Temu Pendidik Nusantara XII

Select Language

Mengelola Emosi dengan Stop-Pikir-Aksi

Praktik baik Sebelum Direvisi

[revisi_terbaru]

Elaborasi Praktik Baik

“Bu, Cero didorong sama Ceri!” Seorang murid mengadu kepada saya. Di ujung ruangan, Cero sudah jatuh di lantai sambil meringis dan menggosok kepalanya yang mengenai meja. Badan Ceri terlihat tegang karena marah. Tentu saja, proses belajar jadi harus berhenti untuk membantu Cero mengobati badannya yang sakit dan membantu Ceri mengelola emosi yang dirasakan.

 

Saya mengharapkan kondisi kelas yang aman dan menyenangkan untuk belajar. Namun dengan kondisi seperti di atas, pembelajaran tidak bisa dilakukan dengan lancar. Situasi kelas juga menjadi tidak aman dan menyenangkan karena hampir setiap hari terjadi konflik antar murid. Konflik terjadi saat murid khawatir teman akan merusak hasil karyanya, atau saat murid merasa marah karena teman mengambil mainan yang sedang digunakannya. Konflik yang terjadi seringnya menyakiti secara fisik, seperti menarik badan teman, memukul, dan mendorong. Saya merasa khawatir tentang keselamatan murid di sekolah dan mungkin juga ada murid yang menjadi takut dengan temannya.

 

Saya merasa murid masih perlu bantuan untuk mampu mengelola emosinya dengan aman. Seperti yang disampaikan di atas, cara murid menunjukkan emosinya masih cenderung menyakiti orang lain. Ada murid yang ketika merasa kesal mengekspresikannya dengan menyakiti diri sendiri seperti membenturkan kepala ke lantai. Ada juga murid yang mengekspresikan rasa marahnya dengan melempar mainan.

 

Saya mencoba melakukan beberapa cara untuk membantu murid mengenali dan mengelola emosinya dengan aman.

 

Mengenalkan berbagai emosi dan penyebabnya

Saya membacakan buku Seri Mengenal Emosi yang ditulis oleh Watiek Ideo dan Nindya Maya. Setelah membacakan buku cerita, saya menanyakan beberapa hal terkait isi ceritanya. Pertanyaan yang saya ajukan seperti, apakah pernah merasakan emosi yang sama, apa yang membuat ia merasakan emosi tersebut, dan apa yang dilakukan ketika merasakan emosi tersebut. 

Saya juga mengajak murid untuk mengenali ekspresi emosi dengan beberapa cara. Murid diajak untuk bermain tebak emosi menggunakan kartu gambar, lalu menirukan ekspresi ekspresi emosi tersebut. Murid juga diajak bermain patung emosi, yaitu menjadi patung dengan menunjukkan ekspresi emosi tertentu sambil bercermin. Kegiatan ini membantu murid untuk mengenali bagaimana ekspresi emosi yang ditunjukkan oleh dirinya dan temannya.

Mengenali emosi juga dilakukan dalam kegiatan sehari-hari seperti saat refleksi atau saat ada kejadian khusus. Kegiatan refleksi dilakukan dengan memasang emoji senang, sedih, atau marah pada papan yang bertuliskan nama murid. Kemudian murid diajak untuk menceritakan apa yang membuatnya merasakan emosi tersebut dan apa yang dilakukannya. Kejadian-kejadian khusus yang membuat murid merasakan emosi yang intens juga menjadi kesempatan untuk mengenalkan emosi. Saya akan membantu dengan memvalidasi emosi yang dirasakan dan membantu untuk mengidentifikasi apa yang menyebabkan ia merasakan emosi tersebut.

 

Mengenal 3 aturan marah

Emosi marah dipelajari lebih mendalam karena ekspresi marah yang destruktif dan menyakiti lebih sering membuat kondisi kelas tidak lancar. Saya membacakan buku Kata Siapa Tidak Boleh Marah? untuk mengenalkan 3 aturan marah. Salah satu hal yang disampaikan dalam buku tersebut adalah tentang 3 aturan marah, yaitu tidak boleh menyakiti diri sendiri, tidak boleh menyakiti orang lain, dan tidak boleh merusak barang. Selain dengan membaca buku, mengenalkan tentang 3 aturan marah juga dilakukan dengan menyanyikan lagu dengan judul yang sama. 

