Membina Akhlak dan Menumbuhkan Motivasi belajar dengan kunjungan belajar ke Panti Asuhan
Membina Akhlak dan Menumbuhkan Motivasi belajar dengan kunjungan belajar ke Panti Asuhan
AWAL
Sebagai Guru Pendidikan Agama Islam yang memberikan pembelajaran akhlak dan juga budi pekerti dengan tujuan pembelajaran bersyukur dan berbuat baik kepada sesama manusia dengan indiktor berbuat baik kepada kerabat, anak yatim dan fakir miskin saya tergerak untuk mengadakan pembelajaran berbasis projek sehingga murid bisa langsung mempraktekkan pembelajaran dan lebih menyadarkan pentingnya bersyukur kepada sang pencipta. Akan tetapi Pandemi Covid 19 ini banyak sekali murid yang mengalami degradasi moral, mereka lebih cenderung bersikap individualis karena dulu belajar hanya melalui layar kaca sendiri, mereka juga banyak yang kurang bersyukur terhadap kondisi yang mereka dapatkan, karena kurangnya sosialisasi kepada sesama, banyak yang malas belajar padahal banyak yang tidak bisa melanjutkan belajar, banyak yang tidak menggunakan potensi diri nya padahal banyak yang tidak sempurna seperti inklusi atau cacat permanen.
TANTANGAN
Untuk projek ini adalah projek based class, setiap kelas membuat struktur panitia sendiri membuat acara sendiri dan menentukan tempat yang akan mereka kunjungi sendiri. Yang menjadi tantangan dalam praktik baik ini untuk mencapai tujuan sebenarnya adalah masalah pendanaan dan perizinan, oleh karena itu, kegiatan ini memang harus dirancang dari jauh hari, dan melibatkan seluruh stake holder sekolah bahkan masyarakat, selain itu tantangan yang nyata adalah dari persetujuan orang tua dalam melakukan projek ini, karena maraknya peraturan tentang pungutan liar sehingga sekolah sangat ketat dalam masalah bakti sosial ini.
Dalam kegiatan ini seluruh peserta didik kelas 12 yang menjadi target utama, atau dengan kata lain 1 angkatan, kemudian walikelas, serta orang tua siswa. Semuanya itu bermuara pada perizinan dari Kepala sekolah terlebih dahulu, tantangan juga muncul dari siswa yang belum bisa membuat program yang akan dilaksanakan di Panti Asuhan/Dinas Sosial, serta perizinan tempat dari pihak Panti Asuhan/Dinas Sosial. Salah satu ketua panitia pernah berkata ” pak, agak susah mencari sponsor dan bantuan”?. Pada prinsipnya dalam kurikulum merdeka kita hanya menuntun mereka, jadi saya hanya menunjukkan kepada murid kapan dan di mana saja kira kira mereka bisa mendapatkan sponsor, sampai bagaimana kata kata yang tepat supaya mereka mendapatkan sponsor seperti mencari sponsor di BAZIS / LAZIS.
AKSI
Untuk Langkah awal saya membuat kepanitian tiap kelas, setiap kelas dibuat menjadi 1 kelompok besar, dengan oraganisasi lengkap untuk kegiatan tersebut. Setelah itu membantu tiap kelas untuk membuat proposal masing masing untuk merencanakan kegiatan baik tempat maupun anggaran dana serta jenis kegiatan yang akan di laksanakan di Panti Asuhan/Panti Jompo/Dinas Sosial.
Selanjutnya bersama tim survei tiap kelas, Mencari Brosur dan Mengurus Perizinan Panti Asuhan/Panti Jompo/Dinas Sosial. itu semua dilakukan diluar jam pelajaran supaya mereka tidak tertinggal pelajaran yang lain. Selanjutnya saya menuntun mereka untuk membuat perizinan ke sekolah dan juga orang tua siswa.
