Anak SMA merupakan tahap dari remaja menuju dewasa. Tidak semua anak memiliki pemikiran awal yang luas untuk meraih yang diimpikannya. Sebagai guru harus memberikan support agar mimpi mereka dapat terwujud
Anak SMA merupakan tahap dari remaja menuju dewasa. Tidak semua anak memiliki pemikiran awal yang luas untuk meraih yang diimpikannya. Sebagai guru harus memberikan support agar mimpi mereka dapat terwujud
Setiap anak yang memilih masuk sekolah SMA umumnya berkeinginan melanjutkan sekolah yang lebih tinggi yaitu ke Universitas, atau Akademi. Orientasi mereka adalah meniti karir melalui studi. Berbeda halnya dengan anak yang memilih SMK, orientasinya adalah begitu selesai langsung ingin bekerja. Hal tersebut bukan rahasia, walaupun kenyataannya juga tidak sedikit yang daftar SMA ternyata ingin juga langsug bekerja. Padahal dari segi konten pelajaran sangat jauh berbeda antara SMA dan SMK. Karena jenjang SMK lebih diutamakan kepada keahlian khusus sesuai dengan namanya yaitu sekolah menengah kejuruan, berbeda dengan Sekolah Menengah Atas yang hanya mempelajari materi umum.
Menjadi dilema memang antara keinginan dan fakta yang harus dihadapi. Di satu sisi setiap orang yang mengenyam pendidikan memimpikan memiliki karir yang bagus setelah menyelesaikan pendidikan. Di sisi lain tidak sedikit mereka yang telah menyelesaikan pendidikan akhirnya menjadi pengangguran terselubung. Berharap gaji besar, tidak perlu banyak mengeluarkan tenaga dan ingin menikmati hidup dengan nyaman. Semua ingin serba instan. Bagaimana hal tersebut dapat terealisasi? Mampukah pendidikan formal memberikan solusi dari masalah yang terjadi?
Umumnya setiap orang berasumsi bahwa setelah mengenyam pendidikan layak untuk mendapatkan pekerjaan, berbekal nilai yang didapat dari sekolah. Hampir semua orang beranggapan bahwa nilai yang tinggi menjanjikan karier yang baik. Sementara seiring dengan kemajuan teknologi tidak sedikit profesi tertentu sudah digantikan oleh adanya mesin-mesin yang tidak mengenal lelah dan tidak pernah protes. Maka dengan diresmikan dan diterapkannya kurikulum merdeka harapannya dapat menjadi solusi agar setiap murid memiliki kompetensi bukan hanya mengejar mimpi yang tak pasti karena punya nilai tinggi.
Setiap anak seyogianya memiliki kemampuan yang unik, yang dapat berkembang dengan pesat jika diarahkan dengan tepat. Namun sayangnya anak yang memiliki kompetensi kadang tidak menyadari akan kemampuan yang dimilikinya, atau karena faktor ketidakpercayaan diri yang menyebabkan gerakannya terbatas dan tidak mau tampil di permukaan.
Begitu halnya yang terjadi pada anak SMA dibawah binaan kami. Dari sekian ratus anak, yang memiliki kompetensi dan menyadari akan kemampuan yang dimilikinya dan benar-benar menerapkannya sangat kecil jumlahnya. Banyak faktor yang menjadi penyebabnya sehingga mereka tidak mau menembus ruang batas kelas tempat mereka belajar. Diantaranya beban belajar yang harus dihadapi yaitu banyaknya tugas yang bersifat kognitif dari tiap matapelajaran yang harus diselesaikannya, yang memeras tenaga dan fikiran untuk dapat menyelesaikannya. Sementara dari segi keahlian sebenarnya kurang berdampak bagi kehidupan. Termasuk juga pemikiran yang ada pada tenaga pendidik yang masih beranggapan bahwa tugas hukumnya wajib untuk dikerjakan untuk menyelesaikan suatu pembelajaran.
Berdasarkan fakta tersebut maka sebagai guru selayaknya menjadi penengah, menjadi fasilitator agar murid yang memiliki potensi tidak tertekan karena beban, dan memberi solusi untuk pengembangan karir anak.
