untuk menjadi guru yang menjual karya/jasa  di Puncak Temu Pendidik Nusantara XI
Sabtu , 2 November 2024, Pos Bloc Jakarta
Yuk selesaikan Challenge berikut! Dan kumpulkan poinnya
Tiap minggu akan muncul misi baru.
Masing-masing misi bisa dikerjakan kapanpun sebelum tanggal 31 Agustus 2024
Kerjakan sebanyak-banyaknya, agar Anda masuk ke Papan Poin
Bu Sinta adalah seorang guru yang penuh semangat bahkan ketika menghadapi kesulitan. Setiap kesulitan yang ditemui di kelas menjadi sumber inspirasi baginya. Ia memodifikasi dan membuat alat bantu untuk memudahkan mengatasi kesulitan yang dihadapi. Keterampilan Bu Sinta untuk menyelesaikan kesulitan pembelajaran awalnya diketahui guru di sekolahnya, tapi lama-lama tersebar sampai sekolah lain.
Suatu hari, ia mendapat undangan buat mengisi sesi webinar di sekolah lain. Bu Sinta memenuhi undangan itu dengan niat hanya berbagi praktik baik yang telah dilakukan. Karena solusi yang ditawarkan Bu Sinta itu relevan, praktis dan realistis dilakukan, maka banyak peserta webinar yang merasa terbantu.
Setelah webinar lewat beberapa minggu, Bu Sinta berjumpa dengan Bu Ria, teman dekatnya yang selama ini selalu memberikan dukungan. “Menurutku, Bu Sinta sudah saatnya mengembangkan karier protean sebagai guru pelatih,” usul Bu Ria. “Apa itu karier protean sebagai guru pelatih? Bagaimana cara agar bisa menjadi guru pelatih?.” tanya Bu Sinta dengan penuh rasa ingin tahu.
Apakah Anda pernah menyelesaikan tantangan yang dihadapi oleh Bu Sinta?
Bila YA, yuk bantu Bu Sinta, tulislah curhatan hati Anda berdasarkan pengalaman Anda, klik 👉 di sini
Bila TIDAK, apakah Anda ingin mencari solusi tantangan Bu Sinta?. Pelajari Panduan Rencana Aksi, klik 👉 di sini
Pak Totok adalah seorang guru pendiam. Ia tidak banyak bicara di forum dan rapat, kecuali memang sudah jadi tugas atau diminta oleh pimpinan. Meski mulut diam, tapi tulisan Pak Totok banyak bicara. Ia suka menulis status di aplikasi perpesanan maupun di media sosial. Tulisannya banyak disukai karena isinya sambat, keluhan guru tapi tidak berhenti hanya di keluhan. Ada lontaran ide-ide berbeda.Â
Dari tulisan di media sosial, ia diajak menulis di media dan platform yang lain. Tulisannya dimuat di Surat Kabar Guru Belajar hingga di media daring (online). Proses tersebut berjalan 2 tahun lebih sampai kemudian sebuah penerbit kecil menawarkan kesempatan buat Pak Totok untuk menerbitkan tulisan-tulisannya menjadi sebuah buku. Pak Totok ragu buat menerbitkan buku. Ia ingin menulis saja, tidak ingin terkenal. Tapi banyak temannya yang mendukung Pak Totok untuk menjadi penulis. Komentar Pak Totok singkat, “Apa bisa saya jadi penulis?”
Apakah Anda pernah menghadapi tantangan yang dihadapi oleh Pak Totok?
