“RASER” adalah sebuah akronim dari Recognize, Apply, asSEs, dan Reflect yang merupakan sebuah siklus treatment yang bisa dilakukan untuk mengaktualisasikan merdeka belajar di ruang-ruang kelas
“RASER” adalah sebuah akronim dari Recognize, Apply, asSEs, dan Reflect yang merupakan sebuah siklus treatment yang bisa dilakukan untuk mengaktualisasikan merdeka belajar di ruang-ruang kelas
Mengutip pernyataan bapak Ki Hajar Dewantara yang menyatakan bahwa “tujuan pendidikan yaitu menuntun segala kodrat yang ada pada anak-anak, agar mereka dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya baik sebagai manusia maupun sebagai anggota masyarakat”. Hal inilah yang kemudian terus memantik saya untuk menjadi seorang pendidik yang senantiasa menghadirkan diri sebagai ‘pamong’ yang selalu memberikan ‘tuntunan’ agar murid dapat menemukan kemerdekaannya dalam belajar. Olehnya itu, saya tentu bertanggung jawab untuk menciptakan suasana belajar yang menyenangkan, menfasilitasi proses belajar yang sesuai kebutuhan belajar murid serta memberikan ruang kepada murid dalam mengeksplore potensi dan keunikannya masing-masing melalui treatment yang dapat menstimulus terciptanya merdeka belajar diruang-ruang kelas.
Namun terlihat fakta dilapangan bahwa masih terdapat banyak tantangan yang dihadapi untuk merealisasikan merdeka belajar di ruang kelas dintaranya adalah miskonsepsi dalam penerapan kurikulum merdeka sehingga belum dapat terimplementasi secara holistik, treatment yang diberikan masih monoton dan kurang berpihak pada murid, suasana kelas yang membosankan dan kurang menarik sehingga murid kurang termotivasi untuk belajar.
Untuk menjawab tantangan tersebut, maka aksi yang saya lakukan adalah menerapkan “RASER” treatment yang merupakan perlakuan yang saya berikan kepada murid melalui rangkaian tahapan yang sistematis untuk mewujudkan merdeka belajar, RASER merupakan akronim dari;
R for Recognize yang berarti mengenali A for Apply yang berarti menerapkan SE for Asses yang berarti menilai
R for Reflect yang berarti merefleksi
Hal tersebut teraktualisasi melalui beberapa step, yakni:
Step 1:
Recognize your students through diagnostic assesment (mengenali murid lebih jauh melalui asesmen diagnostik), hal ini dilakukan dengan memotret laporan hasil belajar murid pada semester sebelumnya, interview dengan orang tua murid, wali kelas dan guru BK untuk mendapat informasi yang lebih valid terkait profil dan minat Murid sedangkan untuk kesiapan belajar murid dilihat dari asesmen diagnostik kognitif maupun observasi kinerja murid. Step ini akan menjadi pondasi utama bagi saya dalam menerapkan pembelajaran yang berpihak pada murid
Apply differentiated learning integrated social emotional learning (menerapkan pembelajaran berdiferensiasi terintegrasi dengan pembelajaran sosial emosional), hal ini dilakukan dengan menerapkan diferensiasi konten, proses dan produk yaitu dengan cara menyiapkan konten pembelajaran yang berbasis game dalam hal ini board game yang variatif sesuai dengan kesiapan belajar murid, untuk diferensiasi proses menggunakan strategi belajar yang disesuaikan dengan preferensi gaya belajar murid yakni menggunakan gambar untuk yang visual, mendengarkan dialog untuk yang audio dan mempraktikkan dialog di depan kelas untuk murid yang kinestetik, sedangkan untuk diferensiasi produk memberikan ruang kepada murid untuk mengerjakan tugas sesuai dengan minat mereka, apakah mereka menyajikannya dalam bentuk presentasi, poster, maupun portofolio, selain itu, proses pembelajaran ini saya integrasikan dengan pembelajaran sosial emosional yang diawali dengan mengajak murid melakukan teknik STOP untuk meningkatkan konsentrasi peserta didik, membentuk sikap positif serta mengembangkan kemampuan dalam mengambil keputusan yang reflektif, dan ketika murid terlihat bosan atau mengantuk maka saya selingi dengan Ice breaking.
Assesment formatif for being better (Memberikan assesment formatif untuk memotret ketercapaian tujuan pembelajaran), hal ini dilakukan dengan menyajikan asesmen melalui aplikasi KAHOOT, saya menyediakan link kahoot dan meminta murid mengakses link tersebut untuk mengerjakan soal yang disajikan, asesmen dengan aplikasi kahoot sangat seru dan menarik sehingga asesmen bukan lagi sesuatu yang menakutkan bagi murid melainkan menjadi sesuatu yang ditunggu-tunggu oleh murid
Reflection (melakukan refleksi secara berkala), diakhir pembelajaran saya melakukan refleksi untuk mendengarkan umpan balik murid terkait proses pembelajaran yang telah dilakukan dengan 3 pertanyaan pemantik yang saya sajikan melalui aplikasi PADDLET, saya akan memotret perasaan siswa mengikuti pembelajaran, insight yang diperoleh dan target yang akan dicapai untuk pembelajaran berikutnya.
