Berbagi praktik baik tentang strategi yang saya lakukan sebagai guru terhadap murid istimewa yang berkebutuhan khusus di sekolah umum. Dengan menggunakan Strategi diferensiasi, adakah banyak hasil positif yang didapatkan. Semoga bisa menginspirasi.
Berbagi praktik baik tentang strategi yang saya lakukan sebagai guru terhadap murid istimewa yang berkebutuhan khusus di sekolah umum. Dengan menggunakan Strategi diferensiasi, adakah banyak hasil positif yang didapatkan. Semoga bisa menginspirasi.
MURID ISTIMEWA, DISAMAKAN, DIBEDAKAN ATAU DIABAIKAN ?
AWAL
Saya adalah guru SD kelas 1 di SD swasta Islam di Tuban. Saya ingin semua murid mampu memahami pembelajaran yang saya sampaikan dengan baik. Tujuannya agar murid memiliki kompetensi yang dapat mendukung untuk meningkatkan kualitas dirinya.
Bagi saya semua murid adalah istimewa. Namun dalam ini, saya memiliki murid istimewa dalam hal memiliki kebutuhan khusus dalam belajarnya. Murid saya memiliki tingkat pemahaman yang beragam, mulai dari murid yang pengetahuan awalnya baik, sudah mampu berfikir cepat, belum mengenal materi hingga murid istimewa saya yang mengalami kesulitan dalam proses belajarnya. Dalam kegiatan pembelajaran saya menemukan tidak semua murid tertarik dengan pembelajaran yang saya sampaikan.
Walaupun kegiatan yang saya sajikan sangat menarik bagi sebagian besar murid, belum tentu hal tersebut menarik bagi murid istimewa saya. Ada kalanya murid tersebut memilih rebahan, bermain sesuka hati hingga menggoda teman yang sudah antusias mengikuti kegiatan belajar. Di waktu lain ketika saya menyajikan pembelajaran dengan kegiatan yang berbeda, ternyata ada dari siswa istimewa tersebut antusias mengikuti dengan durasi yang pendek.
Adanya setiap kejadian luar biasa yang membuat saya harus menangani siswa tersebut, justru membuat murid lain yang awalnya semangat menjadi tidak tertarik mengikuti pembelajaran. Karena siswa merasa bosan menunggu atau terkadang menjadikan peristiwa tersebut menjadi tontonan menarik yang mengalihkan perhatian murid.
Hal tersebut sedikit banyak membuat saya sebagai guru termotivasi untuk mencari strategi belajar yang dapat memantik semua murid untuk lebih antusias dalam belajar. Karena bagaimanapun juga strategi belajar yang tepat akan mendukung siswa lebih mudah belajar terutama belajar hal baru di kelas 1. Oleh karena itu saya tertantang untuk mencari strategi agar dapat melayani murid istimewa saya, serta dapat mewadahi, membuat murid lainnya tertarik dan termotivasi dengan pembelajaran yang saya sampaikan dengan perasaan yang tenang, suasana yang rukun dan dengan cara yang menyenangkan bagi mereka, sehingga mereka mampu memahami materi pelajaran yang saya sampaikan.
TANTANGAN
Tantangan dalam upaya untuk membuat murid tertarik dan lebih termotivasi dengan pembelajaran yang saya sampaikan antara lain, adanya 2 murid saya yang istimewa. Murid pertama mengalami syndrom ADHD, masih belum mampu fokus belajar dan butuh pendampingan khusus. Sesuatu yang menarik atau tidak nyaman baginya akan memicunya untuk bereaksi berlebihan, misal teriak, menangis keras, lari, mencolek teman, berkata yang membuat fokus teman terganggu hingga memukul. Murid istimewa saya satunya mengalami keterlambatan kognitif yang tidak sesuai dengan usia kesiapan belajarnya. Selain itu, saya juga memiliki beragam murid dengan karakter yang berbeda.
Ketika awal saya mengajak murid untuk mengerjakan tugas berupa soal tulis, siswa istimewa tersebut membutuhkan banyak pendampingan belajar. Setiap hari selalu ada kejadian khusus terkait murid istimewa saya yang dapat memicu proses belajar di kelas menjadi terganggu. Di sisi lain, ada murid yang mampu mengerjakan dengan cepat, lalu meminta lagi tugas lainnya. Ada yang meminta dengan semangat tugas soal tersebut, namun ternyata dia menggambar di kertas tersebut, tidak mengerjakan soal. Ada yang menghindar ketika saya beri soal tulis, ada yang mengajak ngobrol teman dengan bercerita hal-hal menarik sehingga teman ikut berbagi cerita ngobrol bersama, ada yang memilih santai rebahan, sambil melipat kertas soal lalu tertarik mengamati teman-temannya, hingga ada ananda yang memilih keluar berlari-lari dan menjadikan kertas soal sebagai mainan pesawat.
