Praktik baik ini bertujuan untuk menumbuhkan keterampilan murid untuk menulis. Agar lebih mudah diceritakan maka pada praktik baik ini mengangkat tema cerita inspiratif yaitu pengalaman yang menyenangkan atau menyedihkan.
Praktik baik ini bertujuan untuk menumbuhkan keterampilan murid untuk menulis. Agar lebih mudah diceritakan maka pada praktik baik ini mengangkat tema cerita inspiratif yaitu pengalaman yang menyenangkan atau menyedihkan.
Sebagian besar murid senang bercerita, apalagi yang diceritakan adalah pengalaman hidup yang dirasakan di lingkungannya dalam kehidupan sehari-hari. Cerita ini akan menjadi obrolan yang mengasyikkan di perjalanan, di luar kelas, saat jam istirahat, di kantin, di taman, dan bahkan saat di dalam kelas sebelum jam pelajaran dimulai. Bahkan cerita seru murid-murid sesama temannya sering juga mengabaikan keberadaaan guru di antara mereka. Tak jarang murid juga curi kesempatan untuk melanjutkan cerita di saat proses belajar sedang berlangsung.
Sebagai guru saya juga tertarik ingin tahu apa yang lagi hangat diobrolin oleh murid-murid, sebelum pembelajaran dimulai terutama pada pembelajaran Bahasa Indonesia, saya menyediakan waktu 10 sampai 15 menit untuk saling mendengarkan cerita murid-murid. Saya mengajukan beberapa pertanyaan terkait topik yang sedang dibicarakan. Muridpun akan menjawab dengan penuh semangat apabila jawaban pertanyaan tersebut terkait dengan dirinya. Misalnya saya memberikan pertanyaan pemantik “ Siapa yang pernah diberikan hadiah ulang tahun oleh orang tuanya ?” dan “ bagaimana perasaan mu saat diberikan hadiah ?” Obrolan akan semakin asyik jika cerita berkaitan dengan diri murid tersebut. “ Nah, ananda semua, bagaimana jika cerita seru kita kita tulis dan kita bukukan? “ kata saya. Sebagian besar murid menjawab serempak “ Kalau ditulis susah, Bu?” Saya berusaha memberikan pemahaman apa pentingnya menulis bagi kita, sehingga akhirnya ada kesepakatan untuk menulis cerita dengan tema pengalaman yang menyenangkan atau yang menyedihkan. Saya berharap akan lahir buku antologi murid-murid yang berisi cerita inspiratif.
Semua sepakat untuk menulis, namun tantangannya Murid belum bisa cara menulis cerita, kemampuan bahasa tulis murid sangat terbatas baik dari segi kosa kata maupun penggunaan tanda baca, ejaan, dan struktur kalimat. Jika mau dibukukan dan diterbitkan ber ISBN maka murid-murid pada umumnya tidak memiliki gawai untuk mengetik naskahnya dan murid-muridpun tidak bisa mengetik. Kompetensi menulis murid-murid perlu diasah agar bisa tumbuh sejak dini. Menulis adalah salah satu bentuk karier protean yang bisa ditumbuhkan sejak dini.
Bagaimana cara saya menumbuhkan kompetensi menulis pada murid-murid ? Yang saya lakukan adalah pertama murid-murid saya minta untuk menentukan satu cerita yang menyenangkan atau yang menyedihkan yang pernah dialaminya satu tahun terakhir. Setiap murid diberikan kesempatan untuk mengingat kembali peristiwa atau momen penting yang pernah dialaminya yang membuat dirinya merasa senang. Atau murid juga bisa mengingat peristiwa atau momen yang membuat dirinya merasa sangat sedih.
Kedua, murid-murid dibimbing untuk membuat kerangka sederhana yang memuat identitas diri, isi cerita, kesan atau pembelajaran yang diperoleh. Identitas ini ditulis di paragraf pertama yang memuat nama murid, tempat tanggal lahir, kelas alamat sekolah, kondisi orang tua, dan jumlah saudara. Awaknya murid diminta membuat dalam bentuk formulir, kemudian dirubah ke dalam bentuk narasi. Dan ini menjadi bagian paragraf pertama. Untuk tahap ini pada umumnya murid bisa melakukannya dengan dituntun.