Bila YA, Bila Ya, yuk bantu Pak Totok, tuliskan pengalaman Anda menjadi praktik baik, klik 👉 di sini
Bila TIDAK, apakah Anda ingin mencari solusi dari tantangan Pak Totok?. Pelajari Panduan Rencana Aksi, klik 👉 di sini
Pak Rizqy suka menggambar ketika kecil. Hobinya di masa kecil ternyata masih terlihat ketika Bu Ana menjadi guru. Paparan buatan beliau selalu indah dan mudah dibaca. Komposisi warnanya pas. Desainnya mengikuti tren terbaru. Suatu hari, ia memposting salah satu halaman paparannya dalam bentuk poster ke media sosial. Ternyata posternya mendapat banyak respon positif.Â
Sejak itu, Pak Rizqy rajin memposting konten di media sosial. Ia menjelaskan banyak topik terkait pembelajaran maupun kehidupan pada umumnya. Tak jarang ia membuat konten untuk meluruskan kesalahanpahaman yang dialami banyak guru. Seorang rekannya pernah berkomentar, “Wah Pak Rizqy sekarang punya karier baru yang kekinian, Content Creator”. Karena komentar itu, Pak Rizqy berpikir, apakah ia berkarier sebagai content creator?.
Apakah Anda pernah memiliki pengalaman terkait menjadi konten kreator pendidikan?
Bila YA, Bila Ya, yuk bantu Pak Rizqy, tuliskan pengalaman Anda menjadi praktik baik, klik 👉 di sini
Bila TIDAK, apakah Anda ingin mencari solusi dari tantangan Pak Rizqy?. Pelajari Panduan Rencana Aksi, klik 👉 di sini
Bu Santi adalah guru yang penuh antusiasme mengajar. Ia mencoba berbagai strategi pembelajaran. Tidak berhenti di situ, ia tak jarang memodifikasi atau menggabungkan dua teknik pembelajaran. Bila rekan guru lain kehabisan ide strategi pembelajaran, mereka tidak segan bertanya pada Bu Santi.Â
Karena kebiasaannya tersebut, Pak Anwar mengajak Bu Santi berkolaborasi buat mengisi sesi pelatihan guru. Kolaborasi mereka berhasil. Pelatihannya seru! Dari keberhasilan tersebut, Pak Anwar dan Bu Santi mendapatkan inspirasi, bahwa sejumlah strategi pembelajaran untuk murid ternyata bisa diterapkan juga sebagai strategi pelatihan. Meski terkadang juga jadi pelatih, tapi Bu Santi memilih peran sebagai desainer modul pelatihan. Ia lebih senang bergelut dengan ide dan inovasi.
Apakah Anda pernah menghadapi tantangan yang dihadapi oleh Bu Santi?
Bila YA, Bila Ya, yuk bantu Bu Santi, tuliskan pengalaman Anda menjadi praktik baik, klik 👉 di sini
Bila TIDAK, apakah Anda ingin mencari solusi dari tantangan Bu Santi?. Pelajari Panduan Rencana Aksi, klik 👉 di sini
Pak Eko, seorang guru yang penuh semangat, selalu bermimpi untuk mengembangkan karirnya sebagai konsultan sekolah. Namun, dalam perjalanannya, Pak Eko menghadapi suatu tantangan yang cukup serius. Ia merasa kesulitan untuk menemukan seorang mentor yang dapat memberikan bimbingan dan panduan yang spesifik terkait jalur karier sebagai konsultan sekolah. <br><br> Suatu hari, setelah berbagai upaya mencari mentor, Pak Eko bertemu dengan Bu Rini, seorang kepala sekolah yang memiliki pengalaman luas di bidang konsultasi sekolah. Dengan harapan untuk mendapatkan panduan yang dibutuhkannya, Pak Eko mengajukan pertanyaan kepada Bu Rini. <br><br> Pak Eko: “Bu Rini, saya sangat antusias untuk menjadi konsultan sekolah, tapi saya merasa kesulitan menemukan mentor yang dapat membimbing saya. Bagaimana sebaiknya saya melangkah untuk mencapai tujuan karier ini?”.
Apakah Anda pernah menghadapi tantangan yang dihadapi oleh Pak Eko?