Setelah semua perizinan dan dana tercukupi maka mereka tinggal membuat round down acara, setiap siswa di kelas hampir semua berpartisipasi dalam kegiatan ini sehingga semua merasakan bagiamana menyusun acara, membuat kegiatan, sampai melakukan evaluasi kegiatan, yang tadinya hanya pendiam di kelas pun ketika di hadapkan dengan anak panti asuhan atau panti jompo mereka jadi aktif ikut andil dalam kegiatan ini, bahkan mereka sampai mengeksplorasi apa yang mereka kuasai untuk diberikan kepada anak yatim atau orang tua di panti jompo, setelah itu mereka juga meminta untuk di doakan supaya dapat lulus dengan baik dari SMA.
PEMBELAJARAN
Hasilnya pada saat itu sangatlah efektif, disamping anak anak dapat membuat proposal baik untuk dana dan perizinan, Respon yang diberikan terhadap kegiatan ini sangatlah positif, terlebih dari Panti Asuhannya sendiri, respon positif juga diberikan masyarakat khususnya orang tua murid yang sangat mendukung kegiatan ini, bahkan ada yang pengen ikut acara, Faktor keberhasilan dari strategi yang dilakukan adalah membentuk student agency/kepemimpinan murid, baik dari luar maupun dari dalam. Dari keseluruhan proses yang dilakukan bahwa seluruh kegiatan ini dari murid untuk murid dan bagaimana murid berproses dari awal sampai akhir.
Dari Refleksi yang saya terima dari salah satu murid adalah “Wah ternyata asik juga ya pak bisa membuat acara sendiri seperti ini, fillnya dapet banget, bahkan temen temen disini lebih antusias daripada belajar di kelas”. Dari Orang Tua Murid yang ikut acara ini pun juga memberikan respon ” Alhamdulillah, terima kasih pak sudah membuat kegiatan ini, anak saya jadi lebih dewasa dalam menyikapi berbagai hal, sekarang bahkan tanpa disuruh ibu nya sudah sadar sendiri dianya contohnya rumah kotor, langsung nyapu pak anaknya, makasih ya pak”
Dampak yang paling terasa dari aksi ini adalah kepada personal masing masing anak, mereka menjadi lebih mensyukuri hidup, lebih bersyukur terhadapa apa yang sudah mereka punya dan lebih sayang terhadap keluarga, semua itu terlihat dari akhlak mereka yang lebih sopan dan baik terhadap guru. Karena ada beberapa guru yang bilang ke saya ” wah, murid-murid yang kemaren susah buat belajar kayak lebih antusias sekarang, di tatar dimana pak khodiq”,
Selain membuat Refleksi terhadap murid, orang tua, guru dan masyarakat, saya juga melakukan refleksi terhadap diri sendiri, bahwa kegiatan ini memang agak sulit dilaksanakan jika di sekolah negeri yang lain, dengan regulasi yang ketat seperti sekarang, akan tetapi tidak mustahil untuk melaksanakannya, apalagi kedepannya jika kita sudah memasukkan beberapa unsur yang dibutuhkan kedalam sistem RKAS, maka semua itu bisa saja terwujud.
Membina Akhlak dan Menumbuhkan Motivasi belajar dengan kunjungan belajar ke Panti Asuhan
AWAL
Sebagai Guru Pendidikan Agama Islam yang memberikan pembelajaran akhlak dan juga budi pekerti dengan tujuan pembelajaran bersyukur dan berbuat baik kepada sesama manusia dengan indiktor berbuat baik kepada kerabat, anak yatim dan fakir miskin saya tergerak untuk mengadakan pembelajaran berbasis projek sehingga murid bisa langsung mempraktekkan pembelajaran dan lebih menyadarkan pentingnya bersyukur kepada sang pencipta. Akan tetapi Pandemi Covid 19 ini banyak sekali murid yang mengalami degradasi moral, mereka lebih cenderung bersikap individualis karena dulu belajar hanya melalui layar kaca sendiri, mereka juga banyak yang kurang bersyukur terhadap kondisi yang mereka dapatkan, karena kurangnya sosialisasi kepada sesama, banyak yang malas belajar padahal banyak yang tidak bisa melanjutkan belajar, banyak yang tidak menggunakan potensi diri nya padahal banyak yang tidak sempurna seperti inklusi atau cacat permanen.