Di paragraf ke dua murid-murid mulai menuliskan cerita, saya meminta murid untuk menuliskan pengalamannya dengan panduan pertanyaan kapan waktu kejadiannya, apa yang terjadi, bagaimana perasaanmu saat itu, dan apa yang akan kamu lakukan selanjutnya. Terlihat sederhana namun dalam praktiknya tidak semudah membalikkan telapak tangan. Yang menurut saya dan dapat dilakukan oleh murid kelas 6 SD, ternyata dibagian ini sangat sulit sekali. Hanya 5 orang murid yang bisa menyelesaikan draf tulisannya dari 24 orang murid
Saya berkomitmen untuk tetap membimbing murid ini hingga menghasilkan tulisan yang layak untuk menginspirasi banyak orang, sambil menunggu tulisan yang lain, kepada murid yang lima orang ini diberikan bimbingan lanjutan untuk menyempurnakan tulisan sesuai dengan kaidah bahasa yang benar dan belajar mengetiknya sendiri.
Saya menyediakan waktu 60 menit setiap minggunya untuk mendampingi murid menyempurnakan naskah tulisannya, dan mengetik naskah menggunakan laptop sekolah secara bergantian. Saat pendampingan ini murid belajar banyak hal seperti cara mengembangkan yang terdiri dari kalimat utama dan beberapa kalimat penjelas, penggunaan kata sapaan, kalimat langsung dan kalimat tidak langsung, penggunaan tanda baca, dan sebagainya. Secara tidak langsung murid-murid sudah mempraktikkan kemampuan berbahasa dalam bahasa tulis.pembelajaran menjadi lebih bermakna dan berdampak bagi masa depan murid-murid.
Sampai akhir semester dua ternyata tidak ada penambahan murid yang tuntas dalam pembuatan cerita, mereka hanya bisa tertawa dan jawab belum siap Bu, ketika ditagih tulisannya. memang keterampilan menulis bisa diasah, namun kita juga tidak bisa menutup mata bahwa masih banyak kita yang kesulitan untuk melakukannya, jangankan murid-murid orang dewasapun masih banyak yang terkendala.
Sekalipun demikian, murid-murid sejak dini perlu dituntun agar kompetensi menulisnya bisa tumbuh dan berkembang sejak dini. Kompetensi menulis juga menjadi bagian dari literasi, salah satu dari bentuk kemajuan kompetensi literasi murid-murid di sekolah adalah bermunculannya berbagai karya dalam bentuk tulisan murid-murid di sekolah, baik dalam bentuk mading, jurnal, buku antologi manual, maupun buku antologi ber- ISBN.
Dari praktik ini saya melihat murid merasa puas dan senang melihat tulisannya yang sudah diketik, salah satu murid berkomentar “ wah, ternyata tulisan saya bisa jadi panjang ya, Bu ? Boleh nggak Bu, saya menulis dengan topik yang lain?”. Saya menjadi terharu, hal kecil yang saya lakukan telah menumbuhkan motivasi kepada salah satu murid saya. Harapannya setelah lulus SD nanti keterampilan menulisnya bisa terus tumbuh dan berkembang.
Untuk saat ini saya belum berhasil mencetak tulisan antologi murid menjadi buku yang ber-ISBN karena belum mencukupi jumlah yang diminta, namun tulisan-tulisan yang sudah ada tetap dipajang di mading kelas dan sekolah untuk dibaca oleh murid-murid yang ada di sekolah. Semoga dari tulisan murid-murid ini bisa menginspirasi murid yang lainnya.
Strategi yang akan saya lakukan untuk menumbuhkan kebiasaan menulis murid-murid adalah dengan menulis refleksi setiap setelah selesai proses pembelajaran dengan menjawab tiga pertanyaan seperti apa saja yang sudah pahami dengan baik, poin mana yang ingin diperbaiki, dan apa yang ingin diketahui lebih lanjut. Dengan membiasakan ini harapannya kemampuan literasi murid-murid semakin tumbuh dan berkembang.
