Pembelajaran Seni Budaya dalam materi Menggambar Ilustrasi dalam bentuk digital. Sebagai upaya meningkatkan rasa kreatifitas dan literasi murid.
Pembelajaran Seni Budaya dalam materi Menggambar Ilustrasi dalam bentuk digital. Sebagai upaya meningkatkan rasa kreatifitas dan literasi murid.
Pada masa transisi pasca pandemi, memberikan dampak luar biasa dalam pembelajaran, yaitu salah satunya adalah darurat kreatifitas dalam mata pelajaran Seni Budaya. Murid memiliki kebiasaan copy paste dalam membuat karya, sebagai contoh mereka mengambil gambar (download/unduh) dari sebuah situ kemudian sedikit diedit lalu diberi nama murid yang membuat.
Hal ini menyebabkan mereka sangat tergantung oleh keberadaan sebuah situ ataupun aplikasi yang lain, padahal proses yang sebenarnya adalah mereka browsing gambar sebagai contoh bentuk tugas yang diberi dan/atau disesuaikan dengan tema yang diinginkan.
Selain darurat kreatifitas, mereka juga darurat literasi, kebanyakan untuk membaca mengalami kesulitan yang dalam arti “malas membaca”, keseringan mereka bertanya hal yang telah disampaikan dalam materi/bacaan yang sudah diberi.
Kejadian yang disampaikan diatas telah nampak saat pembelajaran tatap muka terbatas, yang dimana mereka kebanyakan membuat karya yang kurang lebih 90-100% hasil copas. Keresahan ini memunculkan ide merubah metode pembelajaran Six_M dengan diawali melakukan pemetaan anak berdasarkan penilaian awal diagnostic, kemudian dari hasil tersebut menggabungkan mereka yang sesuai dengan karakter dan bakat minat anak.
Dalam kelas terbagi menjadi beberapa kelompok yang disesuaikan dengan 3 karakter yaitu :
Di tiga karakter ini pun dilebur menjadi beberapa kelompok, untuk bergabung berkolaborasi dan saling melengkapi.
Hasil yang didapat pun diluar dugaan, ada yang mampu membuat flipbook (dari hasil tantangan sih…), ada yang membuat poster dengan hasil edit yang ciamik dan juga ada yang membuat komik sederhana yang disesuaikan dengan kemampuan mereka.
Pembelajaran Seni Budaya dalam materi Menggambar Ilustrasi dalam bentuk digital. Sebagai upaya meningkatkan rasa kreatifitas dan literasi murid.
Pada masa transisi pasca pandemi, memberikan dampak luar biasa dalam pembelajaran, yaitu salah satunya adalah darurat kreatifitas dalam mata pelajaran Seni Budaya. Murid memiliki kebiasaan copy paste dalam membuat karya, sebagai contoh mereka mengambil gambar (download/unduh) dari sebuah situ kemudian sedikit diedit lalu diberi nama murid yang membuat.
Hal ini menyebabkan mereka sangat tergantung oleh keberadaan sebuah situ ataupun aplikasi yang lain, padahal proses yang sebenarnya adalah mereka browsing gambar sebagai contoh bentuk tugas yang diberi dan/atau disesuaikan dengan tema yang diinginkan.
Selain darurat kreatifitas, mereka juga darurat literasi, kebanyakan untuk membaca mengalami kesulitan yang dalam arti “malas membaca”, keseringan mereka bertanya hal yang telah disampaikan dalam materi/bacaan yang sudah diberi.
Kejadian yang disampaikan diatas telah nampak saat pembelajaran tatap muka terbatas, yang dimana mereka kebanyakan membuat karya yang kurang lebih 90-100% hasil copas. Keresahan ini memunculkan ide merubah metode pembelajaran Six_M dengan diawali melakukan pemetaan anak berdasarkan penilaian awal diagnostic, kemudian dari hasil tersebut menggabungkan mereka yang sesuai dengan karakter dan bakat minat anak.
Dalam kelas terbagi menjadi beberapa kelompok yang disesuaikan dengan 3 karakter yaitu :
Di tiga karakter ini pun dilebur menjadi beberapa kelompok, untuk bergabung berkolaborasi dan saling melengkapi.
Hasil yang didapat pun diluar dugaan, ada yang mampu membuat flipbook (dari hasil tantangan sih…), ada yang membuat poster dengan hasil edit yang ciamik dan juga ada yang membuat komik sederhana yang disesuaikan dengan kemampuan mereka.
Praktik baik Sebelum Direvisi
Elaborasi Praktik Baik
Pada masa transisi pasca pandemi, memberikan dampak luar biasa dalam pembelajaran, yaitu salah satunya adalah darurat kreatifitas dalam mata pelajaran Seni Budaya. Murid memiliki kebiasaan copy paste dalam membuat karya, sebagai contoh mereka mengambil gambar (download/unduh) dari sebuah situ kemudian sedikit diedit lalu diberi nama murid yang membuat.
Hal ini menyebabkan mereka sangat tergantung oleh keberadaan sebuah situ ataupun aplikasi yang lain, padahal proses yang sebenarnya adalah mereka browsing gambar sebagai contoh bentuk tugas yang diberi dan/atau disesuaikan dengan tema yang diinginkan.
Selain darurat kreatifitas, mereka juga darurat literasi, kebanyakan untuk membaca mengalami kesulitan yang dalam arti “malas membaca”, keseringan mereka bertanya hal yang telah disampaikan dalam materi/bacaan yang sudah diberi.
Kejadian yang disampaikan diatas telah nampak saat pembelajaran tatap muka terbatas, yang dimana mereka kebanyakan membuat karya yang kurang lebih 90-100% hasil copas. Keresahan ini memunculkan ide merubah metode pembelajaran Six_M dengan diawali melakukan pemetaan anak berdasarkan penilaian awal diagnostic, kemudian dari hasil tersebut menggabungkan mereka yang sesuai dengan karakter dan bakat minat anak.
Dalam kelas terbagi menjadi beberapa kelompok yang disesuaikan dengan 3 karakter yaitu :
Di tiga karakter ini pun dilebur menjadi beberapa kelompok, untuk bergabung berkolaborasi dan saling melengkapi.
Hasil yang didapat pun diluar dugaan, ada yang mampu membuat flipbook (dari hasil tantangan sih…), ada yang membuat poster dengan hasil edit yang ciamik dan juga ada yang membuat komik sederhana yang disesuaikan dengan kemampuan mereka.
Jika Anda mengalami kendala dalam scrolling, scroll di luar dari area Live Chat yang berwarna hitam.