TANTANGAN
Untuk projek ini adalah projek based class, setiap kelas membuat struktur panitia sendiri membuat acara sendiri dan menentukan tempat yang akan mereka kunjungi sendiri. Yang menjadi tantangan dalam praktik baik ini untuk mencapai tujuan sebenarnya adalah masalah pendanaan dan perizinan, oleh karena itu, kegiatan ini memang harus dirancang dari jauh hari, dan melibatkan seluruh stake holder sekolah bahkan masyarakat, selain itu tantangan yang nyata adalah dari persetujuan orang tua dalam melakukan projek ini, karena maraknya peraturan tentang pungutan liar sehingga sekolah sangat ketat dalam masalah bakti sosial ini.
Dalam kegiatan ini seluruh peserta didik kelas 12 yang menjadi target utama, atau dengan kata lain 1 angkatan, kemudian walikelas, serta orang tua siswa. Semuanya itu bermuara pada perizinan dari Kepala sekolah terlebih dahulu, tantangan juga muncul dari siswa yang belum bisa membuat program yang akan dilaksanakan di Panti Asuhan/Dinas Sosial, serta perizinan tempat dari pihak Panti Asuhan/Dinas Sosial. Salah satu ketua panitia pernah berkata ” pak, agak susah mencari sponsor dan bantuan”?. Pada prinsipnya dalam kurikulum merdeka kita hanya menuntun mereka, jadi saya hanya menunjukkan kepada murid kapan dan di mana saja kira kira mereka bisa mendapatkan sponsor, sampai bagaimana kata kata yang tepat supaya mereka mendapatkan sponsor seperti mencari sponsor di BAZIS / LAZIS.
AKSI
Untuk Langkah awal saya membuat kepanitian tiap kelas, setiap kelas dibuat menjadi 1 kelompok besar, dengan oraganisasi lengkap untuk kegiatan tersebut. Setelah itu membantu tiap kelas untuk membuat proposal masing masing untuk merencanakan kegiatan baik tempat maupun anggaran dana serta jenis kegiatan yang akan di laksanakan di Panti Asuhan/Panti Jompo/Dinas Sosial.
Selanjutnya bersama tim survei tiap kelas, Mencari Brosur dan Mengurus Perizinan Panti Asuhan/Panti Jompo/Dinas Sosial. itu semua dilakukan diluar jam pelajaran supaya mereka tidak tertinggal pelajaran yang lain. Selanjutnya saya menuntun mereka untuk membuat perizinan ke sekolah dan juga orang tua siswa.
Setelah semua perizinan dan dana tercukupi maka mereka tinggal membuat round down acara, setiap siswa di kelas hampir semua berpartisipasi dalam kegiatan ini sehingga semua merasakan bagiamana menyusun acara, membuat kegiatan, sampai melakukan evaluasi kegiatan, yang tadinya hanya pendiam di kelas pun ketika di hadapkan dengan anak panti asuhan atau panti jompo mereka jadi aktif ikut andil dalam kegiatan ini, bahkan mereka sampai mengeksplorasi apa yang mereka kuasai untuk diberikan kepada anak yatim atau orang tua di panti jompo, setelah itu mereka juga meminta untuk di doakan supaya dapat lulus dengan baik dari SMA.
PEMBELAJARAN
Hasilnya pada saat itu sangatlah efektif, disamping anak anak dapat membuat proposal baik untuk dana dan perizinan, Respon yang diberikan terhadap kegiatan ini sangatlah positif, terlebih dari Panti Asuhannya sendiri, respon positif juga diberikan masyarakat khususnya orang tua murid yang sangat mendukung kegiatan ini, bahkan ada yang pengen ikut acara, Faktor keberhasilan dari strategi yang dilakukan adalah membentuk student agency/kepemimpinan murid, baik dari luar maupun dari dalam. Dari keseluruhan proses yang dilakukan bahwa seluruh kegiatan ini dari murid untuk murid dan bagaimana murid berproses dari awal sampai akhir.