Alhamdulillah berkat kegigihan dan niat yang kuat serta support dari guru dan pihak sekolah terdapat anak kami yang dapat menembus batas ruang kelas. Tubuhnya memang tidak sebesar mimpinya, begitu juga sebaliknya mimpinya tidak sekecil tubunnya. Anak tersebut dapat menorehkan karir sejak dini, disaat teman-temannya tidak sepemikiran dengannya. Dia menyadari kemampuannya dan berusaha untuk mewujudkan mimpinya, sehingga satu mimpi dan mimpi yang lainnya menjadi nyata dan mengharumkan nama, bukan hanya nama sekolah SMAN 1 Sanggau, namun juga membawa harum nama kabupaten Sanggau dan juga provinsi Kalimantan Barat. Dialah Glorie si kecil bertubuh mungil namun punya mimpi yang tidak kecil. Dia menjadi duta parlemen mewakili kalbar, juga menjadi runner up duta genre tingkat Provinsi, dan sedang diikutinya sekarang sebagai duta SMA tingkat Nasional.
Apa yang dapat kita lakukan untuk anak yang memiliki bakat besar public speaking seperti Glorie? beri kesempatan dia untuk meraih mimpinya dan menembus ruang kelas. Jangan bebani dia dengan tugas-tugas yang akan dilupakan dalam waktu singkat. Beri kesempatan dia menorehkan prestasi yang tidak setiap orang punya rasa untuk menikmatinya. Beri dia ruang mengembangkan potensi yang dimilikinya sejak dini tanpa embel-embel mendapatkan profesi selepas masa sekolahnya. Beri keyakinan padanya dengan prestasi yang ditorehnya, maka profesi yang diidamkannya akan datang menghampirinya.
Anak SMA merupakan tahap dari remaja menuju dewasa. Tidak semua anak memiliki pemikiran awal yang luas untuk meraih yang diimpikannya. Sebagai guru harus memberikan support agar mimpi mereka dapat terwujud
Setiap anak yang memilih masuk sekolah SMA umumnya berkeinginan melanjutkan sekolah yang lebih tinggi yaitu ke Universitas, atau Akademi. Orientasi mereka adalah meniti karir melalui studi. Berbeda halnya dengan anak yang memilih SMK, orientasinya adalah begitu selesai langsung ingin bekerja. Hal tersebut bukan rahasia, walaupun kenyataannya juga tidak sedikit yang daftar SMA ternyata ingin juga langsug bekerja. Padahal dari segi konten pelajaran sangat jauh berbeda antara SMA dan SMK. Karena jenjang SMK lebih diutamakan kepada keahlian khusus sesuai dengan namanya yaitu sekolah menengah kejuruan, berbeda dengan Sekolah Menengah Atas yang hanya mempelajari materi umum.
Menjadi dilema memang antara keinginan dan fakta yang harus dihadapi. Di satu sisi setiap orang yang mengenyam pendidikan memimpikan memiliki karir yang bagus setelah menyelesaikan pendidikan. Di sisi lain tidak sedikit mereka yang telah menyelesaikan pendidikan akhirnya menjadi pengangguran terselubung. Berharap gaji besar, tidak perlu banyak mengeluarkan tenaga dan ingin menikmati hidup dengan nyaman. Semua ingin serba instan. Bagaimana hal tersebut dapat terealisasi? Mampukah pendidikan formal memberikan solusi dari masalah yang terjadi?
Umumnya setiap orang berasumsi bahwa setelah mengenyam pendidikan layak untuk mendapatkan pekerjaan, berbekal nilai yang didapat dari sekolah. Hampir semua orang beranggapan bahwa nilai yang tinggi menjanjikan karier yang baik. Sementara seiring dengan kemajuan teknologi tidak sedikit profesi tertentu sudah digantikan oleh adanya mesin-mesin yang tidak mengenal lelah dan tidak pernah protes. Maka dengan diresmikan dan diterapkannya kurikulum merdeka harapannya dapat menjadi solusi agar setiap murid memiliki kompetensi bukan hanya mengejar mimpi yang tak pasti karena punya nilai tinggi.
Setiap anak seyogianya memiliki kemampuan yang unik, yang dapat berkembang dengan pesat jika diarahkan dengan tepat. Namun sayangnya anak yang memiliki kompetensi kadang tidak menyadari akan kemampuan yang dimilikinya, atau karena faktor ketidakpercayaan diri yang menyebabkan gerakannya terbatas dan tidak mau tampil di permukaan.