Saya mulai berpikir pasti ada solusi atas segala tantangan saya tersebut. Namun saya belum tahu apa dan bagaimana solusi yang tepat. Dalam benak saya muncul pertanyaan, Apakah murid istimewa saya itulah yang menjadi pemicu masalah di kelas, apakah mereka harus saya samakan dengan capaian teman lain, apakah butuh saya bedakan, ataukah saya abaikan saja ? toh juga mereka hanya 2, saya harus lebih fokus pada murid yang mayoritas, agar target tujuan pembelajaran saya bisa tercapai oleh murid, paling tidak sebagian besar murid. Di sisi lain saya juga berfikir apakah karena saya yang belum mampu dalam menangani murid saya yang istimewa tersebut, sehingga saya merasa keberadaan mereka adalah masalah yang harus diselesaikan. Hal ini membuat saya merasa kurang puas dengan progres pembelajaran saya kepada murid tersebut.
AKSI
Hal ini membuat cara melakukan upaya agar semua murid saya menjadi antusias dan termotivasi belajar. Hingga suatu hari saya mendapat informasi untuk mengikuti workshop tentang psikologi anak di sekolah. Kegiatan tersebut menginspirasi saya untuk mencari strategi belajar yang cocok untuk murid saya yang istimewa. Saya mencoba mengevaluai diri saya, merefleksikan kegiatan pembelajaran yang selama ini saya sajikan, apakah sudah dapat mewadahi keberagaman mereka. Saya berdiskusi dengan kepala sekolah, tim guru sejenjang dan sebelumnya untuk mencari solusi efektif agar dapat membantu kesulitan belajar murid. Bergabung dalam forum Workshop untuk anak special needs dan berdiskusi dengan psikolog anak, mengikuti forum KGBn, mengikuti IHT di sekolah, dan aktif mempelajari Pendidikan dalam kurikulum merdeka belajar .
Saya juga menjalin komunikasi dengan walimurid untuk mengenal lebih banyak akan latar belakang, pola pengasuhan dan kebutuhan belajar murid saya tersebut. Di sekolah saya melakukan tes diagnostik awal melalui serangkaian obsrvasi yang dikemas dalam permainan untuk semua siswa. Dari usaha tersebut, saya menemukan bahwa ternyata yang membuat murid kesulitan yaitu karena saya belum memahami kebutuhan belajar mereka sesuai minatnya, gaya belajarnya, bagaimana lingkungan belajar mereka sebelumnya dan saya belum memetakan seberapan jauh kesiapan belajar murid saya.
Saya mencoba berdiskusi dengan murid saya, tentang apa dan bagaimana cara belajar yang menyenangkan. Saya memberi kebebasan dalam arti menampung masukan murid untuk memberikan ide tentang apa permainan atau kuis apa lagi hari ini atau yang akan kita lakukan di pertemuan selanjutnya agar mereka semakin semangat belajar. Dalam diskusi tersebut saya sisipkan tentang teman yang beragam, terutama teman mereka yang istimewa. Di pagi hari, pada hari tertentu, selalu saya sisipkan cerita hikmah tentang sayang teman, bersyukur atas keadaan mereka saat ini dan menjauhi diri dari iri dan mengolok teman. Saya meminta pendapat bagaimana solusi agar teman yang istimewa tersebut dapat mengikuti pelajaran bersama mereka, namun mereka tetap nyaman dengan keberadaan mereka. Dari workshop dan pelatihan yang saya ikuti tersebut, saya tertarik untuk menerapkan pembelajaran berdiferensiasi pada murid saya.
Lalu saya dengan dibantu tim guru, mencoba membuat kegiatan yang dapat mewadahi gaya belajar murid saya. Pada kegiatan diferensiasi konten, Setiap kegiatan dirancang bervariasi. Ada kegiatan motorik kasar, menyanyi, menonton video, menggambar, game seru dan mengerjakan tantangan dalam wujud tulisan. Pada diferensiasi proses, saya menyajikan strategi pembejaran yang berbeda di setiap kegiatan. Ketika awal, saya lebih fokus melakukan diferensiasi sesuai dengan kesiapan belajar mereka, baru setelah itu ke arah minat dan gaya belajarnya. Berusaha menciptakan proses pembelajaran yang berbeda dan membantu para siswa untuk dapat belajar secara efektif dan menyenangkan. Saya juga memfasilitasi pada murid yang suka mengekspresikan kemampuannya dalam bentuk produk. Untuk mewadahi murid yang kurang dalam hal kognitif namun tekun dan hebat dalam produk. Lingkungan belajar saya buat bervariasi untuk mewadahi siswa yang visual, kinestetik dan suka lingkungan baru yang bervariasi.
