Temu Pendidik Nusantara XII

Select Language

Mengembangkan Perilaku Beriman dan Bertakwa Kepada Tuhan Yang Maha Esa Dengan Serbu

Praktik baik Sebelum Direvisi

[revisi_terbaru]

Elaborasi Praktik Baik

Saat ini kurikulum merdeka telah diterapkan di sebagian besar satuan pendidikan di Indonesia. Kurikulum merdeka berfokus untuk mengembangkan kompetensi dan karakter peserta didik yang sesuai dengan nilai-nilai luhur Pancasila. Nilai-nilai Pancasila ini atau disebut juga profil pelajar Pancasila memiliki 6 dimensi nilai yang diharapkan dimiliki oleh setiap siswa. Salah satu dimensinya, yaitu beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berakhlak mulia.

Adapun pengalaman mengenai dimensi beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berakhlak mulia ini terdapat permasalahan, yaitu:

  1. siswa yang masih kurang atau malas bersedekah karena mungkin belum paham dengan esensi atau tujuan sedekah;
  2. siswa laki-laki muslim yang selalu ingin langsung pulang di hari Jumat dengan melakukan berbagai cara (termasuk memanjat tembok sekolah) karena tidak ingin salat Jumat berjamaah di sekolah.

Sebagai guru yang saat itu juga menjabat sebagai wali kelas, saya merasa memiliki tanggung jawab untuk turut serta mencari solusi agar siswa mau bersedekah dan antusias ikut salat Jumat berjamaah di sekolah. Berdasarkan permasalahan tersebut, Serbu (Sedekah Seribu) dipilih untuk menjadi kegiatan mingguan yang akan dijalankan oleh siswa, dalam hal ini pengurus OSIS. Namun, kegiatan yang dijalankan tetap berada di bawah pengawasan guru-guru yang terkait dalam program Serbu.

Praktik ini merupakan praktik baik yang penting untuk dibagikan dengan beberapa alasan berikut:

  1. Permasalahan yang saya alami mengenai pengembangan karakter ini bisa saja dialami juga oleh guru di sekolah lain. Best practice kegiatan Serbu (Sedekah Seribu) ini dapat dijadikan alternatif solusi bagi guru yang memiliki permasalahan serupa di sekolahnya.
  2. Kegiatan Serbu (Sedekah Seribu) ini mungkin bukan hal yang baru, tetapi terbukti cukup efektif untuk menarik antusias siswa untuk salat Jumat berjamaah di sekolah.
  3. Kegiatan Serbu (Sedekah Seribu) dapat meningkatkan antusias siswa dalam bersedekah dan salat Jumat berjamaah di sekolah sehingga dapat dikatakan tujuan kegiatan ini untuk menumbuhkembangkan karakter positif siswa yang sesuai profil pelajar Pancasila dapat tercapai.

Untuk menjalankan kegiatan ini tentu tidak selalu mulus. Ada beberapa tantangan yang harus dihadapi. Tantangan pertama adalah tantangan untuk meyakinkan kepala sekolah bahwa kegiatan Serbu (Sedekah Seribu) ini patut dicoba untuk mengembangkan karakter positif siswa di sekolah. Setelah kepala sekolah yakin, tantangan berikutnya adalah berkomunikasi dengan guru agama Islam untuk bekerja sama mengawal kegiatan ini karena secara tidak langsung hal ini berkaitan dengan pembelajaran agama. Hal ini tentu menjadi tantangan karena saya sendiri bukan guru agama Islam. Setelah guru agama, tantangan selanjutnya adalah meyakinkan wali kelas untuk mendukung kegiatan Serbu (Sedekah Seribu) dan membantu menyosialisasikannya kepada anak wali masing-masing.

Tantangan berikutnya adalah melakukan sosialisasi kepada pengurus OSIS. Sosialisasi ini sangat penting karena mereka yang akan memegang kepanitian kegiatan ini. Pembagian tugas harus benar-benar jelas, mulai dari pengumpulan hasil sedekah, mengolah hasil sedekah menjadi konsumsi yang akan dibagikan kepada jamaah salat Jumat, hingga pembagian konsumsi kepada jamaah di hari pelaksanaan salat Jumat.

Selain itu, tantangan dari siswa yaitu adanya pertanyaan yang timbul dari siswa. Ada siswa nonmuslim dan kurang mampu mempertanyakan apakah sedekah tersebut wajib atau tidak.

Saya melakukan aksi sesuai urutan tantangan yang saya hadapi, Hal pertama yang harus dilakukan sekaligus menjadi tantangan awal adalah mengomunikasikan kegiatan Serbu (Sedekah Seribu) ini kepada kepala sekolah untuk mendapatkan dukungan dan kepercayaan penuh untuk menjalankan kegiatan ini. Setelah itu, saya mengadakan diskusi bersama guru agama Islam mengenai rencana kegiatan ini. Ternyata mereka setuju dan bersemangat untuk turut serta dalam kegiatan Serbu (Sedekah Seribu). Salah seorang guru agama Islam mengatakan bahwa sudah lama mereka mencari ide atau cara untuk menumbuhkan antusias siswa laki-laki untuk salat Jumat berjamaah di sekolah.

Langkah selanjutnya adalah mengomunikasikan kegiatan Serbu (Sedekah Seribu) ini kepada rekan-rekan guru, terutama kepada wali-wali kelas. Hal ini sangat penting karena wali kelas yang akan menjadi jembatan penghubung untuk membantu menginformasikan kegiatan ini kepada anak wali masing-masing.

