Temu Pendidik Nusantara XII

Select Language

Memahami Budaya dan Membangun Empati Melalui Film

Praktik baik Sebelum Direvisi

[revisi_terbaru]

Elaborasi Praktik Baik

Pada tahun ajaran baru ini, saya dipromosikan menjadi wakil kepala sekolah bagian kesiswaan setelah sebelumnya selama empat tahun saya menjadi wali kelas di satuan pendidikan sekolah dasar milik yayasan. Selain menjadi wakil kepala sekolah, saya juga diminta untuk sementara waktu mengisi mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) hingga guru mata pelajaran IPS ada. Mengajarkan mata pelajaran IPS membuat saya untuk membaca dan mengeksplore lebih banyak hal terkait issue yang relevan dengan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai.

Pada pertemuan kedua dengan Tujuan Pembelajaran menjelaskan dinamika perubahan sosial dan dampaknya terhadap kehidupan masyarakat, saya mengajak pemuda-pemudi di hadapan saya untuk menonton film berjudul Di Timur Matahari yang bercerita tentang kehidupan anak-anak di Papua dan budaya serta konflik yang biasa terjadi di sana. 

Sebelum menonton, saya menyampaikan bahwa selama menonton silakan mencatat hal-hal unik dari film tersebut dan membuat refleksi di instastory terkait film tersebut yang berisi: (1.) Apa yang dirasakan setelah menonton film, (2) Apa yang dipelajari setelah menonton film, (3) Apa yang ada di pikiran teman-teman setelah menonton film, (4.) Budaya apa yang nampak dari film tersebut?, (5) Seandainya ada yang bisa teman-teman lakukan, apakah aksi yang akan teman-teman lakukan?. Kami menonton di hari Jum’at dan memberi deadline tugas pada hari Ahad, agar pemuda-pemudi memiliki waktu untuk mendesain dan memperbaiki tulisannya yang akan diposting.

Pada hari Sabtu, beberapa mention dari akun dengan nama  khas Gen Z berseliweran di tab pemberitahuan. Saya membaca beberapa review mereka. Salah satunya menyebutkan bahwa perasaannya sedih setelah menonton film karena film tersebut memperlihatkan tentang hukum adat papua yang bisa dibilang kejam sebab jika satu hukum adat dilanggar dan tak dapat dapat mengganti denda adat, bisa mengakibatkan perang antar suku. Selain itu melalui film tersebut, mereka diperlihatkan realita di Papua yang beberapa distriknya masih belum ada listrik dan harga makanan sangat mahal.

Salah seorang pemuda menuliskan hal yang bisa dipelajari setelah menonton film tersebut adalah kita tidak boleh terlalu percaya dengan siapapun , dan kita tidak boleh saling menyakiti. Laki-laki tidak boleh menyakiti perempuan pun sebaliknya, serta kita harus menghargai budaya suku lain karena setiap suku memiliki budaya masing-masing.

Di pertanyaan refleksi ketiga, seorang pemuda menuliskan bahwa anak-anak di sana tetap senang bermain di pedesaan. Kemiskinan tidak menjadi halangan mereka untuk semangat belajar, dan tetap hidup apa adanya. Selain itu, beberapa pemuda-pemudi heran dengan polisi yang ada di sana karena mereka tidak memedulikan apa yang terjadi. Dan juga ada pemuda yang menyadari bahwa budaya di sana sangat berbeda dengan budaya di daerah tempat tinggalnya.

Budaya yang sangat nampak dan dominan disampaikan oleh pemuda-pemudi adalah budaya saat upacara kematian atau disebut Tradisi Nasu Palek dan alat musik yang bernama Pikon.

Terakhir, seandainya ada yang bisa mereka lakukan, mereka menyebutkan bahwa mereka akan memberi tahu bahwa konflik bisa diselesaikan dengan cara damai dibandingkan berperang. Ada pula yang menuliskan bahwa belajar dari hal kecil, saling memaafkan. Setelah membaca refleksi dari beberapa pemuda-pemudi yang saya ajar, saya memiliki beberapa pertanyaan di kepalaku yang saat ini masih bertengger. Apakah kemauan untuk membantu seseorang untuk jadi lebih baik, sudah cukup? Apakah tindakan membantu yang kita lakukan, sesuai dengan kebutuhan mereka?

Setelah diberi aktivitas demikian, beberapa peserta didik lebih terbuka menceritakan hal-hal yang dialamaniya di luar sekolah dan ada yang menyampaikan bahwa “Ustazah, Asisten Rumah Tangga ku itu kn non-muslim, tiap hari Sabtu atau Ahad itu, saya antar mereka ke gereja, Ustazah”

Mengajarkan budaya secara konteks bisa dimulai dari hal-hal kecil seperti, memahami perbedaan fisik atau keyakinanan yang dimiliki.

Hidup akan jadi lebih baik jika bersama-sama dalam kebaikan, masing-masing dalam beribadah.

Jika Anda mengalami kendala dalam scrolling, scroll di luar dari area Live Chat yang berwarna hitam.