Temu Pendidik Nusantara XII

Select Language

Lembaga PAUD: Menerapkan Kurikulum Pohon Iman dengan pengaplikasian Metode Islamic Montessori di TK Adam & Hawa.

Praktik baik Sebelum Direvisi

[revisi_terbaru]

Elaborasi Praktik Baik

Awal

 

Sebagai seorang ibu, tentunya akan mempersiapakan anak-anaknya menjadi anak yang taat pada Agama, khususnya apabila ia beragama Islam maka beberapa diantara orangtua akan mencari-cari lembaga pendidikan yang  memiliki kurikulum Islamic di lembaganya. Contohnya saya pribadi yang bermimpi memiliki anak yang bisa menghafal Qur’an. Tentunya pada tahun 2019 rumah tahfidz masih terbilang sedikit, sehingga saya sebagai orangtua yang memiliki dua batita tergerak untuk membuka lembaga Rumah Qur’an sendiri di rumah. 

Atas izin Allah SWT pada masa itu, ada sebuah pelatihan yang sangat dinanti-nanti oleh sebagian pendidik yang ada di kota Makassar dan sekitarnya, yaitu Pelatihan Metode Tabarak. Pelatihan ini ditujukan kepada para pendidik khususnya yang mempunyai lembaga Qur’an. Saya ikut hadir dalam pelatihan tersebut yang dilakukan selama tiga hari, dan setelah pelatihan usai maka sudah boleh membuka Rumah Qur’an, minimal bisa dimulai dari ruang tamu di rumah.

Dengan persiapan yang cukup matang, licensi dan dana sudah ada ditangan, maka berdirilah lembaga Qur’an yang lokasinya berada di Ruang Tamu rumah kami pada tanggal 8 April 2019 lalu. Kami memulai lembaga Qur’an kami dengan jumlah santri pertama kami sebanyak 18 orang yang terdiri dari kelas pagi untuk usia 3-6 tahun dan kelas sore 7 tahun keatas.

 

Tantangan

 

Pada masa itu, saya memiliki peran sebagai pengelola Rumah Qur’an Adam & Hawa. Sebelum membahas tantangan apa yang saya hadapi, sedikit saya sampaikan mengenai Metode Tabarak. Metode Tabarak adalah metode menghafal Al-Qur’an dengan memperdengarkan murottal Al-Qur’an memakai audio visual yaitu televisi dan speaker kemudian diulang-ulang sampai anak menghafal surah yang sedang diputar.Metode ini sangatlah pesat perkembangannya di kota Makassar kala itu, dengan keyakinan belajar kurang lebih 6 bulan seorang balita sudah bisa menghafal setengah dari juz 30. Betul sekali, ada yang berhasil dan tentu saja ada yang tidak sesuai ekspektasi orangtua. Mengapa demikian, karena disinilah saya menemukan bahwa tiap anak itu unik dan berbeda-beda pencapainnya.

Selain itu, ada beberapa hal yang dilakukan di dalam kelas sesuai aturan dari metode ini, yaitu anak yang telah masuk ke dalam kelas hanya diperbolehkan untuk menyimak apa yang diputarkan di multimedia yang telah disiapkan. Ada pemutaran murottal yang dilakukan selama 4 jam di ruang kelas, dan anak hanya boleh menyimak dan mengikuti  berada di dalam tanpa melakukan aktivitas bermain. 

Di sinilah tantangan kami sebenarnya saat mendirikan lembaga Qur’an ini, tidak ada yang salah dengan metode Tabarak namun yang menjadi pemikiran kami dengan para guru saat itu adalah apakah Metode ini cocok dengan budaya kita di Indonesia. Yang menjadi catatan penting adalah anak-anak yang kami yang sedang menghafal qur’an hanya sekedar menghafal namun belum memaknai apa yang tengah mereka hafalkan.

Bukan hanya itu tantangan kami, anak yang menghafal dengan metode ini pada akhirnya harus mengulang hafalannya karena tidak jelasnya tajwid yang mereka lafalkan. Sebab, pada usia dini anak akan mengandalkan pendengarannya untuk menghafalkan suatu yang ia dengar. Proses kognitif yang dimiliki anak pada masa itu masih pada masa operasional kongkrit, anak akan memahami sesuatu ketika mereka melihat dan memegang langsung. 

Harapan kami santri-santri yang sedang menghafal bersama kami ini tidak hanya memenuhi keinginan orangtuanya agar mejadikan mereka penghafal qur’an, tapi juga ingin memenuhi kebutuhan tumbuh kembang anak-anaknya.

 

Aksi

 

Proses mendirikan lembaga PAUD ini kami awali dengan melakukan Refleksi dari hari ke hari bersama para guru selama kurang lebih 8 bulan, dan saya pribadi sebagai pengelola mengikuti beberapa pelatihan yang menjadi langkah awal kami membuat “Kurikulum Pohon Iman”. Salah satu pelatihan yang saya ikuti adalah Akademi Keluarga: Parenting Nabawiyah. 