Untuk murid saya yang istimewa, saya membimbing mengarahkan pada hal yang ia paling suka dan paling bisa. Saya menuntun murid istimewa hanya jika mereka merasa membutuhkan. Di setiap kegiatan saya memotivasi mereka untuk pantang menyerah dan semangat berusaha dan mecoba sebelum meminta bantuan guru. Saya melakukan apresiasi setiap pencapaian mereka, sedikit apapun itu. Di samping itu saya juga tetap berusaha membimbing murid saya yang lain. Saya berusaha agar semua murid mendapat perhatian dan kasih sayang yang sama. Untuk siswa yang cepat, saya perankan menjadi tutor sebaya. Untuk teman yang sudah berhasil menyelesaikan tugas, juga boleh menjadi tutor teman lain. Murid boleh memilih mana yang sesuai kemampuannya. Saya juga menyediakan kegiatan pengaman yang untuk memfasilitasi murid agar tetap nyaman di kelas, berupa alat/ media permainan yang mendukung tujuan pembelajaran.
Dari hal tersebut murid istimewa saya menjadi lebih percaya diri karena merasa diterima di kelas. Ada harapan baru bahwa sedikitpun kemampuan mereka dapat membantu mereka belajar, tidak semua harus sama dengan teman lain, namun tetap mampu menyelesaikan tantangan seperti teman lain, asalkan mau berusaha. Murid lainnya juga merasa nyaman karena temannya yang istimewa menemukan yang ia sukai dan mempunyai kesibukan ketika pembelajaran berlangsung. Mereka juga senang karena mampu menjadi tutor teman yang kesulitan mengerjakan. Dengan berangsurnya waktu mereka akan memahami mengapa teman yang istimewa mendapat soal atau tantangan yang lebih mudah daripada dirinya, tanpa dia merasa iri dan merasa tidak diperlakukan adil. Teman lain merasa bahwa teman yang istimewa mendapat hal yang berbeda dikarenakan teman yang istimewa lebih membutuhkan.
PELAJARAN
Dengan mengaplikasikan pembelajaran berdiferensiasi, ada banyak peningkatan antusias dan motivasi belajar murid serta berbagai bonus lainnya. Diantaranya kelas menjadi lebih kondusif. Murid saya yang istimewa mulai mampu menemukan kekuatan dirinya serta lebih percaya diri, lebih semangat, lebih tenang berada di kelas dan merasa mendapat dukungan dari teman dan guru. Murid menjadi gembira dengan variasi konten dan proses pembelajaran yang diterapkan. Murid merasa difasilitasi sesuai gaya belajarnya, menganggap kesulitan mengerjakan soal bukan menjadi masalah, namun menjadi tantangan. Sikap murid yang membuat saya merasa bersyukur adalah saling menghargai perbedaan di kelas.
Selain itu, hal yang paling berharga terutama bagi saya sebagai guru adalah dalam hal mind set berpikir kita kepada murid yang istimewa, bahwa mereka dibedakan bukan untuk ditunjukkan kelemahannya, namun untuk menumbuhkan dan menguatkan potensi yang ada dalam dirinya. ia mampu menakhlukkan tantangan yang ia hadapi, selama dia percaya pada kekuatan dirinya, tanpa harus dibandingkan dengan murid lain. Apalagi diabaikan karena dirasa menyulitkan guru, harusnya tidak boleh terjadi karena akan membunuh karakter mereka.
Dengan semakin dekatnya komunikasi saya dengan murid, memahami kebutuhan belajarnya, murid semakin antusias menerima materi yang saya sampaikan. Harapan saya, nantinya saya akan mencoba untuk melakukan diferensiasi sesuai gaya belajar mereka dengan konten dan proses pembelajaran yang lebih variatif.
Berbagi praktik baik tentang strategi yang saya lakukan sebagai guru terhadap murid istimewa yang berkebutuhan khusus di sekolah umum. Dengan menggunakan Strategi diferensiasi, adakah banyak hasil positif yang didapatkan. Semoga bisa menginspirasi.
MURID ISTIMEWA, DISAMAKAN, DIBEDAKAN ATAU DIABAIKAN ?
AWAL
Saya adalah guru SD kelas 1 di SD swasta Islam di Tuban. Saya ingin semua murid mampu memahami pembelajaran yang saya sampaikan dengan baik. Tujuannya agar murid memiliki kompetensi yang dapat mendukung untuk meningkatkan kualitas dirinya.
Bagi saya semua murid adalah istimewa. Namun dalam ini, saya memiliki murid istimewa dalam hal memiliki kebutuhan khusus dalam belajarnya. Murid saya memiliki tingkat pemahaman yang beragam, mulai dari murid yang pengetahuan awalnya baik, sudah mampu berfikir cepat, belum mengenal materi hingga murid istimewa saya yang mengalami kesulitan dalam proses belajarnya. Dalam kegiatan pembelajaran saya menemukan tidak semua murid tertarik dengan pembelajaran yang saya sampaikan.
