Guru memiliki peluang besar untuk menjadi peneliti, sehingga penelitiannya dapat dijadikan praktik baik berbentuk buku
Guru memiliki peluang besar untuk menjadi peneliti, sehingga penelitiannya dapat dijadikan praktik baik berbentuk buku
Diferensiasi adalah hal baru buat saya saat menerapkan kurikulum merdeka. Awal memperlajari kurikulum merdeka saya tidak menyebutnya dengan diferensiasi namun memanusiakan hubungan dengan murid. Saat itu saya menerapkannya sebelum sekolah saya menerapkan kurikulum merdeka, merekayasa Kompetensi dasar agar tetap tercapai dan murid dapat difasilitasi minatnya. Diferensiasi Prasmanan muncul saat salah satu teman saya menyatakan bahwa “kita suka orang dewasa suka prasmanan yang memilih sendiri apalagi anak-anak”. disitulah terscetus kata Diferensiasi Prasmanan. Semakin asyik, kemudian saya menerapkannya dikelas dan mencatat serta mendokumentasikan segala yang saya lakukan di kelas dalam bentuk video, foto dan catatan lainnya.
Selain itu yang membuat saya memutuskan untuk menjadikan praktik baik ini sebuah buku, karena beberapa rekan dalam tim IKM Kabupaten Pamekasan, menyatakan bahwa diferensiasi saya ini adalah ilegal. Disitulah saya berusaha membeli buku – buku tentang diferensiasi termasuk buku asli milik Caroll Ann Tomlinson yang berbahasa Inggris.
Saat menulis praktik baik adalah saya tidak tau kemana saya harus berlabuh untuk menuangkan riset saya tentang diferensiasi prasmanan ini. Bagaimana menulis buku, padahal catatan -catatan yang saya tuliskan tersebut berupa tulis tangan. Beragam cerita dari kelas 7 hingga kelas 9.
Dalam melakukan aksi ini saya mendapatkan 3 tipe diferensiasi prasmanan yaitu meja panjang, Meja VIP, dan Meja VVIP. Untuk meja panjang dapat dibayangkan saat ke acara pesta dan ada satu meja panjang yang berisi banyak ragam menu makanan yang dapat dipilih sesuai yang kita inginkan. Selanjutnya untuk Meja VIP, dapat dibayangkan saat pesta ada both untuk makanan yang berbeda disetiap mejanya. Sedangkan untuk Meja VVIP dapat dibayangkan seperti saat artis – artis ataupun selebgram mengadakan pesta. Saat itu yang terbayang oleh saya adalah pesta Aurel hermansyah, yang setiap meja duduk tamu undangan sesuai nama kemudian hidangan sudah disajikan beragam disetiap meja. Sehingga undangan tidak perlu bergerak mencari makanan yang disukainya, karena semua ragam hidangan sudah ada di mejanya masing-masing.
Buku ini tidak hanya berisi keberhasilan saya dalam proses pelaksanaan diferensiasi prasmanan, namun segala tantangan dan kendala saya selama melaksanakan diferensiasi prasmanan saya tuangkan dalam buku ini. Saya memberanikan diri untuk mencoba apakah praktik baik saya akan berhasil ditempat lain?. saya uji coba praktik baik saya ini ke sekolah yang tidak memiliki guru musik, dan tidak satupun guru yang mengajar musik. Sekolah yang saya datangi adalah SMPN 3 Proppo dan SD Bangkes 4 Pamekasan. Ternyata saya berhasil menerapkan diferensiasi prasmanan dengan baik, murid yang tidak pernah mendapatkan pembelajaran musik dapat menyerap materi yang saya berikan saat itu. Buku ini juga berisi refleksi saya juga, refleksi dari guru yang mencoba diferensiasi prasmanan ini. Guru yang mencoba adalah guru SMPN 6 Pamekasan, yang melakukan ATM *(Amati, Tiru Modifikasi) pada pelajaran IPA. Guru Agama yang juga menerapkan diferensiasi prasmanan sebelum saya berencana untuk menuliskan laporan riset saya dalam bentuk buku.
Saat saya posting di Instagram, akhirnya beberapa guru menyebut saya dengan sebutan ibu diferensiasi prasmanan. Saya juga mendapat tawaran dari berbagai komunitas untuk menjadi narasumber untuk materi diferensiasi. Harapan saya dengan buku diferensiasi prasmanan ini saya dapat mengurangi miskonsepsi tentang diferensiasi yang harus selalu berdasarkan pengelompokan gaya belajar.