Begitu halnya yang terjadi pada anak SMA dibawah binaan kami. Dari sekian ratus anak, yang memiliki kompetensi dan menyadari akan kemampuan yang dimilikinya dan benar-benar menerapkannya sangat kecil jumlahnya. Banyak faktor yang menjadi penyebabnya sehingga mereka tidak mau menembus ruang batas kelas tempat mereka belajar. Diantaranya beban belajar yang harus dihadapi yaitu banyaknya tugas yang bersifat kognitif dari tiap matapelajaran yang harus diselesaikannya, yang memeras tenaga dan fikiran untuk dapat menyelesaikannya. Sementara dari segi keahlian sebenarnya kurang berdampak bagi kehidupan. Termasuk juga pemikiran yang ada pada tenaga pendidik yang masih beranggapan bahwa tugas hukumnya wajib untuk dikerjakan untuk menyelesaikan suatu pembelajaran.
Berdasarkan fakta tersebut maka sebagai guru selayaknya menjadi penengah, menjadi fasilitator agar murid yang memiliki potensi tidak tertekan karena beban, dan memberi solusi untuk pengembangan karir anak.
Alhamdulillah berkat kegigihan dan niat yang kuat serta support dari guru dan pihak sekolah terdapat anak kami yang dapat menembus batas ruang kelas. Tubuhnya memang tidak sebesar mimpinya, begitu juga sebaliknya mimpinya tidak sekecil tubunnya. Anak tersebut dapat menorehkan karir sejak dini, disaat teman-temannya tidak sepemikiran dengannya. Dia menyadari kemampuannya dan berusaha untuk mewujudkan mimpinya, sehingga satu mimpi dan mimpi yang lainnya menjadi nyata dan mengharumkan nama, bukan hanya nama sekolah SMAN 1 Sanggau, namun juga membawa harum nama kabupaten Sanggau dan juga provinsi Kalimantan Barat. Dialah Glorie si kecil bertubuh mungil namun punya mimpi yang tidak kecil. Dia menjadi duta parlemen mewakili kalbar, juga menjadi runner up duta genre tingkat Provinsi, dan sedang diikutinya sekarang sebagai duta SMA tingkat Nasional.
Apa yang dapat kita lakukan untuk anak yang memiliki bakat besar public speaking seperti Glorie? beri kesempatan dia untuk meraih mimpinya dan menembus ruang kelas. Jangan bebani dia dengan tugas-tugas yang akan dilupakan dalam waktu singkat. Beri kesempatan dia menorehkan prestasi yang tidak setiap orang punya rasa untuk menikmatinya. Beri dia ruang mengembangkan potensi yang dimilikinya sejak dini tanpa embel-embel mendapatkan profesi selepas masa sekolahnya. Beri keyakinan padanya dengan prestasi yang ditorehnya, maka profesi yang diidamkannya akan datang menghampirinya.
Praktik baik Sebelum Direvisi
Elaborasi Praktik Baik
Setiap anak yang memilih masuk sekolah SMA umumnya berkeinginan melanjutkan sekolah yang lebih tinggi yaitu ke Universitas, atau Akademi. Orientasi mereka adalah meniti karir melalui studi. Berbeda halnya dengan anak yang memilih SMK, orientasinya adalah begitu selesai langsung ingin bekerja. Hal tersebut bukan rahasia, walaupun kenyataannya juga tidak sedikit yang daftar SMA ternyata ingin juga langsug bekerja. Padahal dari segi konten pelajaran sangat jauh berbeda antara SMA dan SMK. Karena jenjang SMK lebih diutamakan kepada keahlian khusus sesuai dengan namanya yaitu sekolah menengah kejuruan, berbeda dengan Sekolah Menengah Atas yang hanya mempelajari materi umum.
Menjadi dilema memang antara keinginan dan fakta yang harus dihadapi. Di satu sisi setiap orang yang mengenyam pendidikan memimpikan memiliki karir yang bagus setelah menyelesaikan pendidikan. Di sisi lain tidak sedikit mereka yang telah menyelesaikan pendidikan akhirnya menjadi pengangguran terselubung. Berharap gaji besar, tidak perlu banyak mengeluarkan tenaga dan ingin menikmati hidup dengan nyaman. Semua ingin serba instan. Bagaimana hal tersebut dapat terealisasi? Mampukah pendidikan formal memberikan solusi dari masalah yang terjadi?
