memberikan pengalaman bagaimana memanfaatkan teknologi secara positif dan berdaya guna.

AKSI

Sebagai langkah awal dalam pembelajaran diferensiasi yang saya lakukan adalah membagikan form yang berisi pertanyaan yg terkait minat murid terhadap seni/ atau hal menarik lainnya yang saya kaitkan dengan materi toleransi. Jika tidak terbiasa menggunkan Google form bisa menggunkan aplikasi lain yang sudah biasa digunakan atau dapat kita tanyakan secara langsung kemudian kita tandai di daftar nama yang kita miliki.

Dari hasil asesmen diagnostik di ketahui 36.1% anak yang suka belajar dengan media video, ada 25% anak yang suka belajar dengan media komik, , ada 25% anak juga yang suka belajar dengan media foto/foto gambar menarik dan ada 13.9 % murid yang suka belajar dengan media cerpen, untuk itu disiapkan bahan ajar materi disesuaikan dengan berbagi jenis minat peserta didik.

Langkah selanjutnya adalah membuat hyperdoc diferensiasi. Hyperdoc adalah Google Document yang dapat didesain sedemikian rupa sesuai dengan kebutuhan pengguna sehingga dalam satu halaman document dapat memuat berbagai macam bahan ajar, lembar kerja siswa maupun link-link lain yang dibutuhkan dalam satu interface sehingga lebih mudah di akses dan menjadikan pembelajaran menjadi lebih menarik dan interaktif. Kelebihan lain dari hyperdoc ini adalah dapat memberikan kesempatan kepada peserta didik belajar sesuai dengan kecepatan mereka sendiri. Dalam hyperdocs materi maupaun lembar tugas tersedia dalam bentuk digital dan dapat diakses dari berbagai macam jenis perangkat.

Hyperdoc dapat kita gunakan secara langsung dengan cara share link di grup whatshaap kelas maupun kita intergrasikan dalam google classroom. Untuk pembelajaran yang saya lakukan, saya mengirimkan link hyperdoc ini di classroom agar memudahkan saya memantau progres belajar peserta didik.

Kelebihan lain dari Hyperdoc diferensiasi ini adalah dapat digunakan dan dimodifikasi oleh siapa saja yang membutuhkan dengan cara klik file kemudian pilih make a copy atau buat Salinan, kemudian disesuaikan dengan jenjang dan materi yang sedang diajarkan. Pada dasarnya aplikasi hyperdoc ini mudah dipelajari dan digunakan akan tetapi Jika memang masih belum mengusai aplikasi ini kita dapat melakasanakan pembelajaran diferensiasi dengan asesmen diagnostik minat belajar secara offline dengan cara mencetak bahan-bahan materi tersebut

Sintak pembelajaran diferensiasi yang saya lakukan adalah sebagai berikut :

1. Kegiatan Pendahuluan

Pada kegiatan Pendahuluan diisi dengan kegiatan penanaman budaya positif, yaitu antara lain berdoa bersama, mengecek kehadiran siswa, apersepsi, dan penguatan kesepakatan kelas yang telah dibuat dan refleksi mulai dari diri sendiri pembelajaran terhdap materi yang akan dipelajari. Kegiatan refleksi di awal pembelajaran dilakukan dengan cara peserta didik diminta menjawab pertanyaan reflektif terkait materi toleransi kemudian menuliskannya di kertas post it. Setelah itu beberapa peserta didik diminta menyampaikan hasil refleksi dirinya secara langsung kepada teman-temannya. Setelah itu semua siswa diminta menempelkannya di di depan kelas untuk sama-sama saling membaca refleksi mlik temannya yang lain. Untuk meningkatkan motivasi belajar, peserta didik diajak untuk membuat yel-yel profil pelajar Pancasila dan penyampaian tujuan pembelajaran yang akan dilakukan.

1. Kegiatan Inti

Pada kegiatan inti peserta didik diminta untuk mengakses hyperdoc yang sudah dibagikan di Google classroom dan mempelajari materi sesuai dengan minat belajar mereka masing-masing, Bagi peserta didik yang suka cerpen mempelajari materi dari cerpen toleransi, yang suka video mempelajari materi dari video, yang menyukai komik mempelajari materi dari komik, yang suka foto/gambar yang menarik mempelajari materi dari kolase foto, dan dan yang suka puisi mempelajari materi dari puisi, setelah itu masing-masing anak menganalisis isi materinya pada pada lembar kerja hyperdoc yang sudah disediakan. Setelah masing-masing selesai mempelajari materi mengerjakan lembar kerja analisis secara mandiri, peserta didik diarahkan untuk berdiskusi dengan teman yang ada disampingnya untuk mendalami materi toleransi dan kemudian mengerjakan tugas review materi dengan menggunakan voice typing yaitu salah satu fitur hyperdoc.

angkah pembelajaran selanjutnya adalah melaksanakan pembelajaran diluar kelas. Yaitu membuat project project komik digital bertema toleransi secara berkelompok, sebagai bentuk refleksi pemahaman mereka terhadap materi toleansi. Alat yang digunakan adalah Handphone dan aplikasi comic life. Setelah diberikan penjelasan bagaimana proses pengambilan gambar dan cara mengeditnya, secara berkelompok peserta didik disilahkan untuk mencari inspirasi dari internet dan membuat alur ceritanya, kemudian berbagi tugas dengan kelompoknya, siapa yang berperan sebagai tokoh ceritanya dan siapa yang menjadi fotgrafernya. Setelah selesai membuat alur cerita peserta didik Bersama kelompoknya disilahkan untuk mencari tempat yang mereka sukai untuk mengambil foto sesuai dengan cerita yang sudah mereka buat. Pada pertemuan berikutnya setelah selesai dengan project komik digital, peserta didik diminta untuk mempresentasikan hasil karyanya dihadapan teman-temannya, yang lain.

1. Kegiatan Penutup

Pembelajaran diakhiri dengan kegiatan refleksi, penguatan dan persiapan kegiatan untuk pertemuan selanjutanya. Kegiatan refleksi diakhir pembelajaran digunakan untuk mengetahui bagaimana perasaan peserta didik setelah mengikuti pembelajaran dengan menggunakan media media hyperdoc diferensiasi dan membuat project komik digital dengan tema toleransi apa yang sudah baik, dan apa yang perlu ditingkatkan lagi. Untuk kegiatan refleksi peserta didik diminta untuk mengisi link padlet

PEMBELAJARAN

  • Dengan memperhatikan Voice, Choice dan ownership Murid kita, maka pembelajaran yang dilaksanakan akan lebih bermakna
  • Kita hidup didunio, dimana tekonologi sudah menjadi bagian dari kehidupan kita sehari-hari, jangan anti pati, tapi mari kita berikan pengalaman yang positif dan produktif sehingga dapat menjadi bekal bagi mereka agar dapat bersaing secara global di masa depan

Jika Anda mengalami kendala dalam scrolling, scroll di luar dari area Live Chat yang berwarna hitam.