Temukan Sekolah Lanjutan dengan Permainan Pilih Tembokmu
Oleh: Anita Rakhmi, S.Pd.-SMP Negeri 22 Semarang
Merencanakan masa depan merupakan salah satu bentuk keterampilan hidup yang seharusnya dikuasai oleh murid pada fase D. Baik itu yang jangka waktunya pendek, sedang atau jangka panjang. Sebagai guru bimbingan dan konseling, mendampingi dan menuntun murid untuk merencanakan masa depan adalah kewajiban. Ada beragam topik yang dapat disampaikan sesuai dengan jenjangnya. Misalnya untuk kelas 7, menyusun jadwal harian adalah salah bentuk aktivitas yang dilakukan oleh murid sebagai manifestasi merencanakan masa depan. Sedangkan, untuk kelas 8 dan 9 akan mulai memperbincangkan tentang sekolah lanjutan. Tidak sedikit murid di kelas 8 dan 9 yang sering kebingungan ketika mereka ditanya akan melanjutkan kemana? Mereka sering sekali menjawab sekenanya, atau sekedar ikut jawaban temannya. Keraguan jelas tergambar diwajah mereka karena pilihan yang disampaikan kadang tidak cukup dipahami, atau bahkan ada yang memilih mengikuti pilihan orang tua biar tidak bingung. Kondisi ini menjadi salah satu penyebab motivasi belajar murid kurang maksimal, sehingga hasil belajar yang diperoleh pun belum sesuai harapan. Hal ini dapat diamati saat usai pembelajaran, murid saat melakukan refleksi tidak mampu menggambarkan pemahaman yang diperoleh dari materi ataupun prosesnya. Kelihatan jelas pula pada antusiasme murid selama proses pembelajaran, meski kapasitas guru juga sangat mempengaruhi kondisi tersebut.
Kembali pada perencanaan masa depan. Murid di kelas 9 seringkali baru menyadari bahwa untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang berikutnya masih dibutuhkan nilai yang”memadai”, sebab sistem penerimaan siswa baru di SMA/K pada kenyataannya tetap menggunakan nilai (selain zonasi tentunya). Dan seringkali, ketika mereka menyadari hal tersebut, nilai yang mereka miliki (sejak kelas 7) belum memenuhi kriteria untuk dapat masuk ke SMA Negeri impian mereka meski tempat tinggalnya masuk zonasi sekolah tersebut. Murid mulai merasakan kekhawatiran bahkan kepanikan yang kadang justru membuat mereka kurang bersemangat belajar di kelas 9. Selain itu, ada pula yang menunjukkan kecemasan hingga merasa tegang dalam pembelajaran. Beragam kondisi murid di kelas 9 dalam merencanakan masa depan, khususnya memilih sekolah lanjutan menjadi tantangan bagi saya sebagai guru bimbingan dan konseling yang mendampingi, sebab tidak semua murid memiliki kemampuan untuk menyikapi keadaan dengan cara yang bijaksana.
Dengan memperhatikan kondisi murid yang beragam, sebagai guru bimbingan dan konseling, saya berupaya untuk dapat memberikan pendampingan yang maksimal kepada murid agar mereka tetap semangat belajar dan dapat menentukan pilihan dengan tepat serta siap dengan kegagalan yang mungkin dihadapi. Salah satu bentuk pendampingan yang saya lakukan adalah melalui layanan klasikal dengan tema sekolah lanjutan yang saya tambahkan dengan aktivitas permainan Pilih Tembokmu. Dalam permainan ini, saya menempelkan metaplan di tiga sudut ruang kelas, yang pertama SMA Negeri, kedua SMK Negeri dan ketiga Sekolah Swasta. Selanjutnya, saya meminta murid yang sebelumnya telah memetakan nilai akhir bayangannya untuk membuat pilihan sesuai tembok yang telah diberi tanda. Ketika mereka sudah menentukan pilihan, mereka berdiskusi bersama kelompoknya mengenai alasan pilihan mereka, pendukung pilihan mereka, serta kemungkinan hambatan yang dihadapi. Setelah selesai diskusi mereka menyampaikan hasilnya untuk ditanggapi bersama. Selama proses berlangsung, saya dapat berkeliling untuk mendampingi mereka berdiskusi dan memecahkan kebuntuan yang dihadapi. Mereka menjadi terbuka dan nyaman menyampaikan uneg-unegnya terkait sekolah lanjutan.
Melalui proses diskusi dan pemaparan, murid dapat menemukan jawaban dari kekhawatiran yang dialami mengenai sekolah lanjutan yang telah menghantui mereka selama ini. Hasil dari permainan Pilih Tembokmu ini, murid lebih mudah mengidentifikasi kondisi nyata yang mereka alami, mulai dari nilainya, dukungan keluarga, kendala yang mungkin muncul serta peluang lain yang dapat dilakukan. Dengan permainan murid tidak merasa kesulitan untuk menggambarkan situasi yang ada pada dirinya dan terbantu oleh temannya untuk menemukan alternatif pilihan jika tidak dapat masuk ke sekolah lanjutan yang diimpikan. Mereka berproses dalam situasi yang menyenangkan sehingga dapat menetralisir ketegangan yang dirasakan ketika menyadari nilai yang dikumpulkan belum memenuhi harapan. Murid juga mulai menemukan alternatif lain apabila mereka tidak dapat diterima di sekolah impian, serta mempersiapkan berbagai kebutuhan yang diperlukan. Keadaan ini membuat murid lebih rileks dan dapat melanjutkan proses belajar dengan lebih bersemangat tanpa rasa khawatir.
Dokumentasi kegiatan layanan klasikal