Bila YA, Bila Ya, yuk bantu Pak Eko, tuliskan pengalaman Anda menjadi praktik baik, klik 👉 di sini
Bila TIDAK, apakah Anda ingin mencari solusi dari tantangan Pak Eko?. Pelajari Panduan Rencana Aksi, klik 👉 di sini
Pak Budi, seorang guru muda yang bersemangat dan kreatif, mulai merasa ingin menyerah dengan keinginannya untuk menjadi konten kreator dalam bidang pendidikan. Meskipun ia memiliki ide-ide segar dan inovatif untuk dibagikan kepada rekan-rekan guru lainnya, namun ia sering disindir oleh beberapa guru lain yang meragukan kemampuannya. Mereka menganggap bahwa menjadi konten kreator bukanlah bagian dari tugas seorang guru dan lebih baik fokus pada kegiatan pembelajaran di kelas. Hal ini membuat Budi merasa rendah diri dan kehilangan motivasi untuk terus berkreasi.
Budi: “Hari ini saya ingin berbagi ide-ide kreatif untuk pembelajaran yang bisa kita terapkan di kelas masing-masing.” Guru A: “Ah, ide-ide kreatifmu itu tidak perlu. Kita sudah punya materi yang cukup untuk diajarkan kepada murid-murid. Lebih baik fokus pada pembelajaran yang efektif saja.” Budi: “Tapi saya pikir, dengan menggunakan media atau konten-konten yang menarik, pembelajaran bisa menjadi lebih menyenangkan dan efektif.” Guru B: “Kamu kan guru, bukan youtuber atau selebgram. Lebih baik gunakan waktu dan energimu untuk persiapan mengajar yang lebih baik.”.
Apakah Anda pernah menghadapi tantangan yang dihadapi oleh Pak Budi?
Bila YA, Bila Ya, yuk bantu Pak Budi, tuliskan pengalaman Anda menjadi praktik baik, klik 👉 di sini
Bila TIDAK, apakah Anda ingin mencari solusi dari tantangan Pak Budi?. Pelajari Panduan Rencana Aksi, klik 👉 di sini
Bu Ani, seorang guru yang berdedikasi dan ingin berbagi praktik baik dalam pembelajaran, mengalami kesulitan dalam menjalankan peran sebagai guru promotor. Sebagai guru promotor, tugasnya adalah mempromosikan dan menjual buku-buku praktik baik serta kaos dengan pesan-pesan inspiratif kepada rekan-rekan guru lainnya. Namun, Bu Ani merasa kesulitan dalam melakukan promosi karena banyak rekan-rekan guru yang kurang tertarik atau merasa bahwa pembelian buku atau kaos tersebut bukanlah prioritas utama mereka. Hal ini membuat Bu Ani merasa frustrasi karena ia ingin berbagi pengetahuan dan inspirasi namun tidak mendapatkan respons yang diharapkan.
Bu Ani: “Selamat pagi, para guru. Hari ini saya ingin memperkenalkan buku-buku praktik baik dan kaos dengan pesan-pesan inspiratif yang bisa membantu meningkatkan kualitas pembelajaran kita.” Guru A: “Maaf Bu, saya belum tertarik untuk membeli buku atau kaos saat ini. Saya lebih fokus pada persiapan pembelajaran di kelas.” Bu Ani: “Saya mengerti, Guru A. Namun, buku-buku ini bisa menjadi sumber inspirasi dan referensi yang berguna dalam mengembangkan metode pembelajaran kita.” Guru B: “Saya setuju dengan Guru A. Saya pikir, kita lebih membutuhkan bantuan dalam pengembangan materi pembelajaran daripada membeli buku atau kaos.” Bu Ani: (berpikir dalam hati) “Mungkin saya harus mencari pendekatan yang lebih menarik atau menawarkan keuntungan yang lebih jelas bagi rekan-rekan guru agar mereka tertarik dengan buku-buku praktik baik dan kaos ini.”.
Apakah Anda pernah menghadapi tantangan yang dihadapi oleh Pak Budi?
Bila YA, Bila Ya, yuk bantu Bu Ani, tuliskan pengalaman Anda menjadi praktik baik, klik 👉 di sini
Bila TIDAK, apakah Anda ingin mencari solusi dari tantangan Bu Ani?. Pelajari Panduan Rencana Aksi, klik 👉 di sini
Ajak & tantang rekan guru!
Sebarkan!
klik tombol di bawah ini
Jika Anda mengalami kendala dalam scrolling, scroll di luar dari area Live Chat yang berwarna hitam.