Praktik baik ini bertujuan untuk menumbuhkan keterampilan murid untuk menulis. Agar lebih mudah diceritakan maka pada praktik baik ini mengangkat tema cerita inspiratif yaitu pengalaman yang menyenangkan atau menyedihkan.
Sebagian besar murid senang bercerita, apalagi yang diceritakan adalah pengalaman hidup yang dirasakan di lingkungannya dalam kehidupan sehari-hari. Cerita ini akan menjadi obrolan yang mengasyikkan di perjalanan, di luar kelas, saat jam istirahat, di kantin, di taman, dan bahkan saat di dalam kelas sebelum jam pelajaran dimulai. Bahkan cerita seru murid-murid sesama temannya sering juga mengabaikan keberadaaan guru di antara mereka. Tak jarang murid juga curi kesempatan untuk melanjutkan cerita di saat proses belajar sedang berlangsung.
Sebagai guru saya juga tertarik ingin tahu apa yang lagi hangat diobrolin oleh murid-murid, sebelum pembelajaran dimulai terutama pada pembelajaran Bahasa Indonesia, saya menyediakan waktu 10 sampai 15 menit untuk saling mendengarkan cerita murid-murid. Saya mengajukan beberapa pertanyaan terkait topik yang sedang dibicarakan. Muridpun akan menjawab dengan penuh semangat apabila jawaban pertanyaan tersebut terkait dengan dirinya. Misalnya saya memberikan pertanyaan pemantik “ Siapa yang pernah diberikan hadiah ulang tahun oleh orang tuanya ?” dan “ bagaimana perasaan mu saat diberikan hadiah ?” Obrolan akan semakin asyik jika cerita berkaitan dengan diri murid tersebut. “ Nah, ananda semua, bagaimana jika cerita seru kita kita tulis dan kita bukukan? “ kata saya. Sebagian besar murid menjawab serempak “ Kalau ditulis susah, Bu?” Saya berusaha memberikan pemahaman apa pentingnya menulis bagi kita, sehingga akhirnya ada kesepakatan untuk menulis cerita dengan tema pengalaman yang menyenangkan atau yang menyedihkan. Saya berharap akan lahir buku antologi murid-murid yang berisi cerita inspiratif.
Semua sepakat untuk menulis, namun tantangannya Murid belum bisa cara menulis cerita, kemampuan bahasa tulis murid sangat terbatas baik dari segi kosa kata maupun penggunaan tanda baca, ejaan, dan struktur kalimat. Jika mau dibukukan dan diterbitkan ber ISBN maka murid-murid pada umumnya tidak memiliki gawai untuk mengetik naskahnya dan murid-muridpun tidak bisa mengetik. Kompetensi menulis murid-murid perlu diasah agar bisa tumbuh sejak dini. Menulis adalah salah satu bentuk karier protean yang bisa ditumbuhkan sejak dini.
Bagaimana cara saya menumbuhkan kompetensi menulis pada murid-murid ? Yang saya lakukan adalah pertama murid-murid saya minta untuk menentukan satu cerita yang menyenangkan atau yang menyedihkan yang pernah dialaminya satu tahun terakhir. Setiap murid diberikan kesempatan untuk mengingat kembali peristiwa atau momen penting yang pernah dialaminya yang membuat dirinya merasa senang. Atau murid juga bisa mengingat peristiwa atau momen yang membuat dirinya merasa sangat sedih.
Kedua, murid-murid dibimbing untuk membuat kerangka sederhana yang memuat identitas diri, isi cerita, kesan atau pembelajaran yang diperoleh. Identitas ini ditulis di paragraf pertama yang memuat nama murid, tempat tanggal lahir, kelas alamat sekolah, kondisi orang tua, dan jumlah saudara. Awaknya murid diminta membuat dalam bentuk formulir, kemudian dirubah ke dalam bentuk narasi. Dan ini menjadi bagian paragraf pertama. Untuk tahap ini pada umumnya murid bisa melakukannya dengan dituntun.
