Meningkatkan motivasi belajar pada murid untuk melestarikan bahasa Jawa melalui kegiatan observasi dan praktik langsung penggunaan bahasa Jawa di lingkungan terdekatnya yaitu PARTI (Pasar Tiban) yang ada di depan sekolah setiap hari Jum’at.
Meningkatkan motivasi belajar pada murid untuk melestarikan bahasa Jawa melalui kegiatan observasi dan praktik langsung penggunaan bahasa Jawa di lingkungan terdekatnya yaitu PARTI (Pasar Tiban) yang ada di depan sekolah setiap hari Jum’at.
PARTI UNTUK NGURI-URI BASA JAWA
Latar belakang dari murid-murid saya kelas 6 di Sekolah Dasar Islam Al Azhar 60 Pekalongan adalah menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa mereka sehari-hari dalam berkomunikasi. Tidak jarang juga ada yang menggunakan bahasa Inggris dalam percakapan baik di lingkungan keluarga maupun di sekolah.
Pelajaran bahasa Jawa masih menjadi momok yang tidak disukai oleh sebagian besar murid-murid saya di kelas. Mereka merasa asing dengan bahasa daerah mereka sendiri. Hal ini terlihat sekali ketika mereka diajak untuk membaca cerita berbahasa Jawa bahkan menyimak pelajaran bahasa Jawa kurang bersemangat karena tidak tahu artinya.
Melihat kondisi ini saya tertantang untuk mengajak mereka menemukan motivasi dari dalam dirinya sendiri dengan mencari tahu keadaan bahasa Jawa saat ini. Pertama, saya melakukan diskusi dengan murid yang diawali dari berbagi cerita pengalaman mereka yang pernah mendengar atau bahkan menggunakan bahasa Jawa. Murid-murid bergiliran menceritakan pengalamannya. Ada yang bercerita mendengar bahasa Jawa saat menghadiri acara pernikahan saudaranya di Solo yaitu pembawa acaranya menyampaikan kegiatan dalam bahasa Jawa krama alus yang sangat asing di telinganya. Ada murid yang bercerita tahu bahasa Jawa dari penjaga warung di dekat rumahnya yang selalu menyapa dan menanyakan mau beli apa dalam bahasa Jawa. Ada murid yang bercerita masih sering mendengarnya di rumah dari percakapan antara nenek dan ibunya. Kemudian langkah kedua saya mengajukan beberapa pertanyaan-pertanyaan pemantik terkait siapa yang masih aktif menggunakan bahasa Jawa?, mengapa bahasa Jawa sulit kita pelajari dan khususnya praktikkan?, apakah masih ada orang-orang disekitar kita yang masih menggunakan bahasa Jawa dalam kegiatannya sehari-hari?, dan siapa yang bisa ikut nguri-uri (melestarikan) bahasa Jawa saat ini?, dst.
Dari hasil diskusi, akhirnya kita melakukan observasi di lingkungan sekolah terkait penggunaan bahasa Jawa. Murid-murid mencari informasi guru dan karyawan yang masih sering menggunakan bahasa Jawa dalam percakapan sehari-hari. Hasilnya kurang dari 20% dan mereka menyimpulkan bahwa penggunaan bahasa Jawa di lingkungan sekolah kami cukup sedikit. Mereka penasaran bagaimana dengan di lingkungan luar sekitar sekolah. Kebetulan setiap hari Jum’at selalu ada pasar tiban (pasar yang muncul dadakan dari pagi hari sampai siang) di depan sekolah, ada yang usul bagaimana kalau kita observasi dan praktik berbahasa Jawa ke para pedagang di pasar tiban (PARTI). Murid-murid sepakat untuk mencoba. “Sepertinya akan seru dan bisa menjawab rasa penasaran kita tentang penggunaan bahasa Jawa.” Kata salah satu murid. Mereka antusias menentukan tujuan praktik dan observasi serta membuat rencananya bersama-sama. Saling berkolaborasi menulis kalimat yang akan mereka gunakan saat ingin membeli jajan, menanyakan harga, dll dalam bahasa Jawa. Mereka mandiri mencarinya diinternet lalu konsultasi ke guru apakah kalimat dan pelafalannya sudah benar. Setelah itu mereka juga melakukan simulasi bermain peran dengan temannya di kelas supaya lebih percaya diri. Hari yang ditunggu-tunggu tiba, kita membuat kesepakatan apa yang kita harus lakukan untuk mencapai tujuan belajar kita. Di pasar tiban mereka praktik berbahasa Jawa dengan para pedagang bahkan ada yang dengan beberapa calon pembeli juga. Meskipun ada yang masih terbata-bata menyampaikan kalimatnya, bahkan lupa dan akhirnya dibantu oleh temannya yang lain atau saya tetapi saya senang melihatnya. Mereka tertawa saat bertemu pedagang yang justru merespon pertanyaan mereka menggunakan bahasa Indonesia. Mereka bertemu juga pedagang yang malah jadi guru mereka karena mengajari mereka melafalkan bahasa Jawa. Semua sepakat pengalaman belajar di luar kelas ini sangat seru dan bermakna. bahkan kami melakukan kegiatan ini sebanyak dua kali.
