Coaching menjadi sebuah pendekatan untuk memperkaya kompetensi guru dalam memfasilitasi pembelajaran yang berpihak pada murid. Pelatihan dan metode coaching yang tersedia umumnya menyasar perusahaan dan bisnis sehingga ada sisi yang kurang bagi dunia pendidikan. Melalui pelatihan coaching dengan HATI kami ingin melatih kompetensi coaching yang sesuai bagi guru di kelas.
Pendidikan adalah fondasi utama bagi perkembangan masyarakat. Guru berperan sentral dalam membentuk masa depan anak-anak kita. Namun, untuk menjadi guru yang efektif dan berkompeten, mereka memerlukan bimbingan dan dukungan yang tepat. Di sinilah coaching berbasis ICF dalam dunia pendidikan muncul sebagai solusi yang perlu diperhatikan. Saya ingin memperkaya kompetensi guru agar mereka dapat meningkatkan kualitas pembelajaran di kelas
Salah satu tantangan yang dihadapi dalam memperkenalkan coaching berbasis ICF dalam dunia pendidikan adalah adanya miskonsepsi tentang apa sebenarnya coaching ini. Banyak pendidik masih menganggap coach seperti pelatih olahraga yang memberi instruksi dan motivas eksternal pada atlet, yang tentunya sangat berbeda dengan coaching berbasis ICF yang lebih holistik dan berorientasi pada pertumbuhan pribadi.
Tantangan lain kami temui di dunia pendidikan kaitannya dengan pelatihan coaching. Kebutuhan akan pelatihan coaching berbasis ICF yang sesuai dengan konteks pendidikan meningkat. Namun pelatihan coaching yang sudah ada umumnya terfokus pada bisnis dan perusahaan, yang tentu saja berbeda dengan kebutuhan pendidikan.
Untuk mengatasi tantangan ini, saya memutuskan untuk bertindak. Saya mulai dengan mengisi beberapa sesi TPD di beberapa BPK KGBN tentang coaching berbasis ICF bagi guru dan kepala sekolah di berbagai daerah. Kemudian bersama seorang rekan profesional dalam dunia coaching, kami merancang alur percakapan coaching yang kami namakan “HATI” berdasarkan prinsip-prinsip ICF agar sesuai untuk diterapkan oleh guru di sekolah.
Hasil dari upaya kami tidak hanya berhenti pada webinar-webinar pro-bono tersebut. Kami juga diundang oleh KPBN Sumut untuk menjadi narasumber dalam Pelatihan Coaching Berbasis ICF bagi Pengawas se-Sumatera Utara yang diselenggarakan oleh BBGP Sumut. Terlebih lagi, berkat personal branding yang saya bangun melalui berbagi pengalaman dalam kegiatan webinar coaching maupun konten tentang kompetensi coaching di Instagram, kami mendapatkan kesempatan berharga untuk bekerja sama dengan sebuah lembaga pelatihan coaching berbasis ICF yang ternama di Indonesia bertema Pelatihan Coaching dengan HATI (bagi Pendidik).
Saya belajar bahwa konsistensi dalam berbagi pengetahuan tentang coaching berbasis ICF telah meningkatkan personal branding saya sebagai seorang coach dalam dunia pendidikan. Kepercayaan yang kami kembangkan melalui berbagai kegiatan ini membawa kami menjadi pelatih dalam beberapa pelatihan berbayar yang juga berbasis ICF. Ini adalah pencapaian yang luar biasa, karena kami menemukan bahwa alur coaching “HATI” yang kami susun berdasarkan prinsip-prinsip ICF ternyata sangat cocok bagi guru. Rencana saya ke depannya, agar lebih berdampak saya dan kolega akan menuliskan buku tentang coaching bagi guru, tentunya dengan HATI.
Coaching menjadi sebuah pendekatan untuk memperkaya kompetensi guru dalam memfasilitasi pembelajaran yang berpihak pada murid. Pelatihan dan metode coaching yang tersedia umumnya menyasar perusahaan dan bisnis sehingga ada sisi yang kurang bagi dunia pendidikan. Melalui pelatihan coaching dengan HATI kami ingin melatih kompetensi coaching yang sesuai bagi guru di kelas.
Pendidikan adalah fondasi utama bagi perkembangan masyarakat. Guru berperan sentral dalam membentuk masa depan anak-anak kita. Namun, untuk menjadi guru yang efektif dan berkompeten, mereka memerlukan bimbingan dan dukungan yang tepat. Di sinilah coaching berbasis ICF dalam dunia pendidikan muncul sebagai solusi yang perlu diperhatikan. Saya ingin memperkaya kompetensi guru agar mereka dapat meningkatkan kualitas pembelajaran di kelas
Salah satu tantangan yang dihadapi dalam memperkenalkan coaching berbasis ICF dalam dunia pendidikan adalah adanya miskonsepsi tentang apa sebenarnya coaching ini. Banyak pendidik masih menganggap coach seperti pelatih olahraga yang memberi instruksi dan motivas eksternal pada atlet, yang tentunya sangat berbeda dengan coaching berbasis ICF yang lebih holistik dan berorientasi pada pertumbuhan pribadi.
Tantangan lain kami temui di dunia pendidikan kaitannya dengan pelatihan coaching. Kebutuhan akan pelatihan coaching berbasis ICF yang sesuai dengan konteks pendidikan meningkat. Namun pelatihan coaching yang sudah ada umumnya terfokus pada bisnis dan perusahaan, yang tentu saja berbeda dengan kebutuhan pendidikan.
