Atap
Tujuan saya adalah mewujudkan suara, pilihan dan kepemilikan murid dalam mencapai tujuan belajarnya. Namun kondisi tidak sesuai ekspektasi saya, sepertinya murid kehilangan rasa empati, sikap cuek dan tidak merasa memiliki tercermin dari sikap mereka ketika di kelas murid kurang fokus, mereka pada umumnya sibuk sendiri bercerita dengan teman, memainkan HP, bergerak kesana kemari. Kondisi ini membuat saya tergelitik dengan rasa kasihan.
Tantangan
Menurunnya minat belajar murid, belajar kurang efektif dan efisien, rasa bosan membuat murid semakin jenuh belajar, tugas murid terabaikan. Hal ini membuat saya risau sebagai pendidik yang berharap penuh murid-murid bisa belajar efektif dan mencapai tujuan belajarnya.
Aksi
Sebagai pendidik yang risau dengan kondisi siatas, saya sharing dengan rekan rekan sejawat untuk mendapatkan masukan dan berbagi dengan mereka tentang cara menghadapi murid. Dari hasil diskusi dengan beberapa rekan, saya akhirnya menemukan ide untuk mengembalikan rasa empati dan fokus murid dalam pembelajaran, kita harus membuat kesepakatan kelas yang saya sebut “Kontrak Belajar dan Konsekuensinya”. Saya mulai memfasilitasi murid dalam kelas dengan mengajak mereka merefleksikan proses belajar yang selama ini mereka rasakan, hasil refleksi murid dituangkan dalam tulisan menggunakan metaplan, setelah itu diidentifikasi hal yang sama dan berbeda. Kemudian meminta perwkailan murid membacakan hasilnya, sembari meminta tanggapan dari teman-temannya, guru membantu mengelompokkan dalam nilai-nilai kebajikan yang mereka pahami. Hasil rumusan yang sudah diidentifikasi dan dikelompokkan menjadi sebuah nilai yang diyakini dibuat menjadi kontrak belajar yang dipajang dalam bentuk poster di kelas sehingga semua murid dapat melihat dan saling mengingatkan ketika ada hal yang bertentangan dan kontrak belajar yang mereka sudah sepakati. Hal ini terbukti efektif mengembalikan fokus mereka dan tanggungjawab mereka dalam mengikuti proses belajar, guru sebagai fasilitator pembelajaran tidak lagi sibuk menegur dan membuat sanksi karena murid sudah memahami dan menyepakati kontrak belajar yang mereka buat. Guru hanya mengingatkan dan menuntun mereka menuju nilai-nilai kebajikan untuk mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya. Kegiatan ini terfasilitasi selama 50 menit.
Perubahan
Hasil kesepakatan “kontrak belajar” yang telah dibuat menjadi dasar dalam berinteraksi dengan guru maupun sesame murid. Terbukti efektif karena mereka sendiri yang menganalisis permasalahan dirinya, merefleksikan nilai-nilai kebajikan yang bertentangan dengan dirinya, dan mengingatkan diri mereka sendiri untuk bertanggungjawab dengan konsekuensi dari pelanggaran kontrak belajar yang telah dibuat. Hal ini mewujudkan kepemimpinan murid melalui suara mereka. Murid merasa memiliki, suara mereka di dengar dan mereka merasa dipercaya dalam membuat keputusan dan mempertanggungjawabkan keputusan mereka.