Adapun tahapan yang saya lakukan di lembaga kami yaitu belajar pada ahlinya dan kembali melakukan refleksi bersama para guru. Dalam diskusi kami pada saat itu muncullah sebuah pertanyaan “ bagaimana agar anak-anak yang menghafal dalam durasi 4 jam ini bisa menyenangkan”? sehingga kami mulai menyusun dengan seksama jadwal aktivitas anak dari mulai datang hingga pulang. Sebelumnya anak hanya fokus muroja’ah dan  menghafal, snack pagi, shalat dhuha, doa bersama sebelum pulang, lalu bermain sebentar di halaman sambil menunggu jemputan. Setelah melakukan refleksi, anak boleh mendengarkanmurottal sambil bermain. Namun, saat itu seorang guru meliki opini bahwa “ Kita sudah tidak melakukan seperti apa yang telah dilakukan saat mengikuti pelatihan”. Dengan lugas saya mejawab, “lembaga kita fokus pada kebutuhan anak secara unik. Tidak semua santri akan duduk diam dan tenang mendengarkan murottal karena kebutuhan anak adalah bermain”.

Selanjutnya, perlahan anak-anak mulai nayaman dengan kondisi kelas yang tidak membosankan. Saya mengatakan hal tersebut karena anak sudah mulai bertingkah disaat mereka hanya diminta untuk fokus dan konsetrasi. Selang tiga bulan berjalan, penambahan haalan tidak signifikan,  terlebih ketika orangtua tidak melanjutkan proses muroja’ah di rumah  dan hanya mengandalkan waktu muroja’ah selama di sekolah. Hal ini membuat kami kembali memutar otak bagaimana cara membuat anak tetap bertambah hafalannya. Di saat genting ini, saya diberikan inormasi oleh rekan bahwa dia mengunakan metode ummi sebagai metode pembelajaran qur’an. Metode yang fokus  perubahapada Makhroj dan tajwidnya baru masuk ke proses menghafal. dengan in Allah kami terus dibukakan jalan untuk menemukan apa yang pas dengan nilai-nilai yang kami bangun di lembaga. Metode Tabarak kami adapatasi tahapan menghafalnya lalu dengna metode ummi kami mempebaiki kesalahan pengucapan huruf hijayyah pada santri kami,

Guru merasa tercerahkan dengan dipdupadnkannya metode tersebut, terlhat dari hasil refleksi yang rutin kam lakukan. Banyak perubahan positi yang kami rasakan dengan melakukan refleksi.

Dengan segala keterbatasan kami dan lluasnya informasi terkait ilmu pengetahuan di sosial media, kami terus belajar membenahi kurikulum di lembaga kami. Sampai pada akhirnya kami menemukan sebuah kurikulum pedoman untuk lemba kami.

Tidak sampai disitu, kami banyak mengikuti pelatihan-pelatihan tentang bagaimana tentang pememenuhi kebutuhan tumbuh kembang anak. Atas izin Allah, saya mengikuti Pelatihan “ Montessori at Home” secara offline di kota makassar. Begitu banyak wawasan yang terbuka setelah mengikuti pelatihan ini. 

Bermodalkan ilmu yang sedikit tersebut, kami memutuskan untuk siap menyediakan seluruh peralatan dan perlengkapan Montessori dan menjadikan kurikulum Pohon iman sebagai pedoman utama Lembaga kami. Selain itu, saya memutuskan untuk mengambil Diploma Montessori ditahun berikutnya sebagai licensi kami mendirikan  yang melembaga yang pertama di Indonesia Timur menggunakan Islamic Montessori.

Berbagai pertimbagan melalui diskusi bersama rekan guru serta beberapa kenalan yang ahli dibidangnya, akhirnya saya secara pribadi membuat draftt sederhana sebagai acuan pedoman sistem pembelajaran di lembaga kami. Revisi berulang kali tidak menajdikan kami patah semangat, namun selalu membuat kami menemukan hal unik dalam diri anak. 

Sampailah kami usai menyusun draft sederhana Kurikulum Pohon Iman dan Islamic Montessori sebagai pengaplikasiannya di kelas. Saya bersama tim guru mensosialisasikan ke seluruh orangtua yang disambut antusias oleh seluruh orang tua santri kami, terlihatt dari pertanyaan-pertanyaan dan feedback yang telah disampaikan. Berikut draft pertama yang kami buat : khttps://drive.google.com/file/d/1hx8L63Oj3N0CpHGQCetNTQ1iXOS5_VlN/view?usp=sharing. Saat ini kami telah mendirikan 3 lembaga yang sama mngunakan kurikum ini jauh sebelum hadirnya Kurikulum Merdeka Belajar, yang mana kurikulum Merdeka Belajar saat ini sangan mewadahi karakterstik sekolah kami yang pada prosesnya tidak hanya sekedar mendirikan lembaga karena ingin namun karena kebutuhan anak yang ada pada lingkungan tersebut bisa kami fasilitasi dan menjadi jawaban bagi orang tua di daerah kecamatan Mandai, kab.Maros. 

Pelajaran

Alhamdulillah, dengan begitu banyak syukur dan pembelajara kepada kami selama 4 tahun perjalanan sekolah ini, tentu saja bukan proses yang singkat.Dan masih banyak tantangan kedepan yang akan dan sementara kami hadapi. Namun, kesabaran menghadapi adalah kunci dari perjalanan lembaga ini. Selain itu, perasaan cepat puas kami hindari agar lembaga ini bisa semakin maju dan berkembang sesuai zamannya dan kulaitas guru-guru kami juga semakin baik, karena masa di pendidika anak usia dini adalah hal yang plaing mendasar sebelum anak-anak bertemu dengan dunia sesungguhnya.

Berikut sepotong episode perjalanan lembaga kami yaitu sekilah Islam Adam & Hawa ( https://vt.tiktok.com/ZSLCCNq6B/)

 

Jika Anda mengalami kendala dalam scrolling, scroll di luar dari area Live Chat yang berwarna hitam.