Walaupun kegiatan yang saya sajikan sangat menarik bagi sebagian besar murid, belum tentu hal tersebut menarik bagi murid istimewa saya. Ada kalanya murid tersebut memilih rebahan, bermain sesuka hati hingga menggoda teman yang sudah antusias mengikuti kegiatan belajar. Di waktu lain ketika saya menyajikan pembelajaran dengan kegiatan yang berbeda, ternyata ada dari siswa istimewa tersebut antusias mengikuti dengan durasi yang pendek.
Adanya setiap kejadian luar biasa yang membuat saya harus menangani siswa tersebut, justru membuat murid lain yang awalnya semangat menjadi tidak tertarik mengikuti pembelajaran. Karena siswa merasa bosan menunggu atau terkadang menjadikan peristiwa tersebut menjadi tontonan menarik yang mengalihkan perhatian murid.
Hal tersebut sedikit banyak membuat saya sebagai guru termotivasi untuk mencari strategi belajar yang dapat memantik semua murid untuk lebih antusias dalam belajar. Karena bagaimanapun juga strategi belajar yang tepat akan mendukung siswa lebih mudah belajar terutama belajar hal baru di kelas 1. Oleh karena itu saya tertantang untuk mencari strategi agar dapat melayani murid istimewa saya, serta dapat mewadahi, membuat murid lainnya tertarik dan termotivasi dengan pembelajaran yang saya sampaikan dengan perasaan yang tenang, suasana yang rukun dan dengan cara yang menyenangkan bagi mereka, sehingga mereka mampu memahami materi pelajaran yang saya sampaikan.
TANTANGAN
Tantangan dalam upaya untuk membuat murid tertarik dan lebih termotivasi dengan pembelajaran yang saya sampaikan antara lain, adanya 2 murid saya yang istimewa. Murid pertama mengalami syndrom ADHD, masih belum mampu fokus belajar dan butuh pendampingan khusus. Sesuatu yang menarik atau tidak nyaman baginya akan memicunya untuk bereaksi berlebihan, misal teriak, menangis keras, lari, mencolek teman, berkata yang membuat fokus teman terganggu hingga memukul. Murid istimewa saya satunya mengalami keterlambatan kognitif yang tidak sesuai dengan usia kesiapan belajarnya. Selain itu, saya juga memiliki beragam murid dengan karakter yang berbeda.
Ketika awal saya mengajak murid untuk mengerjakan tugas berupa soal tulis, siswa istimewa tersebut membutuhkan banyak pendampingan belajar. Setiap hari selalu ada kejadian khusus terkait murid istimewa saya yang dapat memicu proses belajar di kelas menjadi terganggu. Di sisi lain, ada murid yang mampu mengerjakan dengan cepat, lalu meminta lagi tugas lainnya. Ada yang meminta dengan semangat tugas soal tersebut, namun ternyata dia menggambar di kertas tersebut, tidak mengerjakan soal. Ada yang menghindar ketika saya beri soal tulis, ada yang mengajak ngobrol teman dengan bercerita hal-hal menarik sehingga teman ikut berbagi cerita ngobrol bersama, ada yang memilih santai rebahan, sambil melipat kertas soal lalu tertarik mengamati teman-temannya, hingga ada ananda yang memilih keluar berlari-lari dan menjadikan kertas soal sebagai mainan pesawat.
Saya mulai berpikir pasti ada solusi atas segala tantangan saya tersebut. Namun saya belum tahu apa dan bagaimana solusi yang tepat. Dalam benak saya muncul pertanyaan, Apakah murid istimewa saya itulah yang menjadi pemicu masalah di kelas, apakah mereka harus saya samakan dengan capaian teman lain, apakah butuh saya bedakan, ataukah saya abaikan saja ? toh juga mereka hanya 2, saya harus lebih fokus pada murid yang mayoritas, agar target tujuan pembelajaran saya bisa tercapai oleh murid, paling tidak sebagian besar murid. Di sisi lain saya juga berfikir apakah karena saya yang belum mampu dalam menangani murid saya yang istimewa tersebut, sehingga saya merasa keberadaan mereka adalah masalah yang harus diselesaikan. Hal ini membuat saya merasa kurang puas dengan progres pembelajaran saya kepada murid tersebut.
AKSI
Hal ini membuat cara melakukan upaya agar semua murid saya menjadi antusias dan termotivasi belajar. Hingga suatu hari saya mendapat informasi untuk mengikuti workshop tentang psikologi anak di sekolah. Kegiatan tersebut menginspirasi saya untuk mencari strategi belajar yang cocok untuk murid saya yang istimewa. Saya mencoba mengevaluai diri saya, merefleksikan kegiatan pembelajaran yang selama ini saya sajikan, apakah sudah dapat mewadahi keberagaman mereka. Saya berdiskusi dengan kepala sekolah, tim guru sejenjang dan sebelumnya untuk mencari solusi efektif agar dapat membantu kesulitan belajar murid. Bergabung dalam forum Workshop untuk anak special needs dan berdiskusi dengan psikolog anak, mengikuti forum KGBn, mengikuti IHT di sekolah, dan aktif mempelajari Pendidikan dalam kurikulum merdeka belajar .