Umumnya setiap orang berasumsi bahwa setelah mengenyam pendidikan layak untuk mendapatkan pekerjaan, berbekal nilai yang didapat dari sekolah. Hampir semua orang beranggapan bahwa nilai yang tinggi menjanjikan karier yang baik. Sementara seiring dengan kemajuan teknologi tidak sedikit profesi tertentu sudah digantikan oleh adanya mesin-mesin yang tidak mengenal lelah dan tidak pernah protes. Maka dengan diresmikan dan diterapkannya kurikulum merdeka harapannya dapat menjadi solusi agar setiap murid memiliki kompetensi bukan hanya mengejar mimpi yang tak pasti karena punya nilai tinggi.
Setiap anak seyogianya memiliki kemampuan yang unik, yang dapat berkembang dengan pesat jika diarahkan dengan tepat. Namun sayangnya anak yang memiliki kompetensi kadang tidak menyadari akan kemampuan yang dimilikinya, atau karena faktor ketidakpercayaan diri yang menyebabkan gerakannya terbatas dan tidak mau tampil di permukaan.
Begitu halnya yang terjadi pada anak SMA dibawah binaan kami. Dari sekian ratus anak, yang memiliki kompetensi dan menyadari akan kemampuan yang dimilikinya dan benar-benar menerapkannya sangat kecil jumlahnya. Banyak faktor yang menjadi penyebabnya sehingga mereka tidak mau menembus ruang batas kelas tempat mereka belajar. Diantaranya beban belajar yang harus dihadapi yaitu banyaknya tugas yang bersifat kognitif dari tiap matapelajaran yang harus diselesaikannya, yang memeras tenaga dan fikiran untuk dapat menyelesaikannya. Sementara dari segi keahlian sebenarnya kurang berdampak bagi kehidupan. Termasuk juga pemikiran yang ada pada tenaga pendidik yang masih beranggapan bahwa tugas hukumnya wajib untuk dikerjakan untuk menyelesaikan suatu pembelajaran.
Berdasarkan fakta tersebut maka sebagai guru selayaknya menjadi penengah, menjadi fasilitator agar murid yang memiliki potensi tidak tertekan karena beban, dan memberi solusi untuk pengembangan karir anak.
Alhamdulillah berkat kegigihan dan niat yang kuat serta support dari guru dan pihak sekolah terdapat anak kami yang dapat menembus batas ruang kelas. Tubuhnya memang tidak sebesar mimpinya, begitu juga sebaliknya mimpinya tidak sekecil tubunnya. Anak tersebut dapat menorehkan karir sejak dini, disaat teman-temannya tidak sepemikiran dengannya. Dia menyadari kemampuannya dan berusaha untuk mewujudkan mimpinya, sehingga satu mimpi dan mimpi yang lainnya menjadi nyata dan mengharumkan nama, bukan hanya nama sekolah SMAN 1 Sanggau, namun juga membawa harum nama kabupaten Sanggau dan juga provinsi Kalimantan Barat. Dialah Glorie si kecil bertubuh mungil namun punya mimpi yang tidak kecil. Dia menjadi duta parlemen mewakili kalbar, juga menjadi runner up duta genre tingkat Provinsi, dan sedang diikutinya sekarang sebagai duta SMA tingkat Nasional.
Apa yang dapat kita lakukan untuk anak yang memiliki bakat besar public speaking seperti Glorie? beri kesempatan dia untuk meraih mimpinya dan menembus ruang kelas. Jangan bebani dia dengan tugas-tugas yang akan dilupakan dalam waktu singkat. Beri kesempatan dia menorehkan prestasi yang tidak setiap orang punya rasa untuk menikmatinya. Beri dia ruang mengembangkan potensi yang dimilikinya sejak dini tanpa embel-embel mendapatkan profesi selepas masa sekolahnya. Beri keyakinan padanya dengan prestasi yang ditorehnya, maka profesi yang diidamkannya akan datang menghampirinya.
Jika Anda mengalami kendala dalam scrolling, scroll di luar dari area Live Chat yang berwarna hitam.