Melatih Kemampuan Sensorik, Motorik, Kognitif dan Bahasa pada Anak Usia Dini dengan Seni?
Oleh Anita Andriyani – PKBM EduHouse (EduHouse Preschool/PAUD)

AWAL
Melatih kemampuan sensorik dan motorik anak pada Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) memiliki peranan yang sangat penting dalam perkembangan holistik anak. Ada beberapa alasan mengapa melatih kemampuan sensorik dan motorik pada PAUD begitu penting, seperti pembentukan koneksi otak yang berdampak positif pada perkembangan kognitif dan bahasa anak di kemudian hari, melatih keterampilan motorik halus dan motorik kasar, memungkinkan anak untuk berekspresi melalui seni dan kreativitas, serta membantu meningkatkan indera anak.
Pada tahap awal pembelajaran di PAUD usia 4-5 tahun, saya memperkenalkan berbagai kegiatan kreatif kepada anak-anak, salah satunya adalah melukis ikan. Salah satu tema yang saya pilih adalah melukis ikan.
TANTANGAN
Saya dihadapkan pada beberapa tantangan. Anak-anak usia dini mungkin belum memiliki kemampuan motorik yang cukup untuk melukis dengan rinci. Selain itu, masih ada anak yang tidak mau tangannya terkena cat. Fokus mereka juga cenderung fluktuatif dan mengajak mereka untuk duduk cukup menantang.
AKSI
Untuk mengatasi tantangan tersebut, saya merancang sesi melukis yang interaktif dan menarik. Sebelum mulai melukis ikan, saya menggunakan gambar ikan yang sederhana sebagai contoh, dan saya memulai dengan membacakan cerita pendek tentang ikan. Saya meminta anak-anak untuk berimajinasi sedang berada di bawah laut dan berinteraksi dengan ikan-ikan yang berwarna-warni.
Setelah itu, saya menunjukkan ikan asli yang dapat anak-anak pegang untuk merasakan teksturnya dan mengamati setiap bagian pada ikan. Pada saat memegang ikan, hal tersebut dapat melatih kemampuan sensorik dan motorik halus anak-anak. Selain itu, kemampuan kognitif dan nalar anak juga terlatih saat mendengarkan cerita dan mengamati setiap bagian tubuh ikan. Mereka dapat menyampaikan apa saja yang mereka lihat dan dengar. Di sini, kemampuan berbahasa anak juga dapat terasah.
Setelah saya berikan cerita dan ajak mengamati bagian-bagian ikan, saya memberikan kertas, potongan kertas tebal berbentuk ikan, pelepah pisang dan cat kepada anak-anak. Saya meminta anak-anak untuk menjiplak bentuk ikan, menggambar bagian mata dan membuat sisik ikan dengan mengecapkan pelepah pisah yang sudah dicelupkan ke cat. Saya mengatakan kepada anak-anak bahwa mereka dapat berekspresi dan bersenang-senang dengan menggunakan warna cat yang mereka inginkan. Mereka juga dapat menambahkan bagian-bagian lain seperti air, gelembung-gelembung air atau apa saja yang ingin mereka tambahkan.
Setelah lukisan ikan yang dibuat anak-anak jadi, saya meminta satu persatu dari mereka untuk menceritkan hasil karyanya.
PERUBAHAN
Anak-anak dengan antusias melukis sisik ikan dengan cat warna-warni. Meskipun beberapa gambar mungkin agak abstrak, mereka sangat bangga dengan karya mereka sendiri. Saya juga melihat perubahan dalam konsentrasi mereka. Mereka lebih lama duduk dan berfokus pada karya mereka.
Pada akhirnya, saya menyadari bahwa metode mengajar yang berfokus pada cerita, imajinasi dan kontekstual ternyata sangat cocok untuk anak-anak usia dini. Tantangan awal dalam mengatasi keterbatasan sensorik, motorik dan konsentrasi berhasil diatasi melalui pendekatan yang mendukung kreativitas dan partisipasi aktif. Melalui pengalaman ini, saya memahami bahwa memberi ruang kepada anak-anak untuk berkreasi dalam pembelajaran membawa dampak positif pada perkembangan mereka.