Saya juga menjalin komunikasi dengan walimurid untuk mengenal lebih banyak akan latar belakang, pola pengasuhan dan kebutuhan belajar murid saya tersebut. Di sekolah saya melakukan tes diagnostik awal melalui serangkaian obsrvasi yang dikemas dalam permainan untuk semua siswa. Dari usaha tersebut, saya menemukan bahwa ternyata yang membuat murid kesulitan yaitu karena saya belum memahami kebutuhan belajar mereka sesuai minatnya, gaya belajarnya, bagaimana lingkungan belajar mereka sebelumnya dan saya belum memetakan seberapan jauh kesiapan belajar murid saya.
Saya mencoba berdiskusi dengan murid saya, tentang apa dan bagaimana cara belajar yang menyenangkan. Saya memberi kebebasan dalam arti menampung masukan murid untuk memberikan ide tentang apa permainan atau kuis apa lagi hari ini atau yang akan kita lakukan di pertemuan selanjutnya agar mereka semakin semangat belajar. Dalam diskusi tersebut saya sisipkan tentang teman yang beragam, terutama teman mereka yang istimewa. Di pagi hari, pada hari tertentu, selalu saya sisipkan cerita hikmah tentang sayang teman, bersyukur atas keadaan mereka saat ini dan menjauhi diri dari iri dan mengolok teman. Saya meminta pendapat bagaimana solusi agar teman yang istimewa tersebut dapat mengikuti pelajaran bersama mereka, namun mereka tetap nyaman dengan keberadaan mereka. Dari workshop dan pelatihan yang saya ikuti tersebut, saya tertarik untuk menerapkan pembelajaran berdiferensiasi pada murid saya.
Lalu saya dengan dibantu tim guru, mencoba membuat kegiatan yang dapat mewadahi gaya belajar murid saya. Pada kegiatan diferensiasi konten, Setiap kegiatan dirancang bervariasi. Ada kegiatan motorik kasar, menyanyi, menonton video, menggambar, game seru dan mengerjakan tantangan dalam wujud tulisan. Pada diferensiasi proses, saya menyajikan strategi pembejaran yang berbeda di setiap kegiatan. Ketika awal, saya lebih fokus melakukan diferensiasi sesuai dengan kesiapan belajar mereka, baru setelah itu ke arah minat dan gaya belajarnya. Berusaha menciptakan proses pembelajaran yang berbeda dan membantu para siswa untuk dapat belajar secara efektif dan menyenangkan. Saya juga memfasilitasi pada murid yang suka mengekspresikan kemampuannya dalam bentuk produk. Untuk mewadahi murid yang kurang dalam hal kognitif namun tekun dan hebat dalam produk. Lingkungan belajar saya buat bervariasi untuk mewadahi siswa yang visual, kinestetik dan suka lingkungan baru yang bervariasi.
Untuk murid saya yang istimewa, saya membimbing mengarahkan pada hal yang ia paling suka dan paling bisa. Saya menuntun murid istimewa hanya jika mereka merasa membutuhkan. Di setiap kegiatan saya memotivasi mereka untuk pantang menyerah dan semangat berusaha dan mecoba sebelum meminta bantuan guru. Saya melakukan apresiasi setiap pencapaian mereka, sedikit apapun itu. Di samping itu saya juga tetap berusaha membimbing murid saya yang lain. Saya berusaha agar semua murid mendapat perhatian dan kasih sayang yang sama. Untuk siswa yang cepat, saya perankan menjadi tutor sebaya. Untuk teman yang sudah berhasil menyelesaikan tugas, juga boleh menjadi tutor teman lain. Murid boleh memilih mana yang sesuai kemampuannya. Saya juga menyediakan kegiatan pengaman yang untuk memfasilitasi murid agar tetap nyaman di kelas, berupa alat/ media permainan yang mendukung tujuan pembelajaran.
Dari hal tersebut murid istimewa saya menjadi lebih percaya diri karena merasa diterima di kelas. Ada harapan baru bahwa sedikitpun kemampuan mereka dapat membantu mereka belajar, tidak semua harus sama dengan teman lain, namun tetap mampu menyelesaikan tantangan seperti teman lain, asalkan mau berusaha. Murid lainnya juga merasa nyaman karena temannya yang istimewa menemukan yang ia sukai dan mempunyai kesibukan ketika pembelajaran berlangsung. Mereka juga senang karena mampu menjadi tutor teman yang kesulitan mengerjakan. Dengan berangsurnya waktu mereka akan memahami mengapa teman yang istimewa mendapat soal atau tantangan yang lebih mudah daripada dirinya, tanpa dia merasa iri dan merasa tidak diperlakukan adil. Teman lain merasa bahwa teman yang istimewa mendapat hal yang berbeda dikarenakan teman yang istimewa lebih membutuhkan.