Treatment yang diberikan ternyata memberikan hasil yang efektif dan pengaruh yang signifikan dalam meningkatkan motivasi dan keaktifan belajar murid, selain itu, saya tentu lebih mengenali dan memahami kebutuhan belajar murid saya sehingga dapat menentukan strategi yang tepat untuk mengakomodir kebutuhan belajarnya. Asesmen yang diberikan pun menjadi stimulus bagi murid untuk belajar lebih baik lagi dan semangat untuk mengerjakan asesmen yang diberikan dikarenakan dikemas dalam aplikasi yang seru dan menarik. Prose ini juga membelajarkan murid dan saya sebagai guru untuk melakukan refleksi secara berkala sebagai cerminan untuk terus memperbaiki diri dalam proses selanjutnya.
Dari rangkaian RASER treatment ini dapat direfleksikan bahwa treatment ini memberikan dampak yang positif terhadap peningkatan motivasi belajar murid terbukti dengan murid merasa happy dan aktif dalam proses pembelajaran dan sangat efektif untuk mewujudkan merdeka belajar secara holistik olehnya itu seorang guru perlu merekognize muridnya dengan baik, menerapkan strategi yang mengakomodir kebutuhan murid, lebih sering melakukan assesment formatif dan refleksi secara berkelanjutan
“RASER” adalah sebuah akronim dari Recognize, Apply, asSEs, dan Reflect yang merupakan sebuah siklus treatment yang bisa dilakukan untuk mengaktualisasikan merdeka belajar di ruang-ruang kelas
Mengutip pernyataan bapak Ki Hajar Dewantara yang menyatakan bahwa “tujuan pendidikan yaitu menuntun segala kodrat yang ada pada anak-anak, agar mereka dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya baik sebagai manusia maupun sebagai anggota masyarakat”. Hal inilah yang kemudian terus memantik saya untuk menjadi seorang pendidik yang senantiasa menghadirkan diri sebagai ‘pamong’ yang selalu memberikan ‘tuntunan’ agar murid dapat menemukan kemerdekaannya dalam belajar. Olehnya itu, saya tentu bertanggung jawab untuk menciptakan suasana belajar yang menyenangkan, menfasilitasi proses belajar yang sesuai kebutuhan belajar murid serta memberikan ruang kepada murid dalam mengeksplore potensi dan keunikannya masing-masing melalui treatment yang dapat menstimulus terciptanya merdeka belajar diruang-ruang kelas.
Namun terlihat fakta dilapangan bahwa masih terdapat banyak tantangan yang dihadapi untuk merealisasikan merdeka belajar di ruang kelas dintaranya adalah miskonsepsi dalam penerapan kurikulum merdeka sehingga belum dapat terimplementasi secara holistik, treatment yang diberikan masih monoton dan kurang berpihak pada murid, suasana kelas yang membosankan dan kurang menarik sehingga murid kurang termotivasi untuk belajar.
Untuk menjawab tantangan tersebut, maka aksi yang saya lakukan adalah menerapkan “RASER” treatment yang merupakan perlakuan yang saya berikan kepada murid melalui rangkaian tahapan yang sistematis untuk mewujudkan merdeka belajar, RASER merupakan akronim dari;
R for Recognize yang berarti mengenali A for Apply yang berarti menerapkan SE for Asses yang berarti menilai
R for Reflect yang berarti merefleksi
Hal tersebut teraktualisasi melalui beberapa step, yakni:
Step 1:
Recognize your students through diagnostic assesment (mengenali murid lebih jauh melalui asesmen diagnostik), hal ini dilakukan dengan memotret laporan hasil belajar murid pada semester sebelumnya, interview dengan orang tua murid, wali kelas dan guru BK untuk mendapat informasi yang lebih valid terkait profil dan minat Murid sedangkan untuk kesiapan belajar murid dilihat dari asesmen diagnostik kognitif maupun observasi kinerja murid. Step ini akan menjadi pondasi utama bagi saya dalam menerapkan pembelajaran yang berpihak pada murid
Apply differentiated learning integrated social emotional learning (menerapkan pembelajaran berdiferensiasi terintegrasi dengan pembelajaran sosial emosional), hal ini dilakukan dengan menerapkan diferensiasi konten, proses dan produk yaitu dengan cara menyiapkan konten pembelajaran yang berbasis game dalam hal ini board game yang variatif sesuai dengan kesiapan belajar murid, untuk diferensiasi proses menggunakan strategi belajar yang disesuaikan dengan preferensi gaya belajar murid yakni menggunakan gambar untuk yang visual, mendengarkan dialog untuk yang audio dan mempraktikkan dialog di depan kelas untuk murid yang kinestetik, sedangkan untuk diferensiasi produk memberikan ruang kepada murid untuk mengerjakan tugas sesuai dengan minat mereka, apakah mereka menyajikannya dalam bentuk presentasi, poster, maupun portofolio, selain itu, proses pembelajaran ini saya integrasikan dengan pembelajaran sosial emosional yang diawali dengan mengajak murid melakukan teknik STOP untuk meningkatkan konsentrasi peserta didik, membentuk sikap positif serta mengembangkan kemampuan dalam mengambil keputusan yang reflektif, dan ketika murid terlihat bosan atau mengantuk maka saya selingi dengan Ice breaking.
