Di dalam Implementasi Kurikulum Merdeka, setiap guru harus mampu menghadirkan pembelajaran yang bermakna dan berpihak kepada murid. Pembelajaran yang diterapkan di kelas harus mampu mengembangkan segala kodrat atau kemampuan yang ada dalam diri setiap murid. Kemampuan individu setiap murid berbeda antara satu dengan yang lainnya. Strategi pembelajaran yang selama ini saya lakukan, belum mampu memenuhi keragaman kemampuan murid-murid saya. Oleh sebab itu, saya mencoba menerapkan strategi pembelajaran diferensiasi.
Terdapat beberapa tantangan untuk menerapkan strategi pembelajaran diferensiasi. Tantangan pertama yang dihadapi yang pertama adalah guru harus memiliki data tentang kemampuan, kebutuhan belajar dan profil belajar murid. Tantangan yang kedua adalah guru harus merancang pembelajaran yang dapat memfasilitasi keragaman murid tersebut (murid tipe auditori, kinestetik dan visual). Rancangan pembelajaran tersebut harus dapat menghadirkan minimal salah satu strategi atau jenis diferensiasi, yaitu diferensiasi konten, diferensiasi proses, dan diferensiasi produk, serta lingkungan belajar yang mendukung pembelajaran diferensiasi. Rancangan pembelajaran tersebut disusun dalam sebuah modul ajar sebagai acuan dalam melaksanakan pembelajaran, dan agar dapat digunakan atau di modifikasi oleh guru lain sesuai kebutuhan serta kondisi murid-muridnya. Guru atau rekan sejawat serta murid perlu dilibatkan agar pola pikir tentang kegiatan pembelajaran yang selama ini selalu seragam kurang tepat diterapkan dalam Kurikulum Merdeka, karena sejatinya setiap murid memiliki kemampuan yang berbeda dengan murid lainnya. Kita sebagai pendidik harus mampu menuntun mereka untuk tumbuh dan berkembang sesuai kodratnya.
Langkah pertama yang saya lakukan adalah melihat hasil asesmen diagnostik murid-murid saya. Asesmnen diagnostik telah dilakukan tim Kurikulum di awal tahun ajaran 2022-2023 untuk memetakan kemampuan murid berdasarkan kemampuan akademik dan gaya belajarnya. Hasil asesmen diagnostik tersebut kemudian saya olah kedalam profil belajar murid. Dari profil belajar tersebut saya dapat mengetahui bahwa murid saya memiliki kemampuan akademik dan gaya belajar yang beragam.
Langkah kedua yang saya lakukan adalah merancang pembelajaran yang dapat memfasilitasi keragaman profil belajar murid-murid saya, yaitu menggunakan strategi pembelajaran diferensiasi. Dalam praktik ini saya terapkan pada materi kelas 7 yaitu Keragaman Sosial Budaya Masyarakat. Saya mencoba menerapkan tiga macam diferensiasi sekaligus kedalam satu pembelajaran. Rancangan pembelajaran saya tuliskan kedalam modul ajar, lembar kerja kelompok dan ragam assesmen formatif.
Langkah selanjutnya adalah melaksanakan pembelajaran. Kegiatan pembelajaran saya awali dengan mengajukan pertanyaan pemantik terkait materi Keragaman Sosial Budaya di Masyarakat. Saya melibatkan murid saya dalam menjawab pertanyaan pemantik tersebut sekaligus untuk mengukur kesiapan belajar siswa dalam mempelajari materi. Saya menghadirkan materi pelajaran dalam jenis konten yang beragam (diferensiasi konten), diantaranya materi di buku paket, buku bacaan di perpustakaan, video pembelajaran, sumber dari internet serta video/podcast di youtube. Murid akan mendapatkan materi pelajaran dari berbagai konten sesuai dengan minat mereka.
Kemampuan akademik murid dalam satu kelas beragam, ada yang sudah siap mempelajari materi pelajaran dan ada yang belum. Maka ketika saya gabung mereka kedalam satu kelompok, terjadilah proses tutor sebaya diantara mereka. Mereka juga saling kolaborasi antara murid yang kemampuan akademiknya tinggi, menengah dan rendah dalam satu kelompok. Kolaborasi tersebut tampak ketika mereka membuat produk hasil pekerjaan kelompok. Mereka terlihat bersemangat dan senang karena produk yang mereka buat sesuai dengan bakat dan minat mereka.
Ada tiga pendekatan dalam mengelompokkan murid, yaitu dengan mengelompokkan sesuai kesiapan belajar, minat, dan profil belajar. Pada praktik ini, saya mencoba mengelompokkan murid sesuai profil belajarnya masing-masing, yaitu kelompok dengan gaya belajar yang sama (Auditori, Kinestetik dan Visual). Kelompok auditori membuat produk audio atau video presentasi hasil diskusi kelompok mereka. Murid tipe auditori cenderung menyukai membuat produk yang dapat memberi mereka kebebasan untuk berbicara atau bersuara. Tipe auditori tidak suka jika mereka hanya diam saja. Kolompok kinestetik membuat video gerakan ritual/tari/kegiatan kebudayaan dari daerah lain yang berbeda dari daerah lain. Murid tipe kinestetik cenderung menyukai membuat produk yang dapat memberi mereka keleluasaan untuk bergerak secara fisik. Murid kinestetik akan merasa jenuh jika kegiatan pembelajaran hanya duduk di dalam kelas saja. Yang terakhir adalah kelompok visual membuat poster keragaman sosial budaya yang dipengaruhi faktor geografis. Murid tipe visual cenderung menyukai membuat produk yang memberi mereka kebebasan berkreasi dalam bentuk visual (gambar, karikatur, animasi dsb).
Tiga macam diferensiasi ternyata dapat diterapkan sekaligus di dalam satu pembelajaran. Praktik ini diterapkan dengan mengidentifikasi profil belajar murid, merancang pembelajaran, membersamai kegiatan belajar murid dan diakhiri dengan meminta murid merefleksikan pengalaman belajarnya. Meskipun perlu persiapan dan tenaga ekstra dalam menerapkan pembelajaran berdiferensiasi ini, namun saya sebagai guru merasa puas dengan pembelajaran yang saya sajikan kepada murid-murid saya.
Hasilnya praktik ini cukup efektif terutama dalam kecepatan murid menyelesaikan tugas kelompoknya. Sebagian besar kelompok dapat menyelesaikan produknya dalam satu pertemuan, sedangkan sebagian kecil menyelesaikan produknya pada pertemuan selanjutnya. Murid merasa senang karena mereka merasa kemampuan dirinya yang berbeda dengan anak yang lainnya mendapat perhatian dari gurunya dan hasil produk yang mereka buat memperoleh apresiasi berupa pujian dari teman-teman sekelasnya.
Respon dari guru lain terhadap praktik pembelajaran berdiferensiasi ini cukup positif. Mereka memiliki pendapat yang sama jika kemampuan murid yang beragam harus difasilitasi dalam kegiatan belajarnya dan guru harus memiliki pemetaan profil belajar murid. Akan tetapi, strategi tiga macam diferensiasi ini tidak harus dilaksanakan dalam setiap pembelajaran. Guru dapat menerapkan salah satu, atau dua macam diferensiasi saja dalam satu pembelajaran. Hal tersebut disesuaikan dengan situasi dan kondisi yang dihadapai guru maupun murid ketika akan melaksanakan pembelajaran.