PELAJARAN
Dengan mengaplikasikan pembelajaran berdiferensiasi, ada banyak peningkatan antusias dan motivasi belajar murid serta berbagai bonus lainnya. Diantaranya kelas menjadi lebih kondusif. Murid saya yang istimewa mulai mampu menemukan kekuatan dirinya serta lebih percaya diri, lebih semangat, lebih tenang berada di kelas dan merasa mendapat dukungan dari teman dan guru. Murid menjadi gembira dengan variasi konten dan proses pembelajaran yang diterapkan. Murid merasa difasilitasi sesuai gaya belajarnya, menganggap kesulitan mengerjakan soal bukan menjadi masalah, namun menjadi tantangan. Sikap murid yang membuat saya merasa bersyukur adalah saling menghargai perbedaan di kelas.
Selain itu, hal yang paling berharga terutama bagi saya sebagai guru adalah dalam hal mind set berpikir kita kepada murid yang istimewa, bahwa mereka dibedakan bukan untuk ditunjukkan kelemahannya, namun untuk menumbuhkan dan menguatkan potensi yang ada dalam dirinya. ia mampu menakhlukkan tantangan yang ia hadapi, selama dia percaya pada kekuatan dirinya, tanpa harus dibandingkan dengan murid lain. Apalagi diabaikan karena dirasa menyulitkan guru, harusnya tidak boleh terjadi karena akan membunuh karakter mereka.
Dengan semakin dekatnya komunikasi saya dengan murid, memahami kebutuhan belajarnya, murid semakin antusias menerima materi yang saya sampaikan. Harapan saya, nantinya saya akan mencoba untuk melakukan diferensiasi sesuai gaya belajar mereka dengan konten dan proses pembelajaran yang lebih variatif.
Praktik baik Sebelum Direvisi
Elaborasi Praktik Baik
MURID ISTIMEWA, DISAMAKAN, DIBEDAKAN ATAU DIABAIKAN ?
AWAL
Saya adalah guru SD kelas 1 di SD swasta Islam di Tuban. Saya ingin semua murid mampu memahami pembelajaran yang saya sampaikan dengan baik. Tujuannya agar murid memiliki kompetensi yang dapat mendukung untuk meningkatkan kualitas dirinya.
Bagi saya semua murid adalah istimewa. Namun dalam ini, saya memiliki murid istimewa dalam hal memiliki kebutuhan khusus dalam belajarnya. Murid saya memiliki tingkat pemahaman yang beragam, mulai dari murid yang pengetahuan awalnya baik, sudah mampu berfikir cepat, belum mengenal materi hingga murid istimewa saya yang mengalami kesulitan dalam proses belajarnya. Dalam kegiatan pembelajaran saya menemukan tidak semua murid tertarik dengan pembelajaran yang saya sampaikan.
Walaupun kegiatan yang saya sajikan sangat menarik bagi sebagian besar murid, belum tentu hal tersebut menarik bagi murid istimewa saya. Ada kalanya murid tersebut memilih rebahan, bermain sesuka hati hingga menggoda teman yang sudah antusias mengikuti kegiatan belajar. Di waktu lain ketika saya menyajikan pembelajaran dengan kegiatan yang berbeda, ternyata ada dari siswa istimewa tersebut antusias mengikuti dengan durasi yang pendek.
Adanya setiap kejadian luar biasa yang membuat saya harus menangani siswa tersebut, justru membuat murid lain yang awalnya semangat menjadi tidak tertarik mengikuti pembelajaran. Karena siswa merasa bosan menunggu atau terkadang menjadikan peristiwa tersebut menjadi tontonan menarik yang mengalihkan perhatian murid.
Hal tersebut sedikit banyak membuat saya sebagai guru termotivasi untuk mencari strategi belajar yang dapat memantik semua murid untuk lebih antusias dalam belajar. Karena bagaimanapun juga strategi belajar yang tepat akan mendukung siswa lebih mudah belajar terutama belajar hal baru di kelas 1. Oleh karena itu saya tertantang untuk mencari strategi agar dapat melayani murid istimewa saya, serta dapat mewadahi, membuat murid lainnya tertarik dan termotivasi dengan pembelajaran yang saya sampaikan dengan perasaan yang tenang, suasana yang rukun dan dengan cara yang menyenangkan bagi mereka, sehingga mereka mampu memahami materi pelajaran yang saya sampaikan.
TANTANGAN
Tantangan dalam upaya untuk membuat murid tertarik dan lebih termotivasi dengan pembelajaran yang saya sampaikan antara lain, adanya 2 murid saya yang istimewa. Murid pertama mengalami syndrom ADHD, masih belum mampu fokus belajar dan butuh pendampingan khusus. Sesuatu yang menarik atau tidak nyaman baginya akan memicunya untuk bereaksi berlebihan, misal teriak, menangis keras, lari, mencolek teman, berkata yang membuat fokus teman terganggu hingga memukul. Murid istimewa saya satunya mengalami keterlambatan kognitif yang tidak sesuai dengan usia kesiapan belajarnya. Selain itu, saya juga memiliki beragam murid dengan karakter yang berbeda.