Di paragraf ke dua murid-murid mulai menuliskan cerita, saya meminta murid untuk menuliskan pengalamannya dengan panduan pertanyaan kapan waktu kejadiannya, apa yang terjadi, bagaimana perasaanmu saat itu, dan apa yang akan kamu lakukan selanjutnya. Terlihat sederhana namun dalam praktiknya tidak semudah membalikkan telapak tangan. Yang menurut saya dan dapat dilakukan oleh murid kelas 6 SD, ternyata dibagian ini sangat sulit sekali. Hanya 5 orang murid yang bisa menyelesaikan draf tulisannya dari 24 orang murid
Saya berkomitmen untuk tetap membimbing murid ini hingga menghasilkan tulisan yang layak untuk menginspirasi banyak orang, sambil menunggu tulisan yang lain, kepada murid yang lima orang ini diberikan bimbingan lanjutan untuk menyempurnakan tulisan sesuai dengan kaidah bahasa yang benar dan belajar mengetiknya sendiri.
Saya menyediakan waktu 60 menit setiap minggunya untuk mendampingi murid menyempurnakan naskah tulisannya, dan mengetik naskah menggunakan laptop sekolah secara bergantian. Saat pendampingan ini murid belajar banyak hal seperti cara mengembangkan yang terdiri dari kalimat utama dan beberapa kalimat penjelas, penggunaan kata sapaan, kalimat langsung dan kalimat tidak langsung, penggunaan tanda baca, dan sebagainya. Secara tidak langsung murid-murid sudah mempraktikkan kemampuan berbahasa dalam bahasa tulis.pembelajaran menjadi lebih bermakna dan berdampak bagi masa depan murid-murid.
Sampai akhir semester dua ternyata tidak ada penambahan murid yang tuntas dalam pembuatan cerita, mereka hanya bisa tertawa dan jawab belum siap Bu, ketika ditagih tulisannya. memang keterampilan menulis bisa diasah, namun kita juga tidak bisa menutup mata bahwa masih banyak kita yang kesulitan untuk melakukannya, jangankan murid-murid orang dewasapun masih banyak yang terkendala.
Sekalipun demikian, murid-murid sejak dini perlu dituntun agar kompetensi menulisnya bisa tumbuh dan berkembang sejak dini. Kompetensi menulis juga menjadi bagian dari literasi, salah satu dari bentuk kemajuan kompetensi literasi murid-murid di sekolah adalah bermunculannya berbagai karya dalam bentuk tulisan murid-murid di sekolah, baik dalam bentuk mading, jurnal, buku antologi manual, maupun buku antologi ber- ISBN.
Dari praktik ini saya melihat murid merasa puas dan senang melihat tulisannya yang sudah diketik, salah satu murid berkomentar “ wah, ternyata tulisan saya bisa jadi panjang ya, Bu ? Boleh nggak Bu, saya menulis dengan topik yang lain?”. Saya menjadi terharu, hal kecil yang saya lakukan telah menumbuhkan motivasi kepada salah satu murid saya. Harapannya setelah lulus SD nanti keterampilan menulisnya bisa terus tumbuh dan berkembang.
Untuk saat ini saya belum berhasil mencetak tulisan antologi murid menjadi buku yang ber-ISBN karena belum mencukupi jumlah yang diminta, namun tulisan-tulisan yang sudah ada tetap dipajang di mading kelas dan sekolah untuk dibaca oleh murid-murid yang ada di sekolah. Semoga dari tulisan murid-murid ini bisa menginspirasi murid yang lainnya.
Strategi yang akan saya lakukan untuk menumbuhkan kebiasaan menulis murid-murid adalah dengan menulis refleksi setiap setelah selesai proses pembelajaran dengan menjawab tiga pertanyaan seperti apa saja yang sudah pahami dengan baik, poin mana yang ingin diperbaiki, dan apa yang ingin diketahui lebih lanjut. Dengan membiasakan ini harapannya kemampuan literasi murid-murid semakin tumbuh dan berkembang.
