Temu Pendidik Nusantara XII

Select Language

Station Rotation: Berbasis Strategi Diferensiasi Dalam Memenuhi Kebutuhan Belajar Anak

Praktik baik Sebelum Direvisi

[revisi_terbaru]

Elaborasi Praktik Baik

Awal

Pembelajaran diferensiasi merupakan pembelajaran yang dikembangkan untuk merespon kebutuhan murid dalam belajar, meliputi kesiapan belajar, minat, potensi, atau gaya belajarnya.

Pemerintah, dalam kurikulum merdekanya, selalu menggaungkan tentang pembelajaran berdiferensiasi. Mengapa? Karena pembelajaran diferensiasi memiliki tujuan untuk menciptakan kesetaraan belajar bagi semua murid dan menjembatani kesenjangan antara murid yang berprestasi dan yang tidak berprestasi.

Dilatarbelakangi dengan pentinganya pembelajaran berdiferensiasi ini, saya mencoba mengaplikasikan pembelajaran diferensiasi ini pada mata pelajaran yang saya ampu, yaitu Art. Lalu bagaimana cara saya melakukan pembelajaran diferensiasi di pelajaran Art? Art sejatinya merupakan salah satu pelajaran yang paling disukai oleh murid karena dipandang sebagai pembelajaran yang menyenangkan. Bagaimana tidak, dengan mengikuti pembelajaran Art mereka bisa membuat berbagai macam kreasi sehingga banyak murid merasa tertarik saat belajar Art. Walaupun Art sangat disukai oleh murid di sekolah, ternyata Art juga bisa dipandang sebagai pembelajaran yang membosankan yaitu ketika guru hanya menjelaskan teori tanpa adanya praktik, terlebih penjelasan teori tersebut disampaikan dengan penyampaian satu arah atau disebut dengan ceramah.

Dalam hal ini, saya mencoba melakukan screening secara umum terlebih dahulu terhadap murid di kelas terkait gaya belajar mereka. Secara keseluruhan murid di kelas saya memiliki gaya belajar audio, visual, dan kinestetik. Dengan demikian, saya mengemas pembelajaran ini dengan mengedapankan gaya belajar yang mereka miliki, agar masing-masing murid dapat terpenuhi kebutuhan belajarnya. Salah satu upaya yang dilakukan oleh saya adalah melaksanakan pembelajaran Art ini dengan menggunakan teknik “Station Rotation”.

Tantangan

Pertama, ketika merancang pembelajaran Art di kelas 2 terkait materi media yang digunakan dalam pembuatan karya dua dan tiga dimenasi, saya terkendala dengan pembuatan video yang mana video kreasi dari bahan-bahan yang digunakan dalam karya seni dua dan tiga dimensi ini cukup banyak tetapi terkadang beberapa video kurang relevan dengan materi yang akan diajarkan. Kedua, saya perlu memikirkan bagaimana cara untuk megetahui dan mengukur pengetahuan murid dalam memahami materi yang mereka pelajari. Kedua hal ini menjadi tantangan bagi saya ketika merancang kegiatan pembelajaran.

Aksi

Kegiatan atau langkah yang saya lakukan adalah mengumpulkan beberapa video yang relevan terkait media yang digunakan dalam karya dua dan tiga dimensi, kemudian video tersebut saya klasifikasikan menjadi tiga bagian sesuai dengan jenis media yang digunakan. Saya membuat beberapa pertanyaan yang akan murid-murid jawab setelah menonton video tersebut. Pertanyaan yang saya ajukan yaitu terkait pendapat dan pandangan peserta didik tentang video tersebut. Seperti halnya “Apa yang kalian lihat dari video tersebut”, “Bahan-bahan apa saja yang digunakan dalam kreasi tersebut”, “Bagaimana tekstur dari media tersebut”.  Lalu untuk mengukur kemampuan peserta didik dalam memahami materi, saya menyiapkan infra board yang dapat digunakan murid untuk mengklasifikasikan media yang digunakan dalam karya seni dua dan tiga dimensi.

Saat pembelajaran dimulai, saya membagi mereka ke dalam tiga kelompok yang mana disesuaikan dengan kemampuan akademik mereka yaitu high, medium, dan low. Mengapa saya membagi kelompok berdasarkan kemampuan akademiknya? Karena hal ini dapat membantu saya dalam membimbing murid-murid terutama kepada kelompok yang butuh bimbingan lebih. Kemudian setelah itu saya membutuhkan 3 buah laptop untuk menayangkan sebuah video yang sudah saya klasifikasian. Masing-masing laptop saya tempatkan di tiga pos yang berbeda. Di mana setiap kelompok akan mengunjungi ketiga pos tersebut untuk menyaksikan video dan menjawab pertayaan yang sudah tertera di setiap posnya. Di tiap pos saya beri waktu 5 menit dan setelah itu akan saya beri aba-aba untuk move ke pos selanjutnya. Saya sebut kegiatan pembelajaran ini dengan “Station Rotation”.

Setelah seluruh kelompok selesai mengunjungi setiap posnya, saya memberikan kesempatan perwakilan dari setiap kelompok mempresentasikan hasil temuannya. Kemudian, saya menyimpulkan hasil temuan-temuan mereka. Untuk mengukur pengetahuan murid secara keseluruhan, saya memberikan secarik kertas kosong kepada setiap murid dan meminta masing-masing murid untuk menggambarkan suatu kreasi dari salah satu bahan yang sudah mereka lihat dari video. Lalu challenge-nya adalah mereka dapat mengklasifikasikan termasuk ke dalam media apakah gambar yang mereka buat. Sesuai dengan harapan saya, ternyata peserta didik mampu mengklasifikasikan benda yang mereka gambar dengan media yang digunakannya (media keras, lunak, dan liat). Setelah pembelajaran selesai, saya mengajak seluruh murid untuk melakukan refleksi.

Pelajaran

Dari pembelajaran Art dengan teknik “Station Rotation” ini, murid diajak untuk menjadi seorang inquirer yang mana murid dapat mencari tahu pengetahuannya sendiri. Tugas guru di sini hanyalah sebagai fasilitator. Para murid diberdayakan untuk mengembangkan communication skill mereka seperti menyimak dan menyimpulkan isi video pembelajaran. Dengan metode ini juga, Murid-murid terlatih dalam Research skill-nya yaitu dalam hal mengobservasi isi video yang mereka lihat. Sebagai tambahan, karena pembelajaran ini disesuaikan dengan gaya belajar yang mereka miliki, jadi pembelajaran yang mereka dapatkan lebih bermakna dan mereka memahami dengan baik materi yang disampaikan.

Jika Anda mengalami kendala dalam scrolling, scroll di luar dari area Live Chat yang berwarna hitam.