Meniti Legalitas Karir Protean Sebagai Pembicara
Hotdiana Nababan, M.Pd.
Pandemi 2020 membawa keberkahan bagi saya. Mengajar daring memberi waktu luas bagi saya untuk belajar banyak hal. Belajar memakai perangkat mengajar daring mulai dari gmeet, zoom, classroom dll. Belajar bagaimana membuat video pembelajaran, belajar bagaimana publik speaking di virtual. Ditambah lagi memang sebelumnya saya sudah mem-branding-kan diri ber-niche pendidikan lewat tulisan-tulisan saya di blog. Bloger dan penulis buku adalah karir protean awal saya.
Semua kegiatan itu saya unggah di media sosial. Hingga suatu hari, pertengahan 2020, ada teman yang mengajak saya bercerita di kelas virtual mereka bagaimana kondisi belajar daring di daerah. Tak disangka, itu menjadi titik saya meniti karir protean sebagai pembicara dari satu webinar ke webinar sampai sekarang.
Tantangan pertama yang saya hadapi pertama kalinya adalah bagaimana tampil di layar kaca. Sampai panitianya mengingatkan “Ka, kasih jarak wajah ke kamera, wajah kakak tampak besar sekali di layar”. Betapa memalukan saya waktu itu. Meski malu saya tidak lupa posting dan datang lagi tawaran berbagi pembelajaran daring yang saya lakukan.
Usai pandemi dan pembelajaran sudah mulai tatap muka maka tawaran menjadi pembicara pun menjadi luring. Saya diundang sekolah-sekolah terdekat untuk berbagi bagaimana membuat video pembelajaran. Saya tidak percaya diri bahkan pernah saking gugupnya, sesi yang sudah saya siapkan untuk dua jam bisa selesai dalam waktu 20 menit. Saya pikir inilah yang pertama dan terakhir. Meski dengan muka tebal tetap saja saya pamer di facebook.
Eh, malah dapat tawaran untuk berbagi video pembelajaran ke sekolah tetangganya lagi. Padahal video saya biasa-biasa saja. Justru video saya lebih banyak memuat pesan mengapa guru harus membuat media pembelajarannya sendiri. Benar bahwa berjuta-juta video pembelajaran keren beredar di youtube, tapi anak kita akan lebih paham video ibu gurunya sendiri dengan wajah, mimik dan bahasa yang khas. Di masa pandemi, kehadiran guru lewat video akan mengobati rindu mereka akan kelas dan sekolah. Lagipula sang guru pun akan membuat video yang sesuai karakter dan ciri khas anak-anaknya.
Tak tanggung-tanggung tawaran berikutnya datang dari luar kota. Wah, ini jadi tantangan berikutnya. Harus meninggalkan tugas dan juga pastinya tugas sebagai istri dan rumah tangga. Saya mulai kewalahan mengatur waktu dan akhirnya memutuskan hanya menerima tawaran pembicara daring saja.
Bahkan yang lebih menyakitkan adalah ketika ada pejabat yang bertanya, siapa saya, apa jabatan saya, apa kapasitas saya. Kadang-kadang panitia meminta semacam sertifikat yang menunjukkan legalitas saya sebagai pembicara. Saya meyakinkan diri bahwa bukan saya yang menawarkan diri dan mengapa panitia menghubungi saya bukan karena saya pejabat dinas tetapi karena praktik-praktik baik yang saya ceritakan di media sosial.
Yang tadinya saya hanya berkutat di literasi khususnya menulis, tawaran topikpun mulai beragam dan ini menjadi tantangan baru lagi yaitu harus belajar. Pantang maju sebelum belajar. Narasumbernya hanya tiga jam tapi persiapannya perlu tiga minggu.
Semua hal di atas saya sampaikan dalam esai dan wawancara dalam program-program viral Kemendikbudristek seperti Guru Penggerak, Sekolah Penggerak dan Kampus Merdeka. Karir protean yang saya geluti di sini juga menjadi narasumber yaitu Pengajar Praktik Guru Penggerak, Fasilitator Guru Penggerak, Narasumber Sekolah Penggerak bahkan Praktisi Mengajar Kampus Merdeka.
Status tersebut semakin menambah legalitas dan percaya diri saya. Tawaran-tawaran menjadi narasumber dari berbagai organisasi baik pemerintah atau swasta semakin berdatangan, minimal sekali sebulan ada. Topik pun mulai beragam tapi semua masih dalam kerangka Merdeka Belajar. Ada yang berbayar tapi ada juga yang sekedar terima kasih. Semua tetap saya layani karena saya sudah diberi banyak maka saya wajib memberi. Mengubah mindset sebanyak mungkin guru di Indonesia bahwa pendidikan haruslah memanusiakan manusia.
Berikut beberapa flyer kesempatan menjadi pembicara di webinar tahun 2023
Meski saya terkenal di dunia maya tapi saya tetaplah seorang guru biasa di sekolah. Pernah ditawari sebuah jabatan tapi tidak jadi dan saya justru mensyukurinya. Karena saya memilik banyak waktu di kelas, menikmati kebersamaan dengan anak-anak. Justru karir protean yang saya jajaki sekarang berangkat dari kelas. Jika saya sibuk menjabat, saya tidak punya waktu lagi. Lalu apa yang akan saya bagikan saat saya menjadi pembicara. Pagi ke siang di kelas menginspirasi anak-anak. Sore ke malam di kelas maya menginspirasi sebanyak mungkin guru di Indonesia.
Meski saya menjadi pembicara karena legalitas praktik baik saya, selanjutnya saya juga akan mengusahakan legalitas karier saya sebagai pembicara dengan terus meng-upgrade diri dan meng-upgrade sertifikat-sertifikat yang saya miliki. Seperti sertifikat coaching dan google master trainer (GMT) yang masa berlakunya akan habis tahun ini. Ditambah lagi sertifikat yang saya incar di tahun ini yaitu sertifikat training of trainers karena sejatinya pembicara adalah seorang pemelajar seumur hidup.