Assesment formatif for being better (Memberikan assesment formatif untuk memotret ketercapaian tujuan pembelajaran), hal ini dilakukan dengan menyajikan asesmen melalui aplikasi KAHOOT, saya menyediakan link kahoot dan meminta murid mengakses link tersebut untuk mengerjakan soal yang disajikan, asesmen dengan aplikasi kahoot sangat seru dan menarik sehingga asesmen bukan lagi sesuatu yang menakutkan bagi murid melainkan menjadi sesuatu yang ditunggu-tunggu oleh murid
Reflection (melakukan refleksi secara berkala), diakhir pembelajaran saya melakukan refleksi untuk mendengarkan umpan balik murid terkait proses pembelajaran yang telah dilakukan dengan 3 pertanyaan pemantik yang saya sajikan melalui aplikasi PADDLET, saya akan memotret perasaan siswa mengikuti pembelajaran, insight yang diperoleh dan target yang akan dicapai untuk pembelajaran berikutnya.
Treatment yang diberikan ternyata memberikan hasil yang efektif dan pengaruh yang signifikan dalam meningkatkan motivasi dan keaktifan belajar murid, selain itu, saya tentu lebih mengenali dan memahami kebutuhan belajar murid saya sehingga dapat menentukan strategi yang tepat untuk mengakomodir kebutuhan belajarnya. Asesmen yang diberikan pun menjadi stimulus bagi murid untuk belajar lebih baik lagi dan semangat untuk mengerjakan asesmen yang diberikan dikarenakan dikemas dalam aplikasi yang seru dan menarik. Prose ini juga membelajarkan murid dan saya sebagai guru untuk melakukan refleksi secara berkala sebagai cerminan untuk terus memperbaiki diri dalam proses selanjutnya.
Dari rangkaian RASER treatment ini dapat direfleksikan bahwa treatment ini memberikan dampak yang positif terhadap peningkatan motivasi belajar murid terbukti dengan murid merasa happy dan aktif dalam proses pembelajaran dan sangat efektif untuk mewujudkan merdeka belajar secara holistik olehnya itu seorang guru perlu merekognize muridnya dengan baik, menerapkan strategi yang mengakomodir kebutuhan murid, lebih sering melakukan assesment formatif dan refleksi secara berkelanjutan
Praktik baik Sebelum Direvisi
Elaborasi Praktik Baik
Mengutip pernyataan bapak Ki Hajar Dewantara yang menyatakan bahwa “tujuan pendidikan yaitu menuntun segala kodrat yang ada pada anak-anak, agar mereka dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya baik sebagai manusia maupun sebagai anggota masyarakat”. Hal inilah yang kemudian terus memantik saya untuk menjadi seorang pendidik yang senantiasa menghadirkan diri sebagai ‘pamong’ yang selalu memberikan ‘tuntunan’ agar murid dapat menemukan kemerdekaannya dalam belajar. Olehnya itu, saya tentu bertanggung jawab untuk menciptakan suasana belajar yang menyenangkan, menfasilitasi proses belajar yang sesuai kebutuhan belajar murid serta memberikan ruang kepada murid dalam mengeksplore potensi dan keunikannya masing-masing melalui treatment yang dapat menstimulus terciptanya merdeka belajar diruang-ruang kelas.
Namun terlihat fakta dilapangan bahwa masih terdapat banyak tantangan yang dihadapi untuk merealisasikan merdeka belajar di ruang kelas dintaranya adalah miskonsepsi dalam penerapan kurikulum merdeka sehingga belum dapat terimplementasi secara holistik, treatment yang diberikan masih monoton dan kurang berpihak pada murid, suasana kelas yang membosankan dan kurang menarik sehingga murid kurang termotivasi untuk belajar.
