Temu Pendidik Nusantara XII

Select Language

Bagaimana KOSP Mampu Menjadi Arah Bagi Warga Sekolah ?

Praktik baik Sebelum Direvisi

[revisi_terbaru]

Elaborasi Praktik Baik

Awal dan Tantangan

Dalam perjalanan menuju sekolah merdeka belajar, para guru telah mengambil langkah pertama dalam memahami esensinya. Proses pembelajaran tidak lagi hanya berfokus pada penyampaian konten, melainkan telah merambah ke pemahaman yang lebih dalam terhadap siswa, melibatkan mereka dalam setiap tahap proses. Guru-guru kini lebih berperan sebagai fasilitator, memberikan ruang bagi siswa untuk mengembangkan minat dan kreativitas mereka sendiri.

Namun, tantangan besar masih mewarnai penyusunan kurikulum yang idealnya memberdayakan konteks ini. Yang biasanya terjadi sebelum-sebelumnya, proses pembentukan Kurikulum Operasional Sekolah (KOSP) masih berada dalam tahap awal. Penyusunan KOSP hanya melibatkan sedikit pihak, sering kali hanya melibatkan wakil kurikulum, yang kemudian ditandatangani oleh kepala sekolah dan diserahkan ke dinas pendidikan. Ini menyebabkan ketidakjelasan mengenai arah dan detail kurikulum, hanya dimengerti oleh beberapa individu saja. Dalam keseharian pembelajaran yang berlangsung, pertanyaan tentang tujuan yang ingin dicapai terus muncul. Apakah setiap anggota komunitas pendidikan memiliki pandangan yang sama? Adakah keseragaman dalam visi mengenai masa depan siswa yang diinginkan? Seluruh permasalahan ini semakin diperkompleks dengan kurangnya pemahaman akan pentingnya pendidikan di masyarakat sekitar. Semakin sering muncul keraguan mengenai relevansi peran dan eksistensi sekolah dalam konteks saat ini. Dalam menghadapi dinamika ini, langkah-langkah konkrit harus diambil untuk memastikan bahwa penyusunan kurikulum tidak hanya menjadi formalitas, tetapi juga sebuah panduan yang mampu mendorong keberhasilan pembelajaran dan perkembangan holistik siswa.

 

Aksi

Langkah 1 : Curah Masalah dan Kebutuhan Masyarakat

Dari refleksi mendalam terhadap karakteristik sekolah, semakin tergambar betapa pentingnya melibatkan seluruh komunitas sekolah dalam penyusunan kurikulum. Pertanyaan-pertanyaan mendasar yang timbul terasa begitu luas untuk dijawab oleh satu individu. Mengakui kompleksitas ini, kami sepakat untuk menjalankan proses kolaboratif. Oleh karena itu, kami merencanakan serangkaian pertemuan dengan tujuan memulai perumusan kurikulum yang akan menjadi panduan bagi kita semua. Kendati langkah ini merupakan langkah maju, melibatkan semua guru dalam penyusunan kurikulum bukan perkara mudah. Untuk meringankan beban mereka yang sudah padat dengan tantangan kelas, kami merasa perlu untuk memberikan sokongan lebih. Dengan tujuan ini, kami menyusun pertanyaan-pertanyaan sederhana namun memiliki esensi mendalam, agar partisipasi dalam perumusan kurikulum menjadi lebih lancar. Pertanyaan pertama yang muncul dalam rapat kurikulum adalah: “Jika kita bercita-cita bahwa SMP Prawira dapat menjadi solusi bagi masyarakat, apa yang sebenarnya dibutuhkan oleh masyarakat? Apa masalah yang tengah dihadapi oleh mereka?” Dari pertanyaan ini, berbagai masalah pun muncul dan mengalir dari berbagai arah, termasuk persoalan ekonomi, moral, kesadaran pendidikan, hingga isu keluarga. Sejalan dengan perbincangan yang semakin mengalir, kami merasa perlu untuk menyederhanakan masalah-masalah yang telah diutarakan. Konsep pohon masalah pun kami terapkan untuk mengorganisirnya menjadi dampak masalah, masalah yang tampak, dan akar masalah. Melalui pendekatan ini, kami semakin memahami serta menyadari akar masalah yang mendasar di masyarakat kami. Kami percaya bahwa peran sekolah memiliki potensi untuk menjadi bagian dari solusi.