Bermain peran juga digunakan untuk mengetahui sejauh apa pemahaman murid tentang 3 aturan marah. Murid bermain peran menunjukkan ekspresi emosi marah pada situasti yang biasa terjadi di sekolah, seperti mainan yang tidak sengaja dirusak oleh teman. Murid bisa boleh memilih akan menunjukkan ekspresi emosi yang sesuai atau tidak sesuai dengan 3 aturan marah. Di akhir pembelajaran, murid diajak untuk mengidentifikasi tentang perilaku yang ditunjukkan oleh teman saat bermain peran. 

 

Mengenal cara mengelola emosi

Setelah mengenali bahwa ada ekspresi emosi yang tidak aman, murid diajak untuk mengenal cara mengelola emosi yang aman. Cara yang dikenalkan untuk mengelola emosi dengan aman adalah dengan melakukan STOP-PIKIR-AKSI. STOP-PIKIR-AKSI dilakukan ketika murid merasakan emosi, ia akan diajak untuk berhenti sebentar, memikirkan perilaku apa yang bisa menenangkan dirinya atau mengatasi penyebab ia merasakan emosi tersebut, dan melakukan aksi yang aman.

Referensi STOP-PIKIR-AKSI yang saya dapatkan berupa cerita sosial berbahasa Inggris. Saya mengadaptasi isinya dan membuatnya menjadi buku cerita bergambar. Buku cerita tersebut yang saya bacakan kepada murid untuk membantu mengenal tentang STOP-PIKIR-AKSI.

Beberapa kegiatan bermain juga dilakukan untuk membantu murid memahami tentang STOP-PIKIR-AKSI. Berlatih untuk berhenti sebentar dilakukan dengan kegiatan dance and freeze. Murid menari dan berhenti sesuai lagu Walking-walking dari Pingfong. Berlatih mengatur nafas agar lebih tenang dilakukan dengan mengikuti panduan dari video Candle and Flower Breathing – Mindful and Calming Breathing Technique. Murid diajak untuk menemukan aksi yang mungkin membantunya untuk menenangkan diri dengan mencoba berbagai pilihan kegiatan. Pilihan kegiatan yang dikenalkan adalah dengan memeluk boneka, tiduran, menggambar, mencari tempat yang tenang, dan bercerita ke orang dewasa. Murid diajak untuk menyadari bahwa pilihan cara tersebut bisa membantu menenangkan dirinya saat merasakan emosi yang intens. Setelah mencoba beberapa kegiatan untuk menenangkan diri, saya bertanya, “Apakah merasa lebih tenang setelah melakukan kegiatan tersebut?” “Apakah akan mencoba melakukan kegiatan itu untuk membantumu menenangkan diri saat marah?”

 

Menyediakan sudut tenang di setiap ruangan yang digunakan untuk belajar

Sudut tenang dikenalkan sebagai tempat murid dapat menenangkan diri dengan aman saat merasakan emosi yang intens. Sudut tenang berlokasi 2-3m dari tempat murid belajar, bertujuan agar murid tetap merasa bagian dari kelas dan juga guru tetap bisa mengawasi.

 

Proses validasi emosi, mengajak melakukan STOP-PIKIR-AKSI, dan mengakses sudut tenang dilakukan berkelanjutan. Misalnya saat ada murid yang menunjukkan emosi sedih, guru akan memberi waktu kepadanya untuk menangis dulu. Setelah bisa diajak berbincang, guru memvalidasi emosinya, dan menawarkan apakah murid merasa perlu menenangkan diri di sudut tenang? Sebelum melakukan hal tersebut guru menjelaskan untuk murid lain bahwa ada teman yang perlu dibantu untuk mengelola emosi, sehingga murid yang lain bisa melanjutkan kegiatan belajar.

 

Proses memfasilitasi murid untuk bisa mengelola emosinya dengan aman berlangsung selama beberapa waktu. Saya melihat murid jadi lebih mampu mengelola emosi dengan aman saat di kelas. Pembelajaran dapat tetap berjalan dengan lancar, aman, dan menyenangkan. Murid saling memahami ekspresi emosi teman dan cara teman menenangkan diri. Ada beberapa murid yang mampu membantu teman menenangkan diri misalnya dengan mengajak teman duduk dulu dan mengelus merangkulnya karena mengetahui lebih tenang jika dielus atau dipeluk.

Jika Anda mengalami kendala dalam scrolling, scroll di luar dari area Live Chat yang berwarna hitam.