Dari kegiatan yang kami lakukan, akhirnya murid menyadari bahwa ternyata penggunaan bahasa Jawa memang sudah sangat sedikit tidak hanya di lingkungan keluarga (rumah) dan sekolah, namun juga di masyarakat sekitar. Munculnya motivasi dari dalam diri murid untuk ikut melestarikan bahasa jawa dalam kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu murid sepakat untuk tidak anti pada bahasa Jawa dengan mau belajar, mau menggunakan bahasa Jawa sederhana saat kita berada di masyarakat atau saat berkomunikasi kepada orang yang lebih tua.
Meningkatkan motivasi belajar pada murid untuk melestarikan bahasa Jawa melalui kegiatan observasi dan praktik langsung penggunaan bahasa Jawa di lingkungan terdekatnya yaitu PARTI (Pasar Tiban) yang ada di depan sekolah setiap hari Jum’at.
PARTI UNTUK NGURI-URI BASA JAWA
Latar belakang dari murid-murid saya kelas 6 di Sekolah Dasar Islam Al Azhar 60 Pekalongan adalah menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa mereka sehari-hari dalam berkomunikasi. Tidak jarang juga ada yang menggunakan bahasa Inggris dalam percakapan baik di lingkungan keluarga maupun di sekolah.
Pelajaran bahasa Jawa masih menjadi momok yang tidak disukai oleh sebagian besar murid-murid saya di kelas. Mereka merasa asing dengan bahasa daerah mereka sendiri. Hal ini terlihat sekali ketika mereka diajak untuk membaca cerita berbahasa Jawa bahkan menyimak pelajaran bahasa Jawa kurang bersemangat karena tidak tahu artinya.
Melihat kondisi ini saya tertantang untuk mengajak mereka menemukan motivasi dari dalam dirinya sendiri dengan mencari tahu keadaan bahasa Jawa saat ini. Pertama, saya melakukan diskusi dengan murid yang diawali dari berbagi cerita pengalaman mereka yang pernah mendengar atau bahkan menggunakan bahasa Jawa. Murid-murid bergiliran menceritakan pengalamannya. Ada yang bercerita mendengar bahasa Jawa saat menghadiri acara pernikahan saudaranya di Solo yaitu pembawa acaranya menyampaikan kegiatan dalam bahasa Jawa krama alus yang sangat asing di telinganya. Ada murid yang bercerita tahu bahasa Jawa dari penjaga warung di dekat rumahnya yang selalu menyapa dan menanyakan mau beli apa dalam bahasa Jawa. Ada murid yang bercerita masih sering mendengarnya di rumah dari percakapan antara nenek dan ibunya. Kemudian langkah kedua saya mengajukan beberapa pertanyaan-pertanyaan pemantik terkait siapa yang masih aktif menggunakan bahasa Jawa?, mengapa bahasa Jawa sulit kita pelajari dan khususnya praktikkan?, apakah masih ada orang-orang disekitar kita yang masih menggunakan bahasa Jawa dalam kegiatannya sehari-hari?, dan siapa yang bisa ikut nguri-uri (melestarikan) bahasa Jawa saat ini?, dst.