Dari Refleksi yang saya terima dari salah satu murid adalah “Wah ternyata asik juga ya pak bisa membuat acara sendiri seperti ini, fillnya dapet banget, bahkan temen temen disini lebih antusias daripada belajar di kelas”. Dari Orang Tua Murid yang ikut acara ini pun juga memberikan respon ” Alhamdulillah, terima kasih pak sudah membuat kegiatan ini, anak saya jadi lebih dewasa dalam menyikapi berbagai hal, sekarang bahkan tanpa disuruh ibu nya sudah sadar sendiri dianya contohnya rumah kotor, langsung nyapu pak anaknya, makasih ya pak”
Dampak yang paling terasa dari aksi ini adalah kepada personal masing masing anak, mereka menjadi lebih mensyukuri hidup, lebih bersyukur terhadapa apa yang sudah mereka punya dan lebih sayang terhadap keluarga, semua itu terlihat dari akhlak mereka yang lebih sopan dan baik terhadap guru. Karena ada beberapa guru yang bilang ke saya ” wah, murid-murid yang kemaren susah buat belajar kayak lebih antusias sekarang, di tatar dimana pak khodiq”,
Selain membuat Refleksi terhadap murid, orang tua, guru dan masyarakat, saya juga melakukan refleksi terhadap diri sendiri, bahwa kegiatan ini memang agak sulit dilaksanakan jika di sekolah negeri yang lain, dengan regulasi yang ketat seperti sekarang, akan tetapi tidak mustahil untuk melaksanakannya, apalagi kedepannya jika kita sudah memasukkan beberapa unsur yang dibutuhkan kedalam sistem RKAS, maka semua itu bisa saja terwujud.
Praktik baik Sebelum Direvisi
Elaborasi Praktik Baik
AWAL
Sebagai Guru Pendidikan Agama Islam yang memberikan pembelajaran akhlak dan juga budi pekerti dengan tujuan pembelajaran bersyukur dan berbuat baik kepada sesama manusia dengan indiktor berbuat baik kepada kerabat, anak yatim dan fakir miskin saya tergerak untuk mengadakan pembelajaran berbasis projek sehingga murid bisa langsung mempraktekkan pembelajaran dan lebih menyadarkan pentingnya bersyukur kepada sang pencipta. Akan tetapi Pandemi Covid 19 ini banyak sekali murid yang mengalami degradasi moral, mereka lebih cenderung bersikap individualis karena dulu belajar hanya melalui layar kaca sendiri, mereka juga banyak yang kurang bersyukur terhadap kondisi yang mereka dapatkan, karena kurangnya sosialisasi kepada sesama, banyak yang malas belajar padahal banyak yang tidak bisa melanjutkan belajar, banyak yang tidak menggunakan potensi diri nya padahal banyak yang tidak sempurna seperti inklusi atau cacat permanen.
TANTANGAN
Untuk projek ini adalah projek based class, setiap kelas membuat struktur panitia sendiri membuat acara sendiri dan menentukan tempat yang akan mereka kunjungi sendiri. Yang menjadi tantangan dalam praktik baik ini untuk mencapai tujuan sebenarnya adalah masalah pendanaan dan perizinan, oleh karena itu, kegiatan ini memang harus dirancang dari jauh hari, dan melibatkan seluruh stake holder sekolah bahkan masyarakat, selain itu tantangan yang nyata adalah dari persetujuan orang tua dalam melakukan projek ini, karena maraknya peraturan tentang pungutan liar sehingga sekolah sangat ketat dalam masalah bakti sosial ini.
Dalam kegiatan ini seluruh peserta didik kelas 12 yang menjadi target utama, atau dengan kata lain 1 angkatan, kemudian walikelas, serta orang tua siswa. Semuanya itu bermuara pada perizinan dari Kepala sekolah terlebih dahulu, tantangan juga muncul dari siswa yang belum bisa membuat program yang akan dilaksanakan di Panti Asuhan/Dinas Sosial, serta perizinan tempat dari pihak Panti Asuhan/Dinas Sosial. Salah satu ketua panitia pernah berkata ” pak, agak susah mencari sponsor dan bantuan”?. Pada prinsipnya dalam kurikulum merdeka kita hanya menuntun mereka, jadi saya hanya menunjukkan kepada murid kapan dan di mana saja kira kira mereka bisa mendapatkan sponsor, sampai bagaimana kata kata yang tepat supaya mereka mendapatkan sponsor seperti mencari sponsor di BAZIS / LAZIS.