Ketika awal saya mengajak murid untuk mengerjakan tugas berupa soal tulis, siswa istimewa tersebut membutuhkan banyak pendampingan belajar. Setiap hari selalu ada kejadian khusus terkait murid istimewa saya yang dapat memicu proses belajar di kelas menjadi terganggu. Di sisi lain, ada murid yang mampu mengerjakan dengan cepat, lalu meminta lagi tugas lainnya. Ada yang meminta dengan semangat tugas soal tersebut, namun ternyata dia menggambar di kertas tersebut, tidak mengerjakan soal. Ada yang menghindar ketika saya beri soal tulis, ada yang mengajak ngobrol teman dengan bercerita hal-hal menarik sehingga teman ikut berbagi cerita ngobrol bersama, ada yang memilih santai rebahan, sambil melipat kertas soal lalu tertarik mengamati teman-temannya, hingga ada ananda yang memilih keluar berlari-lari dan menjadikan kertas soal sebagai mainan pesawat.
Saya mulai berpikir pasti ada solusi atas segala tantangan saya tersebut. Namun saya belum tahu apa dan bagaimana solusi yang tepat. Dalam benak saya muncul pertanyaan, Apakah murid istimewa saya itulah yang menjadi pemicu masalah di kelas, apakah mereka harus saya samakan dengan capaian teman lain, apakah butuh saya bedakan, ataukah saya abaikan saja ? toh juga mereka hanya 2, saya harus lebih fokus pada murid yang mayoritas, agar target tujuan pembelajaran saya bisa tercapai oleh murid, paling tidak sebagian besar murid. Di sisi lain saya juga berfikir apakah karena saya yang belum mampu dalam menangani murid saya yang istimewa tersebut, sehingga saya merasa keberadaan mereka adalah masalah yang harus diselesaikan. Hal ini membuat saya merasa kurang puas dengan progres pembelajaran saya kepada murid tersebut.
AKSI
Hal ini membuat cara melakukan upaya agar semua murid saya menjadi antusias dan termotivasi belajar. Hingga suatu hari saya mendapat informasi untuk mengikuti workshop tentang psikologi anak di sekolah. Kegiatan tersebut menginspirasi saya untuk mencari strategi belajar yang cocok untuk murid saya yang istimewa. Saya mencoba mengevaluai diri saya, merefleksikan kegiatan pembelajaran yang selama ini saya sajikan, apakah sudah dapat mewadahi keberagaman mereka. Saya berdiskusi dengan kepala sekolah, tim guru sejenjang dan sebelumnya untuk mencari solusi efektif agar dapat membantu kesulitan belajar murid. Bergabung dalam forum Workshop untuk anak special needs dan berdiskusi dengan psikolog anak, mengikuti forum KGBn, mengikuti IHT di sekolah, dan aktif mempelajari Pendidikan dalam kurikulum merdeka belajar .
Saya juga menjalin komunikasi dengan walimurid untuk mengenal lebih banyak akan latar belakang, pola pengasuhan dan kebutuhan belajar murid saya tersebut. Di sekolah saya melakukan tes diagnostik awal melalui serangkaian obsrvasi yang dikemas dalam permainan untuk semua siswa. Dari usaha tersebut, saya menemukan bahwa ternyata yang membuat murid kesulitan yaitu karena saya belum memahami kebutuhan belajar mereka sesuai minatnya, gaya belajarnya, bagaimana lingkungan belajar mereka sebelumnya dan saya belum memetakan seberapan jauh kesiapan belajar murid saya.
Saya mencoba berdiskusi dengan murid saya, tentang apa dan bagaimana cara belajar yang menyenangkan. Saya memberi kebebasan dalam arti menampung masukan murid untuk memberikan ide tentang apa permainan atau kuis apa lagi hari ini atau yang akan kita lakukan di pertemuan selanjutnya agar mereka semakin semangat belajar. Dalam diskusi tersebut saya sisipkan tentang teman yang beragam, terutama teman mereka yang istimewa. Di pagi hari, pada hari tertentu, selalu saya sisipkan cerita hikmah tentang sayang teman, bersyukur atas keadaan mereka saat ini dan menjauhi diri dari iri dan mengolok teman. Saya meminta pendapat bagaimana solusi agar teman yang istimewa tersebut dapat mengikuti pelajaran bersama mereka, namun mereka tetap nyaman dengan keberadaan mereka. Dari workshop dan pelatihan yang saya ikuti tersebut, saya tertarik untuk menerapkan pembelajaran berdiferensiasi pada murid saya.