Dari hasil diskusi, akhirnya kita melakukan observasi di lingkungan sekolah terkait penggunaan bahasa Jawa. Murid-murid mencari informasi guru dan karyawan yang masih sering menggunakan bahasa Jawa dalam percakapan sehari-hari. Hasilnya kurang dari 20% dan mereka menyimpulkan bahwa penggunaan bahasa Jawa di lingkungan sekolah kami cukup sedikit. Mereka penasaran bagaimana dengan di lingkungan luar sekitar sekolah. Kebetulan setiap hari Jum’at selalu ada pasar tiban (pasar yang muncul dadakan dari pagi hari sampai siang) di depan sekolah, ada yang usul bagaimana kalau kita observasi dan praktik berbahasa Jawa ke para pedagang di pasar tiban (PARTI). Murid-murid sepakat untuk mencoba. “Sepertinya akan seru dan bisa menjawab rasa penasaran kita tentang penggunaan bahasa Jawa.” Kata salah satu murid. Mereka antusias menentukan tujuan praktik dan observasi serta membuat rencananya bersama-sama. Saling berkolaborasi menulis kalimat yang akan mereka gunakan saat ingin membeli jajan, menanyakan harga, dll dalam bahasa Jawa. Mereka mandiri mencarinya diinternet lalu konsultasi ke guru apakah kalimat dan pelafalannya sudah benar. Setelah itu mereka juga melakukan simulasi bermain peran dengan temannya di kelas supaya lebih percaya diri. Hari yang ditunggu-tunggu tiba, kita membuat kesepakatan apa yang kita harus lakukan untuk mencapai tujuan belajar kita. Di pasar tiban mereka praktik berbahasa Jawa dengan para pedagang bahkan ada yang dengan beberapa calon pembeli juga. Meskipun ada yang masih terbata-bata menyampaikan kalimatnya, bahkan lupa dan akhirnya dibantu oleh temannya yang lain atau saya tetapi saya senang melihatnya. Mereka tertawa saat bertemu pedagang yang justru merespon pertanyaan mereka menggunakan bahasa Indonesia. Mereka bertemu juga pedagang yang malah jadi guru mereka karena mengajari mereka melafalkan bahasa Jawa. Semua sepakat pengalaman belajar di luar kelas ini sangat seru dan bermakna. bahkan kami melakukan kegiatan ini sebanyak dua kali.
Dari kegiatan yang kami lakukan, akhirnya murid menyadari bahwa ternyata penggunaan bahasa Jawa memang sudah sangat sedikit tidak hanya di lingkungan keluarga (rumah) dan sekolah, namun juga di masyarakat sekitar. Munculnya motivasi dari dalam diri murid untuk ikut melestarikan bahasa jawa dalam kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu murid sepakat untuk tidak anti pada bahasa Jawa dengan mau belajar, mau menggunakan bahasa Jawa sederhana saat kita berada di masyarakat atau saat berkomunikasi kepada orang yang lebih tua.
Praktik baik Sebelum Direvisi
Elaborasi Praktik Baik
PARTI UNTUK NGURI-URI BASA JAWA
Latar belakang dari murid-murid saya kelas 6 di Sekolah Dasar Islam Al Azhar 60 Pekalongan adalah menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa mereka sehari-hari dalam berkomunikasi. Tidak jarang juga ada yang menggunakan bahasa Inggris dalam percakapan baik di lingkungan keluarga maupun di sekolah.
Pelajaran bahasa Jawa masih menjadi momok yang tidak disukai oleh sebagian besar murid-murid saya di kelas. Mereka merasa asing dengan bahasa daerah mereka sendiri. Hal ini terlihat sekali ketika mereka diajak untuk membaca cerita berbahasa Jawa bahkan menyimak pelajaran bahasa Jawa kurang bersemangat karena tidak tahu artinya.
