Pembelajaran Berdiferensiasi Murid SMK
Sebelumnya saya berpandangan bahwa tugas guru adalah mentransfer ilmu sehingga guru merupakan satu-satunya sumber belajar. Saya juga berkewajiban untuk menuntaskan materi sesuai dengan tuntutan kurikulum, sehingga saya sering memberikan pressure kepada murid untuk menuntaskan tugas-tugas/projek sesuai materi yang dipelajari. Tugas-tugas/projek tersebut saya susun sendiri berdasarkan analisa KI/KD. Selama proses pembelajaran, saya menggunakan modul, power point, dan video tentang mesin CNC.
Setelah berjalan 4 kali pertemuan, saya menyadari bahwa berdasarkan hasil pengamatan selama ini, murid-murid cenderung pasif. Tugas/projek pemrograman yang saya berikan, sudah dikerjakan oleh semua murid. Untuk memverifikasi program G Code yang telah dibuat, saya melakukan tes wawancara dan hasilnya banyak murid yang belum bisa menguasai pembuatan program G Code. Saat proses eksekusi di mesin, murid menggunakan program yang sudah dibuat oleh temannya, sehingga tidak bisa terukur kompetensinya. Setelah saya menggali informasi lebih dalam, ternyata banyak yang menyalin program G Code hasil pekerjaan temannya.
Disaat yang bersamaan, saya sedang mengikuti pendidikan guru penggerak angkatan 7 dan sampai pada materi modul 2 praktik pembelajaran yang berpihak pada murid. Sayapun akhirnya mengubah proses pembelajaran saya dengan menerapkan pembelajaran berdiferensiasi khususnya pada proses dan produk yang dihasilkan. Saya memberikan kebebasan kepada murid untuk membuat gambar kerja sendiri dalam bentuk jobsheet berdasarkan materi yang dipelajari sesuai dengan kreatifitasnya masing-masing. Respon yang diberikan murid sangat positif. Ide-ide banyak yang muncul dan mereka merasa tertantang untuk menghasilkan produk sesuai dengan minatnya. Dalam proses pembuatan program G Code, murid banyak bertanya kepada saya untuk konsultasi ide atau jika mengalami kendala. Saya merasa senang karena murid-murid lebih aktif dan saya hanya berperan sebagai fasilitator. Proses simulasi program G Code yang telah dibuat dan proses eksekusi ke benda kerja direkam dalam bentuk video dan diedit sesuai kreatifitas masing-masing, sehingga tampilannya sangat beragam dan menarik.
Projek yang berikutnya adalah membuat miniatur moulding secara berkelompok. Setiap kelompok terdiri dari 2 murid. Produk yang dihasilkan diantaranya adalah moulding roda gigi, profil accesoris, dan sebagainya. Interaksi antar siswa berlangsung dengan baik dan kreatifitas murid semakin bertumbuh. Saya membertanya dan memberikan penguatan/pendampingan kepada murid-murid yang mengalami kendala.
Pembelajaran berdiferensiasi yang saya lakukan sangat memberikan pelajaran yang berharga bagi saya. Selama ini murid SMK khususnya kompetensi keahlian teknik pemesinan dituntut untuk dapat melaksanakan projek yang diberikan dengan hasil yang presisi. Murid banyak berperan sebagai operator, ide-ide atau gagasan tidak tergali dengan baik sehingga dimensi kreatif murid kurang tergali secara maksimal. Dengan adanya pembelajaran berdiferensiasi, siswa lebih aktif dan dimensi kreatif siswa dapat bertumbuh. Murid tidak lagi berperan senagai operator, tetapi juga dapat berperan sebagai desainer, programer, dan operator khususnya teknik pemesinan CNC, yang nantinya kompetensi tersebut sangat bermanfaat di dunia kerja.
Hal yang perlu dikembangkan adalah selain video proses simulasi dan eksekusi benda kerja, perlu dikembangkan variasi produknya, misalnya poster, banner, infografis, atau video iklan tentang produk yang dihasilkan sebagai bentuk pemasaran hasil produknya.
Diakhir pembelajaran saya memberikan kesempatan kepada murid untuk merefleksikan pembelajaran tersebut dan mereka pun menjawab bahwa pembelajaran berdiferensiasi tersebut sangat menyenangkan, murid dapat menyalurkan ide-idenya, dan merasa puas tentang hasil projeknya karena dapat mewujudkan ide-ide kedalam bentuk nyata yang berupa produk.