AKSI
Untuk Langkah awal saya membuat kepanitian tiap kelas, setiap kelas dibuat menjadi 1 kelompok besar, dengan oraganisasi lengkap untuk kegiatan tersebut. Setelah itu membantu tiap kelas untuk membuat proposal masing masing untuk merencanakan kegiatan baik tempat maupun anggaran dana serta jenis kegiatan yang akan di laksanakan di Panti Asuhan/Panti Jompo/Dinas Sosial.
Selanjutnya bersama tim survei tiap kelas, Mencari Brosur dan Mengurus Perizinan Panti Asuhan/Panti Jompo/Dinas Sosial. itu semua dilakukan diluar jam pelajaran supaya mereka tidak tertinggal pelajaran yang lain. Selanjutnya saya menuntun mereka untuk membuat perizinan ke sekolah dan juga orang tua siswa.
Setelah semua perizinan dan dana tercukupi maka mereka tinggal membuat round down acara, setiap siswa di kelas hampir semua berpartisipasi dalam kegiatan ini sehingga semua merasakan bagiamana menyusun acara, membuat kegiatan, sampai melakukan evaluasi kegiatan, yang tadinya hanya pendiam di kelas pun ketika di hadapkan dengan anak panti asuhan atau panti jompo mereka jadi aktif ikut andil dalam kegiatan ini, bahkan mereka sampai mengeksplorasi apa yang mereka kuasai untuk diberikan kepada anak yatim atau orang tua di panti jompo, setelah itu mereka juga meminta untuk di doakan supaya dapat lulus dengan baik dari SMA.
PEMBELAJARAN
Hasilnya pada saat itu sangatlah efektif, disamping anak anak dapat membuat proposal baik untuk dana dan perizinan, Respon yang diberikan terhadap kegiatan ini sangatlah positif, terlebih dari Panti Asuhannya sendiri, respon positif juga diberikan masyarakat khususnya orang tua murid yang sangat mendukung kegiatan ini, bahkan ada yang pengen ikut acara, Faktor keberhasilan dari strategi yang dilakukan adalah membentuk student agency/kepemimpinan murid, baik dari luar maupun dari dalam. Dari keseluruhan proses yang dilakukan bahwa seluruh kegiatan ini dari murid untuk murid dan bagaimana murid berproses dari awal sampai akhir.
Dari Refleksi yang saya terima dari salah satu murid adalah “Wah ternyata asik juga ya pak bisa membuat acara sendiri seperti ini, fillnya dapet banget, bahkan temen temen disini lebih antusias daripada belajar di kelas”. Dari Orang Tua Murid yang ikut acara ini pun juga memberikan respon ” Alhamdulillah, terima kasih pak sudah membuat kegiatan ini, anak saya jadi lebih dewasa dalam menyikapi berbagai hal, sekarang bahkan tanpa disuruh ibu nya sudah sadar sendiri dianya contohnya rumah kotor, langsung nyapu pak anaknya, makasih ya pak”
Dampak yang paling terasa dari aksi ini adalah kepada personal masing masing anak, mereka menjadi lebih mensyukuri hidup, lebih bersyukur terhadapa apa yang sudah mereka punya dan lebih sayang terhadap keluarga, semua itu terlihat dari akhlak mereka yang lebih sopan dan baik terhadap guru. Karena ada beberapa guru yang bilang ke saya ” wah, murid-murid yang kemaren susah buat belajar kayak lebih antusias sekarang, di tatar dimana pak khodiq”,
Selain membuat Refleksi terhadap murid, orang tua, guru dan masyarakat, saya juga melakukan refleksi terhadap diri sendiri, bahwa kegiatan ini memang agak sulit dilaksanakan jika di sekolah negeri yang lain, dengan regulasi yang ketat seperti sekarang, akan tetapi tidak mustahil untuk melaksanakannya, apalagi kedepannya jika kita sudah memasukkan beberapa unsur yang dibutuhkan kedalam sistem RKAS, maka semua itu bisa saja terwujud.
Jika Anda mengalami kendala dalam scrolling, scroll di luar dari area Live Chat yang berwarna hitam.