Praktik baik Sebelum Direvisi
Elaborasi Praktik Baik
Sebagian besar murid senang bercerita, apalagi yang diceritakan adalah pengalaman hidup yang dirasakan di lingkungannya dalam kehidupan sehari-hari. Cerita ini akan menjadi obrolan yang mengasyikkan di perjalanan, di luar kelas, saat jam istirahat, di kantin, di taman, dan bahkan saat di dalam kelas sebelum jam pelajaran dimulai. Bahkan cerita seru murid-murid sesama temannya sering juga mengabaikan keberadaaan guru di antara mereka. Tak jarang murid juga curi kesempatan untuk melanjutkan cerita di saat proses belajar sedang berlangsung.
Sebagai guru saya juga tertarik ingin tahu apa yang lagi hangat diobrolin oleh murid-murid, sebelum pembelajaran dimulai terutama pada pembelajaran Bahasa Indonesia, saya menyediakan waktu 10 sampai 15 menit untuk saling mendengarkan cerita murid-murid. Saya mengajukan beberapa pertanyaan terkait topik yang sedang dibicarakan. Muridpun akan menjawab dengan penuh semangat apabila jawaban pertanyaan tersebut terkait dengan dirinya. Misalnya saya memberikan pertanyaan pemantik “ Siapa yang pernah diberikan hadiah ulang tahun oleh orang tuanya ?” dan “ bagaimana perasaan mu saat diberikan hadiah ?” Obrolan akan semakin asyik jika cerita berkaitan dengan diri murid tersebut. “ Nah, ananda semua, bagaimana jika cerita seru kita kita tulis dan kita bukukan? “ kata saya. Sebagian besar murid menjawab serempak “ Kalau ditulis susah, Bu?” Saya berusaha memberikan pemahaman apa pentingnya menulis bagi kita, sehingga akhirnya ada kesepakatan untuk menulis cerita dengan tema pengalaman yang menyenangkan atau yang menyedihkan. Saya berharap akan lahir buku antologi murid-murid yang berisi cerita inspiratif.
Semua sepakat untuk menulis, namun tantangannya Murid belum bisa cara menulis cerita, kemampuan bahasa tulis murid sangat terbatas baik dari segi kosa kata maupun penggunaan tanda baca, ejaan, dan struktur kalimat. Jika mau dibukukan dan diterbitkan ber ISBN maka murid-murid pada umumnya tidak memiliki gawai untuk mengetik naskahnya dan murid-muridpun tidak bisa mengetik. Kompetensi menulis murid-murid perlu diasah agar bisa tumbuh sejak dini. Menulis adalah salah satu bentuk karier protean yang bisa ditumbuhkan sejak dini.
Bagaimana cara saya menumbuhkan kompetensi menulis pada murid-murid ? Yang saya lakukan adalah pertama murid-murid saya minta untuk menentukan satu cerita yang menyenangkan atau yang menyedihkan yang pernah dialaminya satu tahun terakhir. Setiap murid diberikan kesempatan untuk mengingat kembali peristiwa atau momen penting yang pernah dialaminya yang membuat dirinya merasa senang. Atau murid juga bisa mengingat peristiwa atau momen yang membuat dirinya merasa sangat sedih.
Kedua, murid-murid dibimbing untuk membuat kerangka sederhana yang memuat identitas diri, isi cerita, kesan atau pembelajaran yang diperoleh. Identitas ini ditulis di paragraf pertama yang memuat nama murid, tempat tanggal lahir, kelas alamat sekolah, kondisi orang tua, dan jumlah saudara. Awaknya murid diminta membuat dalam bentuk formulir, kemudian dirubah ke dalam bentuk narasi. Dan ini menjadi bagian paragraf pertama. Untuk tahap ini pada umumnya murid bisa melakukannya dengan dituntun.