Pembelajaran Berdiferensiasi Murid SMK
Sebelumnya saya berpandangan bahwa tugas guru adalah mentransfer ilmu sehingga guru merupakan satu-satunya sumber belajar. Saya juga berkewajiban untuk menuntaskan materi sesuai dengan tuntutan kurikulum, sehingga saya sering memberikan pressure kepada murid untuk menuntaskan tugas-tugas/projek sesuai materi yang dipelajari. Tugas-tugas/projek tersebut saya susun sendiri berdasarkan analisa KI/KD. Selama proses pembelajaran, saya menggunakan modul, power point, dan video tentang mesin CNC.
Setelah berjalan 4 kali pertemuan, saya menyadari bahwa berdasarkan hasil pengamatan selama ini, murid-murid cenderung pasif. Tugas/projek pemrograman yang saya berikan, sudah dikerjakan oleh semua murid. Untuk memverifikasi program G Code yang telah dibuat, saya melakukan tes wawancara dan hasilnya banyak murid yang belum bisa menguasai pembuatan program G Code. Saat proses eksekusi di mesin, murid menggunakan program yang sudah dibuat oleh temannya, sehingga tidak bisa terukur kompetensinya. Setelah saya menggali informasi lebih dalam, ternyata banyak yang menyalin program G Code hasil pekerjaan temannya.
Disaat yang bersamaan, saya sedang mengikuti pendidikan guru penggerak angkatan 7 dan sampai pada materi modul 2 praktik pembelajaran yang berpihak pada murid. Sayapun akhirnya mengubah proses pembelajaran saya dengan menerapkan pembelajaran berdiferensiasi khususnya pada proses dan produk yang dihasilkan. Saya memberikan kebebasan kepada murid untuk membuat gambar kerja sendiri dalam bentuk jobsheet berdasarkan materi yang dipelajari sesuai dengan kreatifitasnya masing-masing. Respon yang diberikan murid sangat positif. Ide-ide banyak yang muncul dan mereka merasa tertantang untuk menghasilkan produk sesuai dengan minatnya. Dalam proses pembuatan program G Code, murid banyak bertanya kepada saya untuk konsultasi ide atau jika mengalami kendala. Saya merasa senang karena murid-murid lebih aktif dan saya hanya berperan sebagai fasilitator. Proses simulasi program G Code yang telah dibuat dan proses eksekusi ke benda kerja direkam dalam bentuk video dan diedit sesuai kreatifitas masing-masing, sehingga tampilannya sangat beragam dan menarik.
Projek yang berikutnya adalah membuat miniatur moulding secara berkelompok. Setiap kelompok terdiri dari 2 murid. Produk yang dihasilkan diantaranya adalah moulding roda gigi, profil accesoris, dan sebagainya. Interaksi antar siswa berlangsung dengan baik dan kreatifitas murid semakin bertumbuh. Saya membertanya dan memberikan penguatan/pendampingan kepada murid-murid yang mengalami kendala.
Pembelajaran berdiferensiasi yang saya lakukan sangat memberikan pelajaran yang berharga bagi saya. Selama ini murid SMK khususnya kompetensi keahlian teknik pemesinan dituntut untuk dapat melaksanakan projek yang diberikan dengan hasil yang presisi. Murid banyak berperan sebagai operator, ide-ide atau gagasan tidak tergali dengan baik sehingga dimensi kreatif murid kurang tergali secara maksimal. Dengan adanya pembelajaran berdiferensiasi, siswa lebih aktif dan dimensi kreatif siswa dapat bertumbuh. Murid tidak lagi berperan senagai operator, tetapi juga dapat berperan sebagai desainer, programer, dan operator khususnya teknik pemesinan CNC, yang nantinya kompetensi tersebut sangat bermanfaat di dunia kerja.
Hal yang perlu dikembangkan adalah selain video proses simulasi dan eksekusi benda kerja, perlu dikembangkan variasi produknya, misalnya poster, banner, infografis, atau video iklan tentang produk yang dihasilkan sebagai bentuk pemasaran hasil produknya.
Diakhir pembelajaran saya memberikan kesempatan kepada murid untuk merefleksikan pembelajaran tersebut dan mereka pun menjawab bahwa pembelajaran berdiferensiasi tersebut sangat menyenangkan, murid dapat menyalurkan ide-idenya, dan merasa puas tentang hasil projeknya karena dapat mewujudkan ide-ide kedalam bentuk nyata yang berupa produk.