Melihat kondisi ini saya tertantang untuk mengajak mereka menemukan motivasi dari dalam dirinya sendiri dengan mencari tahu keadaan bahasa Jawa saat ini. Pertama, saya melakukan diskusi dengan murid yang diawali dari berbagi cerita pengalaman mereka yang pernah mendengar atau bahkan menggunakan bahasa Jawa. Murid-murid bergiliran menceritakan pengalamannya. Ada yang bercerita mendengar bahasa Jawa saat menghadiri acara pernikahan saudaranya di Solo yaitu pembawa acaranya menyampaikan kegiatan dalam bahasa Jawa krama alus yang sangat asing di telinganya. Ada murid yang bercerita tahu bahasa Jawa dari penjaga warung di dekat rumahnya yang selalu menyapa dan menanyakan mau beli apa dalam bahasa Jawa. Ada murid yang bercerita masih sering mendengarnya di rumah dari percakapan antara nenek dan ibunya. Kemudian langkah kedua saya mengajukan beberapa pertanyaan-pertanyaan pemantik terkait siapa yang masih aktif menggunakan bahasa Jawa?, mengapa bahasa Jawa sulit kita pelajari dan khususnya praktikkan?, apakah masih ada orang-orang disekitar kita yang masih menggunakan bahasa Jawa dalam kegiatannya sehari-hari?, dan siapa yang bisa ikut nguri-uri (melestarikan) bahasa Jawa saat ini?, dst.
Dari hasil diskusi, akhirnya kita melakukan observasi di lingkungan sekolah terkait penggunaan bahasa Jawa. Murid-murid mencari informasi guru dan karyawan yang masih sering menggunakan bahasa Jawa dalam percakapan sehari-hari. Hasilnya kurang dari 20% dan mereka menyimpulkan bahwa penggunaan bahasa Jawa di lingkungan sekolah kami cukup sedikit. Mereka penasaran bagaimana dengan di lingkungan luar sekitar sekolah. Kebetulan setiap hari Jum’at selalu ada pasar tiban (pasar yang muncul dadakan dari pagi hari sampai siang) di depan sekolah, ada yang usul bagaimana kalau kita observasi dan praktik berbahasa Jawa ke para pedagang di pasar tiban (PARTI). Murid-murid sepakat untuk mencoba. “Sepertinya akan seru dan bisa menjawab rasa penasaran kita tentang penggunaan bahasa Jawa.” Kata salah satu murid. Mereka antusias menentukan tujuan praktik dan observasi serta membuat rencananya bersama-sama. Saling berkolaborasi menulis kalimat yang akan mereka gunakan saat ingin membeli jajan, menanyakan harga, dll dalam bahasa Jawa. Mereka mandiri mencarinya diinternet lalu konsultasi ke guru apakah kalimat dan pelafalannya sudah benar. Setelah itu mereka juga melakukan simulasi bermain peran dengan temannya di kelas supaya lebih percaya diri. Hari yang ditunggu-tunggu tiba, kita membuat kesepakatan apa yang kita harus lakukan untuk mencapai tujuan belajar kita. Di pasar tiban mereka praktik berbahasa Jawa dengan para pedagang bahkan ada yang dengan beberapa calon pembeli juga. Meskipun ada yang masih terbata-bata menyampaikan kalimatnya, bahkan lupa dan akhirnya dibantu oleh temannya yang lain atau saya tetapi saya senang melihatnya. Mereka tertawa saat bertemu pedagang yang justru merespon pertanyaan mereka menggunakan bahasa Indonesia. Mereka bertemu juga pedagang yang malah jadi guru mereka karena mengajari mereka melafalkan bahasa Jawa. Semua sepakat pengalaman belajar di luar kelas ini sangat seru dan bermakna. bahkan kami melakukan kegiatan ini sebanyak dua kali.
Dari kegiatan yang kami lakukan, akhirnya murid menyadari bahwa ternyata penggunaan bahasa Jawa memang sudah sangat sedikit tidak hanya di lingkungan keluarga (rumah) dan sekolah, namun juga di masyarakat sekitar. Munculnya motivasi dari dalam diri murid untuk ikut melestarikan bahasa jawa dalam kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu murid sepakat untuk tidak anti pada bahasa Jawa dengan mau belajar, mau menggunakan bahasa Jawa sederhana saat kita berada di masyarakat atau saat berkomunikasi kepada orang yang lebih tua.
Jika Anda mengalami kendala dalam scrolling, scroll di luar dari area Live Chat yang berwarna hitam.