Langkah 2 : Curah Ide Solusi dan Perumusan Profil Pelajar Prawira

Proses rapat berlanjut. Tidak hanya membahas masalah, tetapi juga sumber daya yang kami miliki untuk menghadapinya. Fasilitas, kompetensi, jaringan sekolah, dan aset alam di sekitar kami mulai diidentifikasi sebagai potensi yang dapat dimanfaatkan. Tidak hanya melibatkan guru-guru, kami juga mengundang tokoh-tokoh masyarakat, perwakilan birokrasi, komite sekolah, dan orang tua murid. Dialog yang terjalin menjadi jendela untuk memahami lebih dalam kebutuhan dan harapan mereka terhadap sekolah kami. Kami memastikan bahwa arah yang kami tuju senada dengan aspirasi mereka. Dengan masukan dan dukungan yang diberikan oleh berbagai pihak, kami berhasil merumuskan profil ideal siswa SMP Prawira dengan 6 dimensi yang mewakili visi sekolah kami. Dimensi-dimensi tersebut mencerminkan semangat untuk mengilhami pelajar kami agar memiliki jiwa wirausaha, cinta alam, dan religiusitas yang kuat.

Langkah 3 : Sosialsiasi Kurikulum Prawira

Tidak berhenti di situ, kami melibatkan wali murid untuk menciptakan keselarasan antara pembelajaran di sekolah dan di rumah. Seluruh rangkaian langkah ini merupakan manifestasi nyata dari upaya kami untuk merancang kurikulum yang benar-benar mencerminkan dan memanfaatkan konteks, dengan tujuan menciptakan pengalaman pendidikan yang bermakna dan relevan bagi semua pihak.

 

(Perubahan) Refleksi Hasil dan Dampak

Guru adalah para profesional yang memiliki kemandirian dan otonomi dalam praktik mengajar mereka. Namun, dalam proses penyusunan kurikulum operasional satuan pendidikan, kami sadar bahwa sebagai bagian dari komunitas belajar di sekolah, kami perlu menyelaraskan pandangan dan menyatukan langkah. Hal ini bertujuan agar anak-anak tidak hanya “overdosis” dengan berbagai resep yang diberikan oleh “dokter-dokter” individu tanpa adanya kolaborasi. Tujuan kami bukan hanya untuk membantu mereka “sembuh”, melainkan juga tumbuh dan berkembang menjadi individu yang berarti bagi diri mereka sendiri, keluarga, dan masyarakat. Kesadaran akan pentingnya tujuan bersama kian berkembang. Kami mulai merancang alur tujuan pembelajaran dan rencana pembelajaran yang relevan bagi anak-anak kami dan lingkungan masyarakat mereka. Dalam pemilihan materi pembelajaran, kami berhati-hati untuk memilih secara selektif, hanya mengambil yang benar-benar menjadi prioritas untuk membangun profil pelajar prawira bagi anak-anak kami. Dengan demikian, pembelajaran yang kami berikan memiliki keterkaitan yang lebih kuat dengan kehidupan nyata. Semua langkah ini diambil dengan tujuan agar sekolah dapat semakin hadir sebagai solusi di tengah-tengah masyarakat.

 

Tips

Dalam upaya melibatkan semua guru, masyarakat, dan wali murid dalam penyusunan kurikulum sekolah, merupakan hal yang tidak mudah. Namun, kita memahami bahwa langkah awal yang tepat dapat menjadi kunci untuk membangun kolaborasi yang kuat dan merancang kurikulum yang relevan bagi murid dan masyarakat. Memulai dengan tahap perkembangan yang tepat adalah fondasi yang esensial, yang membantu kita mengatasi hambatan, memperkuat pemahaman bersama, dan memberikan arah yang jelas menuju hasil yang positif. Dengan fokus pada tahap permulaan ini, kita dapat memastikan keterlibatan penuh dan semangat dari setiap individu, demi mewujudkan kurikulum yang memberdayakan

Jika Anda mengalami kendala dalam scrolling, scroll di luar dari area Live Chat yang berwarna hitam.