Praktik baik Sebelum Direvisi
Elaborasi Praktik Baik
Sebelumnya saya berpandangan bahwa tugas guru adalah mentransfer ilmu sehingga guru merupakan satu-satunya sumber belajar. Saya juga berkewajiban untuk menuntaskan materi sesuai dengan tuntutan kurikulum, sehingga saya sering memberikan pressure kepada murid untuk menuntaskan tugas-tugas/projek sesuai materi yang dipelajari. Tugas-tugas/projek tersebut saya susun sendiri berdasarkan analisa KI/KD. Selama proses pembelajaran, saya menggunakan modul, power point, dan video tentang mesin CNC.
Setelah berjalan 4 kali pertemuan, saya menyadari bahwa berdasarkan hasil pengamatan selama ini, murid-murid cenderung pasif. Tugas/projek pemrograman yang saya berikan, sudah dikerjakan oleh semua murid. Untuk memverifikasi program G Code yang telah dibuat, saya melakukan tes wawancara dan hasilnya banyak murid yang belum bisa menguasai pembuatan program G Code. Saat proses eksekusi di mesin, murid menggunakan program yang sudah dibuat oleh temannya, sehingga tidak bisa terukur kompetensinya. Setelah saya menggali informasi lebih dalam, ternyata banyak yang menyalin program G Code hasil pekerjaan temannya.
Disaat yang bersamaan, saya sedang mengikuti pendidikan guru penggerak angkatan 7 dan sampai pada materi modul 2 praktik pembelajaran yang berpihak pada murid. Sayapun akhirnya mengubah proses pembelajaran saya dengan menerapkan pembelajaran berdiferensiasi khususnya pada proses dan produk yang dihasilkan. Saya memberikan kebebasan kepada murid untuk membuat gambar kerja sendiri dalam bentuk jobsheet berdasarkan materi yang dipelajari sesuai dengan kreatifitasnya masing-masing. Respon yang diberikan murid sangat positif. Ide-ide banyak yang muncul dan mereka merasa tertantang untuk menghasilkan produk sesuai dengan minatnya. Dalam proses pembuatan program G Code, murid banyak bertanya kepada saya untuk konsultasi ide atau jika mengalami kendala. Saya merasa senang karena murid-murid lebih aktif dan saya hanya berperan sebagai fasilitator. Proses simulasi program G Code yang telah dibuat dan proses eksekusi ke benda kerja direkam dalam bentuk video dan diedit sesuai kreatifitas masing-masing, sehingga tampilannya sangat beragam dan menarik.
Projek yang berikutnya adalah membuat miniatur moulding secara berkelompok. Setiap kelompok terdiri dari 2 murid. Produk yang dihasilkan diantaranya adalah moulding roda gigi, profil accesoris, dan sebagainya. Interaksi antar siswa berlangsung dengan baik dan kreatifitas murid semakin bertumbuh. Saya membertanya dan memberikan penguatan/pendampingan kepada murid-murid yang mengalami kendala.
Pembelajaran berdiferensiasi yang saya lakukan sangat memberikan pelajaran yang berharga bagi saya. Selama ini murid SMK khususnya kompetensi keahlian teknik pemesinan dituntut untuk dapat melaksanakan projek yang diberikan dengan hasil yang presisi. Murid banyak berperan sebagai operator, ide-ide atau gagasan tidak tergali dengan baik sehingga dimensi kreatif murid kurang tergali secara maksimal. Dengan adanya pembelajaran berdiferensiasi, siswa lebih aktif dan dimensi kreatif siswa dapat bertumbuh. Murid tidak lagi berperan senagai operator, tetapi juga dapat berperan sebagai desainer, programer, dan operator khususnya teknik pemesinan CNC, yang nantinya kompetensi tersebut sangat bermanfaat di dunia kerja.
Hal yang perlu dikembangkan adalah selain video proses simulasi dan eksekusi benda kerja, perlu dikembangkan variasi produknya, misalnya poster, banner, infografis, atau video iklan tentang produk yang dihasilkan sebagai bentuk pemasaran hasil produknya.
Diakhir pembelajaran saya memberikan kesempatan kepada murid untuk merefleksikan pembelajaran tersebut dan mereka pun menjawab bahwa pembelajaran berdiferensiasi tersebut sangat menyenangkan, murid dapat menyalurkan ide-idenya, dan merasa puas tentang hasil projeknya karena dapat mewujudkan ide-ide kedalam bentuk nyata yang berupa produk.
Jika Anda mengalami kendala dalam scrolling, scroll di luar dari area Live Chat yang berwarna hitam.