Di paragraf ke dua murid-murid mulai menuliskan cerita, saya meminta murid untuk menuliskan pengalamannya dengan panduan pertanyaan kapan waktu kejadiannya, apa yang terjadi, bagaimana perasaanmu saat itu, dan apa yang akan kamu lakukan selanjutnya. Terlihat sederhana namun dalam praktiknya tidak semudah membalikkan telapak tangan. Yang menurut saya dan dapat dilakukan oleh murid kelas 6 SD, ternyata dibagian ini sangat sulit sekali. Hanya 5 orang murid yang bisa menyelesaikan draf tulisannya dari 24 orang murid
Saya berkomitmen untuk tetap membimbing murid ini hingga menghasilkan tulisan yang layak untuk menginspirasi banyak orang, sambil menunggu tulisan yang lain, kepada murid yang lima orang ini diberikan bimbingan lanjutan untuk menyempurnakan tulisan sesuai dengan kaidah bahasa yang benar dan belajar mengetiknya sendiri.
Saya menyediakan waktu 60 menit setiap minggunya untuk mendampingi murid menyempurnakan naskah tulisannya, dan mengetik naskah menggunakan laptop sekolah secara bergantian. Saat pendampingan ini murid belajar banyak hal seperti cara mengembangkan yang terdiri dari kalimat utama dan beberapa kalimat penjelas, penggunaan kata sapaan, kalimat langsung dan kalimat tidak langsung, penggunaan tanda baca, dan sebagainya. Secara tidak langsung murid-murid sudah mempraktikkan kemampuan berbahasa dalam bahasa tulis.pembelajaran menjadi lebih bermakna dan berdampak bagi masa depan murid-murid.
Sampai akhir semester dua ternyata tidak ada penambahan murid yang tuntas dalam pembuatan cerita, mereka hanya bisa tertawa dan jawab belum siap Bu, ketika ditagih tulisannya. memang keterampilan menulis bisa diasah, namun kita juga tidak bisa menutup mata bahwa masih banyak kita yang kesulitan untuk melakukannya, jangankan murid-murid orang dewasapun masih banyak yang terkendala.
Sekalipun demikian, murid-murid sejak dini perlu dituntun agar kompetensi menulisnya bisa tumbuh dan berkembang sejak dini. Kompetensi menulis juga menjadi bagian dari literasi, salah satu dari bentuk kemajuan kompetensi literasi murid-murid di sekolah adalah bermunculannya berbagai karya dalam bentuk tulisan murid-murid di sekolah, baik dalam bentuk mading, jurnal, buku antologi manual, maupun buku antologi ber- ISBN.
Dari praktik ini saya melihat murid merasa puas dan senang melihat tulisannya yang sudah diketik, salah satu murid berkomentar “ wah, ternyata tulisan saya bisa jadi panjang ya, Bu ? Boleh nggak Bu, saya menulis dengan topik yang lain?”. Saya menjadi terharu, hal kecil yang saya lakukan telah menumbuhkan motivasi kepada salah satu murid saya. Harapannya setelah lulus SD nanti keterampilan menulisnya bisa terus tumbuh dan berkembang.
Untuk saat ini saya belum berhasil mencetak tulisan antologi murid menjadi buku yang ber-ISBN karena belum mencukupi jumlah yang diminta, namun tulisan-tulisan yang sudah ada tetap dipajang di mading kelas dan sekolah untuk dibaca oleh murid-murid yang ada di sekolah. Semoga dari tulisan murid-murid ini bisa menginspirasi murid yang lainnya.
Strategi yang akan saya lakukan untuk menumbuhkan kebiasaan menulis murid-murid adalah dengan menulis refleksi setiap setelah selesai proses pembelajaran dengan menjawab tiga pertanyaan seperti apa saja yang sudah pahami dengan baik, poin mana yang ingin diperbaiki, dan apa yang ingin diketahui lebih lanjut. Dengan membiasakan ini harapannya kemampuan literasi murid-murid semakin tumbuh dan berkembang.
Jika Anda mengalami kendala dalam scrolling, scroll di luar dari area Live Chat yang berwarna hitam.