Temu Pendidik Nusantara XII

Select Language

Menulis Dengan Bahagia

Praktik baik Sebelum Direvisi

[revisi_terbaru]

Elaborasi Praktik Baik

Awal :

Pada awalnya saya senang menulis di buku harian. Saya senang dapat mengekspresikan diri dalam tulisan yang saya buat. Segala macam perasaan bisa saya curahkan di dalam berbagai media. Baik media kertas maupun media elektronik. Apalagi profesi saya sebagai seorang guru mengharuskan menulis RPP atau catatan pembelajaran lainnya. Menulis adalah salah satu cara guru untuk belajar dan meningkatkan kualitas diri . Baik itu menulis buku, penelitian, atau catatan harian.

Tantangan :

Saya belajar menulis secara otodidak karena bagi saya menulis adalah passion atau panggilan jiwa. Saya menulis bukan profesi namun sebagai hobi dalam mengekspresikan diri. Setelah lama berkecimpung di dunia kepenulisan ternyata menulis itu asyik juga. Sebagai gurupun saya dapat mengembangkan diri , berkarier protean sebagai penulis tanpa meninggalkan tugas sebagai seorang guru. Namun saya paham walau hobi sekalipun suatu saat bisa menghasikan uang. Terlepas dari hal itu menulis tetap membutuhkan ruang untuk merenung mencari ide baru sambal memperbaiki hasil tulisan. Sayap sering mengikuti kelas menulis baik secara daring maupun luring. Saya kerap membaca lagi tulisan yang telah saya buat. Menulis memang mudah tetapi harus ada pembanding untuk bisa melihat apakah tulisan saya sudah bagus atau belum. Tantangan ada dari diri sendiri yang kadang malas untuk meneruskan tulisan kalau sedang tidak mood. Menulis membutuhkan disiplin waktu dan menjaga stamina kesehatan. Sayapun harus bisa menyeimbangkan antara menulis dan kegiatan sehari-hari. Disitulah letak seni tantangan dalam menulis. Saat saya mencurahkan rasa melalui bahasa tulisan ada yang mendukung ada yang tidak. Itu hal yang biasa. Hal itu tidak melunturkan semangat saya dalam menelurkan sebuah karya.

Aksi :

            Sebenarnya membaca dan menulis adalah dua hal yang saling berhubungan seperti mata uang atau koin yang berbeda sisi namun saling mengisi. Jika ingin menulis yang bagus tentunya harus banyak membaca. Menulis bukan sekedar mencurahkan isi hati , namun lebih dari itu sebuah tulisan punya pasarnya sendiri. Setiap tulisan pasti ada pembacanya. Saya merasa bangga bisa menyelesaikan sebuah karya karena rasanya lega bisa mengekspresikan diri, Bagai sebuah oase di padang sahara , sebuah huruf, satu kalimat , beberapa paragraf dan sebuah buku adalah minuman segar bagi para pembacanya. Saya menulis sejak tahun 2001  bermula pada sebuah blog yang berisi puisi dan pabrik kata-kata lainnya. Sekitar beberapa tahun saya aktif menulis puisi dan cerpen di blog dan facebook. Lalu pada tahun 2009 saya menulis buku indie berisi kumpulan tulisan yang berjudul Kumpulan Goresan hati. Kemudian pada tahun 2016 saya menulis lagi ada tantangan membuat tulisan yang diadakan oleh penerbit Bebuku asal Surakarta. Apalagi saat pandemi yang mengharuskan guru dan siswa mengadakan PJJ  ( pembelajaran jarak jauh ) sekitar tahun 2020 lalu , ide menulis kerap berlari-larian  di kepala saya. Alhamdulilah saat itu adalah saat terbaik parade karya menulis saya bermunculan.

Kemudian saya bergabung pada kelas menulis yang diadakan oleh Bu Nina seorang guru berprestasi asal Bogor, bertajuk Pendidik Indonesia Pelopor Perubahan . Bangga dan haru bisa melihat nama sendiri di cover depan buku. Sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan. Dibalik situasi pandemi Covid 19 yang cukup sulit malah banyak tulisan melesat jauh mencari dan menemukan pembaca setianya. Lanjut tahun 2021 saya kenal Pak Suhud Rois saat saya didapuk sebagai ketua program karier di KGBN Jaksel. Kebetulan beliau aktif sebagai penggerak di KGBN Cimahi. Beliau juga seorang guru di SD Peradaban Insan Mulia , editor , penulis yang mumpuni dan pelatih Kampus Guru Cikal . Saya merasa beruntung bisa belajar menulis pada beliau bersama teman-teman di KGBN. Akhirnya kami menghasilkan buku bersama yang berjudul Melebarkan Ceruk yang diterbitkan oleh Yayasan Peradaban Mulia tahun 2022. Kilas balik , tahun 2009 ada 1 buku. Kemudian tahun 2016 saya menulis 10 buku. Di tahun 2018 ada 1 buku berjudul Inspiring Teacher. Lalu pada tahun 2020 ada total 7 buku . Tahun 2021 ada 1 buku yang berjudul Pembelajaran di Era Pandemi Covid 19. Pada tahun 2022 ada 3  buku , yaitu Melebarkan Ceruk ,  An Inner Journey for a Peaceful Soul , Doa dan Cahaya. Alhamdulilah ternyata selama rentang waktu tersebut ada kurang lebih 23 buku yang telah saya tulis. Satu buku solo dan 22 buku antologi. Bukan itu saja , saya sudah beberapa kali didapuk sebagai nara sumber kepenulisan di KGBN Jaksel , KGBN Jakarta Utara serta beberapa komunitas menulis lainnya. Dari tahun 2020 sampai 2023 ini menulis praktik baik model ATAP di TPN ( Temu Pendidik Nusantara ).

Pelajaran :

Saya merasa bahagia bisa menulis sampai lebih dari 20 buku. Karena menulis bagi saya adalah passion , sebuah panggilan jiwa. Sebenarnya saat kita menulis kita sedang memetakan kemampuan diri , sedang berekpresi , dan memperjuangkan sebuah mimpi. Berawal dari masa kecil dan masa remaja saya yang pemalu saya terbiasa menulis daripada mengemukakan pendapat di depan umum. Rasanya lega sekali karena menulis sekaligus sebagai terapi dan penyembuhan diri. Juga sebagai sarana personal branding , sebagai salah satu karier protean yang saya pilih. Menulis menghaluskan jiwa dan mencerahkan sautu peradaban. Dengan menjalin kata-kata menjadi tulisan adalah mengikat sebuah makna agar pikiran manusia tidak hilang dari peradaban. Walaupun saya telah menghasilkan sejumlah karya , nanmu saya tetap tidak berhenti belajar. Belajar pada siapapun dan di manapun. Belajar pada guru , belajar pada diri sendiri , belajar dari alam semesta serta belajar dari pengalaman diri sendiri. Saya ucapkan terima kasih kepada Allah Tuhan Yang Maha Kuasa telah mengrimkan saya talenta menulis. Terima kasih saya ucapkan kepada guru-guru yang mengajarkan saya menulis. Menulis dengan bahagia , lega rasanya.

Jika Anda mengalami kendala dalam scrolling, scroll di luar dari area Live Chat yang berwarna hitam.