Setelah informasi mengenai kegiatan Serbu (Sedekah Seribu) sudah disampaikan kepada kepala sekolah dan rekan-rekan guru, langkah selanjutnya adalah menyampaikan kegiatan ini dan berdiskusi dengan pembina dan para pengurus OSIS. Tujuan kegiatan ini bukan hanya berfokus pada menumbuhkembangkan semangat bersedekah dan salat Jumat berjamaah di sekolah, tetapi juga untuk mengembangkan karakter siswa yang sejalan dengan nilai-nilai Pancasila. Maka harapannya para siswa juga bisa belajar mengorganisir suatu program agar tumbuh nilai-nilai kepemimpinan dalam dirinya. Oleh karena itu, para pengurus OSIS yang menyusun sendiri kepanitiaannya dan berbagi tugas untuk menjalankan program ini.

Hal pertama yang mereka lakukan adalah berkunjung ke kelas-kelas untuk mengumpulkan sedekah seribunya yang dimulai pada hari Senin, 5 Juni 2023. Adapun laporan dari anak OSIS bahwa ada seorang wali kelas yang mempertanyakan bagaimana dengan siswa nonmuslim apakah mereka juga harus bersedekah. Namun, tak disangka pengurus OSIS mampu menjawab pertanyaan wali kelas tersebut dengan bijak. Ia mengatakan bahwa sedekah ini tetap hukumnya bukan sesuatu yang wajib. Siswa nonmuslim atau siswa yang tidak mampu tidak dipaksakan untuk bersedekah. Namun kenyataannnya ada juga siswa nonmuslim dengan senang hati bersedekah dan nominalnya lebih dari seribu. Dari hal tersebut juga kita dapat melihat adanya toleransi antarumat beragama dari kegiatan Serbu (Sedekah Seribu) ini.

Setelah sedekah dari seluruh kelas sudah terkumpul, lalu para pengurus OSIS menghitung jumlahnya dan mulai menyusun anggaran untuk pembelian konsumsi pada hari Jumat, 9 Juni 2023. Mereka juga yang mengatur pembelian dan mencari tempat pemesanan konsumsi yang sesuai dengan hasil sedekah yang terkumpul.

Langkah terakhir ini adalah hari pelaksanaan salat Jumat pada tanggal 9 Juni 2023. Saya dan beberapa wali kelas serta guru agama Islam turut memantau kegiatan pelaksanaan salat Jumat tersebut. Pengurus OSIS sendiri yang menyiapkan segala persiapan salat Jumat dimulai dari menyiapkan sound system hingga mengamankan konsumsi yang akan dibagikan kepada para jamaah setelah selasai salat Jumat.

Target jamaah di hari itu adalah 40 orang atau 40 siswa. Di luar dugaan, biasanya anak-anak harus diimbau sampai dipaksa untuk tinggal salat Jumat di sekolah. Namun, pada Jumat itu jamaah diperkirakan mencapai hampir 100 orang. Hal ini dapat diketahui dari jumlah konsumsi yang berupa nasi kotak yang disiapkan sekitar 75 kotak habis dan masih ada sekitar 20 orang yang tidak mendapat konsumsi.

Kegiatan Serbu (Sedekah Seribu) ini ditujukan untuk mengembangkan perilaku yang sesuai dengan nilai Profil Pelajar Pancasila. Dengan melibatkan anggota OSIS, siswa juga belajar untuk menanamkan nilai-nilai kepemimpinan dalam dirinya, Siswa belajar mengorganisir suatu kegiatan. Guru pun menjadi terbantu dengan adanya kepanitiaan dari OSIS untuk kegiatan ini. Wali kelas tidak perlu mengimbau berkali-kali atau memaksa lagi siswa laki-laki untuk tinggal di sekolah melaksanakan salat Jumat berjamaah karena keinginan tersebut sudah muncul dari diri siswa sendiri.

Telah disebutkan sebelumnya bahwa masih ada jamaah yang tidak mendapatkan konsumsi. Hal ini tentu menjadi refleksi dan rencana kegiatan di minggu berikutnya agar pengurus OSIS bisa mengelola kembali hasil sedekah dengan jumlah konsumsi. Saya terpikir jika tidak memungkinkan konsumsi berupa nasi kotak, mungkin bisa diganti dengan kue kotak saja yang sesuai dengan keuangan yang dimiliki agar tidak ada kekecewaan atau rasa tidak adil di hati para siswa yang menjadi jamaah salat Jumat.

Untuk ke depannya, mungkin perlu juga dipikirkan kegiatan untuk siswa perempuan di hari Jumat agar mereka tidak merasa keberadaan mereka hanya untuk sekadar bersedekah saja. Bisa saja terjadi kecemburuan di antara siswa laki-laki dan perempuan. Siswa perempuan bisa saja menganggap bahwa siswa laki-laki mendapatkan konsumsi dari hasil sedekah, sedangkan mereka tidak. Oleh karena itu, saya merasa masih perlu ada pengembangan dari kegiatan Serbu (Sedekah Seribu) ini, terutama untuk siswa perempuan.

Jika Anda mengalami kendala dalam scrolling, scroll di luar dari area Live Chat yang berwarna hitam.