Untuk mengatasi tantangan ini, saya memutuskan untuk bertindak. Saya mulai dengan mengisi beberapa sesi TPD di beberapa BPK KGBN tentang coaching berbasis ICF bagi guru dan kepala sekolah di berbagai daerah. Kemudian bersama seorang rekan profesional dalam dunia coaching, kami merancang alur percakapan coaching yang kami namakan “HATI” berdasarkan prinsip-prinsip ICF agar sesuai untuk diterapkan oleh guru di sekolah.
Hasil dari upaya kami tidak hanya berhenti pada webinar-webinar pro-bono tersebut. Kami juga diundang oleh KPBN Sumut untuk menjadi narasumber dalam Pelatihan Coaching Berbasis ICF bagi Pengawas se-Sumatera Utara yang diselenggarakan oleh BBGP Sumut. Terlebih lagi, berkat personal branding yang saya bangun melalui berbagi pengalaman dalam kegiatan webinar coaching maupun konten tentang kompetensi coaching di Instagram, kami mendapatkan kesempatan berharga untuk bekerja sama dengan sebuah lembaga pelatihan coaching berbasis ICF yang ternama di Indonesia bertema Pelatihan Coaching dengan HATI (bagi Pendidik).
Saya belajar bahwa konsistensi dalam berbagi pengetahuan tentang coaching berbasis ICF telah meningkatkan personal branding saya sebagai seorang coach dalam dunia pendidikan. Kepercayaan yang kami kembangkan melalui berbagai kegiatan ini membawa kami menjadi pelatih dalam beberapa pelatihan berbayar yang juga berbasis ICF. Ini adalah pencapaian yang luar biasa, karena kami menemukan bahwa alur coaching “HATI” yang kami susun berdasarkan prinsip-prinsip ICF ternyata sangat cocok bagi guru. Rencana saya ke depannya, agar lebih berdampak saya dan kolega akan menuliskan buku tentang coaching bagi guru, tentunya dengan HATI.
Praktik baik Sebelum Direvisi
Elaborasi Praktik Baik
Pendidikan adalah fondasi utama bagi perkembangan masyarakat. Guru berperan sentral dalam membentuk masa depan anak-anak kita. Namun, untuk menjadi guru yang efektif dan berkompeten, mereka memerlukan bimbingan dan dukungan yang tepat. Di sinilah coaching berbasis ICF dalam dunia pendidikan muncul sebagai solusi yang perlu diperhatikan. Saya ingin memperkaya kompetensi guru agar mereka dapat meningkatkan kualitas pembelajaran di kelas
Salah satu tantangan yang dihadapi dalam memperkenalkan coaching berbasis ICF dalam dunia pendidikan adalah adanya miskonsepsi tentang apa sebenarnya coaching ini. Banyak pendidik masih menganggap coach seperti pelatih olahraga yang memberi instruksi dan motivas eksternal pada atlet, yang tentunya sangat berbeda dengan coaching berbasis ICF yang lebih holistik dan berorientasi pada pertumbuhan pribadi.
Tantangan lain kami temui di dunia pendidikan kaitannya dengan pelatihan coaching. Kebutuhan akan pelatihan coaching berbasis ICF yang sesuai dengan konteks pendidikan meningkat. Namun pelatihan coaching yang sudah ada umumnya terfokus pada bisnis dan perusahaan, yang tentu saja berbeda dengan kebutuhan pendidikan.
Untuk mengatasi tantangan ini, saya memutuskan untuk bertindak. Saya mulai dengan mengisi beberapa sesi TPD di beberapa BPK KGBN tentang coaching berbasis ICF bagi guru dan kepala sekolah di berbagai daerah. Kemudian bersama seorang rekan profesional dalam dunia coaching, kami merancang alur percakapan coaching yang kami namakan “HATI” berdasarkan prinsip-prinsip ICF agar sesuai untuk diterapkan oleh guru di sekolah.
Hasil dari upaya kami tidak hanya berhenti pada webinar-webinar pro-bono tersebut. Kami juga diundang oleh KPBN Sumut untuk menjadi narasumber dalam Pelatihan Coaching Berbasis ICF bagi Pengawas se-Sumatera Utara yang diselenggarakan oleh BBGP Sumut. Terlebih lagi, berkat personal branding yang saya bangun melalui berbagi pengalaman dalam kegiatan webinar coaching maupun konten tentang kompetensi coaching di Instagram, kami mendapatkan kesempatan berharga untuk bekerja sama dengan sebuah lembaga pelatihan coaching berbasis ICF yang ternama di Indonesia bertema Pelatihan Coaching dengan HATI (bagi Pendidik).
Saya belajar bahwa konsistensi dalam berbagi pengetahuan tentang coaching berbasis ICF telah meningkatkan personal branding saya sebagai seorang coach dalam dunia pendidikan. Kepercayaan yang kami kembangkan melalui berbagai kegiatan ini membawa kami menjadi pelatih dalam beberapa pelatihan berbayar yang juga berbasis ICF. Ini adalah pencapaian yang luar biasa, karena kami menemukan bahwa alur coaching “HATI” yang kami susun berdasarkan prinsip-prinsip ICF ternyata sangat cocok bagi guru. Rencana saya ke depannya, agar lebih berdampak saya dan kolega akan menuliskan buku tentang coaching bagi guru, tentunya dengan HATI.
Jika Anda mengalami kendala dalam scrolling, scroll di luar dari area Live Chat yang berwarna hitam.