Untuk menjawab tantangan tersebut, maka aksi yang saya lakukan adalah menerapkan “RASER” treatment yang merupakan perlakuan yang saya berikan kepada murid melalui rangkaian tahapan yang sistematis untuk mewujudkan merdeka belajar, RASER merupakan akronim dari;
R for Recognize yang berarti mengenali A for Apply yang berarti menerapkan SE for Asses yang berarti menilai
R for Reflect yang berarti merefleksi
Hal tersebut teraktualisasi melalui beberapa step, yakni:
Step 1:
Recognize your students through diagnostic assesment (mengenali murid lebih jauh melalui asesmen diagnostik), hal ini dilakukan dengan memotret laporan hasil belajar murid pada semester sebelumnya, interview dengan orang tua murid, wali kelas dan guru BK untuk mendapat informasi yang lebih valid terkait profil dan minat Murid sedangkan untuk kesiapan belajar murid dilihat dari asesmen diagnostik kognitif maupun observasi kinerja murid. Step ini akan menjadi pondasi utama bagi saya dalam menerapkan pembelajaran yang berpihak pada murid
Apply differentiated learning integrated social emotional learning (menerapkan pembelajaran berdiferensiasi terintegrasi dengan pembelajaran sosial emosional), hal ini dilakukan dengan menerapkan diferensiasi konten, proses dan produk yaitu dengan cara menyiapkan konten pembelajaran yang berbasis game dalam hal ini board game yang variatif sesuai dengan kesiapan belajar murid, untuk diferensiasi proses menggunakan strategi belajar yang disesuaikan dengan preferensi gaya belajar murid yakni menggunakan gambar untuk yang visual, mendengarkan dialog untuk yang audio dan mempraktikkan dialog di depan kelas untuk murid yang kinestetik, sedangkan untuk diferensiasi produk memberikan ruang kepada murid untuk mengerjakan tugas sesuai dengan minat mereka, apakah mereka menyajikannya dalam bentuk presentasi, poster, maupun portofolio, selain itu, proses pembelajaran ini saya integrasikan dengan pembelajaran sosial emosional yang diawali dengan mengajak murid melakukan teknik STOP untuk meningkatkan konsentrasi peserta didik, membentuk sikap positif serta mengembangkan kemampuan dalam mengambil keputusan yang reflektif, dan ketika murid terlihat bosan atau mengantuk maka saya selingi dengan Ice breaking.
Assesment formatif for being better (Memberikan assesment formatif untuk memotret ketercapaian tujuan pembelajaran), hal ini dilakukan dengan menyajikan asesmen melalui aplikasi KAHOOT, saya menyediakan link kahoot dan meminta murid mengakses link tersebut untuk mengerjakan soal yang disajikan, asesmen dengan aplikasi kahoot sangat seru dan menarik sehingga asesmen bukan lagi sesuatu yang menakutkan bagi murid melainkan menjadi sesuatu yang ditunggu-tunggu oleh murid
Reflection (melakukan refleksi secara berkala), diakhir pembelajaran saya melakukan refleksi untuk mendengarkan umpan balik murid terkait proses pembelajaran yang telah dilakukan dengan 3 pertanyaan pemantik yang saya sajikan melalui aplikasi PADDLET, saya akan memotret perasaan siswa mengikuti pembelajaran, insight yang diperoleh dan target yang akan dicapai untuk pembelajaran berikutnya.
Treatment yang diberikan ternyata memberikan hasil yang efektif dan pengaruh yang signifikan dalam meningkatkan motivasi dan keaktifan belajar murid, selain itu, saya tentu lebih mengenali dan memahami kebutuhan belajar murid saya sehingga dapat menentukan strategi yang tepat untuk mengakomodir kebutuhan belajarnya. Asesmen yang diberikan pun menjadi stimulus bagi murid untuk belajar lebih baik lagi dan semangat untuk mengerjakan asesmen yang diberikan dikarenakan dikemas dalam aplikasi yang seru dan menarik. Prose ini juga membelajarkan murid dan saya sebagai guru untuk melakukan refleksi secara berkala sebagai cerminan untuk terus memperbaiki diri dalam proses selanjutnya.
Dari rangkaian RASER treatment ini dapat direfleksikan bahwa treatment ini memberikan dampak yang positif terhadap peningkatan motivasi belajar murid terbukti dengan murid merasa happy dan aktif dalam proses pembelajaran dan sangat efektif untuk mewujudkan merdeka belajar secara holistik olehnya itu seorang guru perlu merekognize muridnya dengan baik, menerapkan strategi yang mengakomodir kebutuhan murid, lebih sering melakukan assesment formatif dan refleksi secara berkelanjutan
Jika Anda mengalami kendala dalam scrolling, scroll di luar dari area Live Chat yang berwarna hitam.