Lalu saya dengan dibantu tim guru, mencoba membuat kegiatan yang dapat mewadahi gaya belajar murid saya. Pada kegiatan diferensiasi konten, Setiap kegiatan dirancang bervariasi. Ada kegiatan motorik kasar, menyanyi, menonton video, menggambar, game seru dan mengerjakan tantangan dalam wujud tulisan. Pada diferensiasi proses, saya menyajikan strategi pembejaran yang berbeda di setiap kegiatan. Ketika awal, saya lebih fokus melakukan diferensiasi sesuai dengan kesiapan belajar mereka, baru setelah itu ke arah minat dan gaya belajarnya. Berusaha menciptakan proses pembelajaran yang berbeda dan membantu para siswa untuk dapat belajar secara efektif dan menyenangkan. Saya juga memfasilitasi pada murid yang suka mengekspresikan kemampuannya dalam bentuk produk. Untuk mewadahi murid yang kurang dalam hal kognitif namun tekun dan hebat dalam produk. Lingkungan belajar saya buat bervariasi untuk mewadahi siswa yang visual, kinestetik dan suka lingkungan baru yang bervariasi.
Untuk murid saya yang istimewa, saya membimbing mengarahkan pada hal yang ia paling suka dan paling bisa. Saya menuntun murid istimewa hanya jika mereka merasa membutuhkan. Di setiap kegiatan saya memotivasi mereka untuk pantang menyerah dan semangat berusaha dan mecoba sebelum meminta bantuan guru. Saya melakukan apresiasi setiap pencapaian mereka, sedikit apapun itu. Di samping itu saya juga tetap berusaha membimbing murid saya yang lain. Saya berusaha agar semua murid mendapat perhatian dan kasih sayang yang sama. Untuk siswa yang cepat, saya perankan menjadi tutor sebaya. Untuk teman yang sudah berhasil menyelesaikan tugas, juga boleh menjadi tutor teman lain. Murid boleh memilih mana yang sesuai kemampuannya. Saya juga menyediakan kegiatan pengaman yang untuk memfasilitasi murid agar tetap nyaman di kelas, berupa alat/ media permainan yang mendukung tujuan pembelajaran.
Dari hal tersebut murid istimewa saya menjadi lebih percaya diri karena merasa diterima di kelas. Ada harapan baru bahwa sedikitpun kemampuan mereka dapat membantu mereka belajar, tidak semua harus sama dengan teman lain, namun tetap mampu menyelesaikan tantangan seperti teman lain, asalkan mau berusaha. Murid lainnya juga merasa nyaman karena temannya yang istimewa menemukan yang ia sukai dan mempunyai kesibukan ketika pembelajaran berlangsung. Mereka juga senang karena mampu menjadi tutor teman yang kesulitan mengerjakan. Dengan berangsurnya waktu mereka akan memahami mengapa teman yang istimewa mendapat soal atau tantangan yang lebih mudah daripada dirinya, tanpa dia merasa iri dan merasa tidak diperlakukan adil. Teman lain merasa bahwa teman yang istimewa mendapat hal yang berbeda dikarenakan teman yang istimewa lebih membutuhkan.
PELAJARAN
Dengan mengaplikasikan pembelajaran berdiferensiasi, ada banyak peningkatan antusias dan motivasi belajar murid serta berbagai bonus lainnya. Diantaranya kelas menjadi lebih kondusif. Murid saya yang istimewa mulai mampu menemukan kekuatan dirinya serta lebih percaya diri, lebih semangat, lebih tenang berada di kelas dan merasa mendapat dukungan dari teman dan guru. Murid menjadi gembira dengan variasi konten dan proses pembelajaran yang diterapkan. Murid merasa difasilitasi sesuai gaya belajarnya, menganggap kesulitan mengerjakan soal bukan menjadi masalah, namun menjadi tantangan. Sikap murid yang membuat saya merasa bersyukur adalah saling menghargai perbedaan di kelas.
Selain itu, hal yang paling berharga terutama bagi saya sebagai guru adalah dalam hal mind set berpikir kita kepada murid yang istimewa, bahwa mereka dibedakan bukan untuk ditunjukkan kelemahannya, namun untuk menumbuhkan dan menguatkan potensi yang ada dalam dirinya. ia mampu menakhlukkan tantangan yang ia hadapi, selama dia percaya pada kekuatan dirinya, tanpa harus dibandingkan dengan murid lain. Apalagi diabaikan karena dirasa menyulitkan guru, harusnya tidak boleh terjadi karena akan membunuh karakter mereka.
Dengan semakin dekatnya komunikasi saya dengan murid, memahami kebutuhan belajarnya, murid semakin antusias menerima materi yang saya sampaikan. Harapan saya, nantinya saya akan mencoba untuk melakukan diferensiasi sesuai gaya belajar mereka dengan konten dan proses pembelajaran yang lebih variatif.
Jika Anda mengalami kendala dalam scrolling, scroll di luar dari area Live Chat yang berwarna hitam.