Guru memiliki peluang besar untuk menjadi peneliti, sehingga penelitiannya dapat dijadikan praktik baik berbentuk buku
Diferensiasi adalah hal baru buat saya saat menerapkan kurikulum merdeka. Awal memperlajari kurikulum merdeka saya tidak menyebutnya dengan diferensiasi namun memanusiakan hubungan dengan murid. Saat itu saya menerapkannya sebelum sekolah saya menerapkan kurikulum merdeka, merekayasa Kompetensi dasar agar tetap tercapai dan murid dapat difasilitasi minatnya. Diferensiasi Prasmanan muncul saat salah satu teman saya menyatakan bahwa “kita suka orang dewasa suka prasmanan yang memilih sendiri apalagi anak-anak”. disitulah terscetus kata Diferensiasi Prasmanan. Semakin asyik, kemudian saya menerapkannya dikelas dan mencatat serta mendokumentasikan segala yang saya lakukan di kelas dalam bentuk video, foto dan catatan lainnya.
Selain itu yang membuat saya memutuskan untuk menjadikan praktik baik ini sebuah buku, karena beberapa rekan dalam tim IKM Kabupaten Pamekasan, menyatakan bahwa diferensiasi saya ini adalah ilegal. Disitulah saya berusaha membeli buku – buku tentang diferensiasi termasuk buku asli milik Caroll Ann Tomlinson yang berbahasa Inggris.
Saat menulis praktik baik adalah saya tidak tau kemana saya harus berlabuh untuk menuangkan riset saya tentang diferensiasi prasmanan ini. Bagaimana menulis buku, padahal catatan -catatan yang saya tuliskan tersebut berupa tulis tangan. Beragam cerita dari kelas 7 hingga kelas 9.
Dalam melakukan aksi ini saya mendapatkan 3 tipe diferensiasi prasmanan yaitu meja panjang, Meja VIP, dan Meja VVIP. Untuk meja panjang dapat dibayangkan saat ke acara pesta dan ada satu meja panjang yang berisi banyak ragam menu makanan yang dapat dipilih sesuai yang kita inginkan. Selanjutnya untuk Meja VIP, dapat dibayangkan saat pesta ada both untuk makanan yang berbeda disetiap mejanya. Sedangkan untuk Meja VVIP dapat dibayangkan seperti saat artis – artis ataupun selebgram mengadakan pesta. Saat itu yang terbayang oleh saya adalah pesta Aurel hermansyah, yang setiap meja duduk tamu undangan sesuai nama kemudian hidangan sudah disajikan beragam disetiap meja. Sehingga undangan tidak perlu bergerak mencari makanan yang disukainya, karena semua ragam hidangan sudah ada di mejanya masing-masing.
Buku ini tidak hanya berisi keberhasilan saya dalam proses pelaksanaan diferensiasi prasmanan, namun segala tantangan dan kendala saya selama melaksanakan diferensiasi prasmanan saya tuangkan dalam buku ini. Saya memberanikan diri untuk mencoba apakah praktik baik saya akan berhasil ditempat lain?. saya uji coba praktik baik saya ini ke sekolah yang tidak memiliki guru musik, dan tidak satupun guru yang mengajar musik. Sekolah yang saya datangi adalah SMPN 3 Proppo dan SD Bangkes 4 Pamekasan. Ternyata saya berhasil menerapkan diferensiasi prasmanan dengan baik, murid yang tidak pernah mendapatkan pembelajaran musik dapat menyerap materi yang saya berikan saat itu. Buku ini juga berisi refleksi saya juga, refleksi dari guru yang mencoba diferensiasi prasmanan ini. Guru yang mencoba adalah guru SMPN 6 Pamekasan, yang melakukan ATM *(Amati, Tiru Modifikasi) pada pelajaran IPA. Guru Agama yang juga menerapkan diferensiasi prasmanan sebelum saya berencana untuk menuliskan laporan riset saya dalam bentuk buku.
Saat saya posting di Instagram, akhirnya beberapa guru menyebut saya dengan sebutan ibu diferensiasi prasmanan. Saya juga mendapat tawaran dari berbagai komunitas untuk menjadi narasumber untuk materi diferensiasi. Harapan saya dengan buku diferensiasi prasmanan ini saya dapat mengurangi miskonsepsi tentang diferensiasi yang harus selalu berdasarkan pengelompokan gaya belajar.
Praktik baik Sebelum Direvisi
Elaborasi Praktik Baik
Diferensiasi adalah hal baru buat saya saat menerapkan kurikulum merdeka. Awal memperlajari kurikulum merdeka saya tidak menyebutnya dengan diferensiasi namun memanusiakan hubungan dengan murid. Saat itu saya menerapkannya sebelum sekolah saya menerapkan kurikulum merdeka, merekayasa Kompetensi dasar agar tetap tercapai dan murid dapat difasilitasi minatnya. Diferensiasi Prasmanan muncul saat salah satu teman saya menyatakan bahwa “kita suka orang dewasa suka prasmanan yang memilih sendiri apalagi anak-anak”. disitulah terscetus kata Diferensiasi Prasmanan. Semakin asyik, kemudian saya menerapkannya dikelas dan mencatat serta mendokumentasikan segala yang saya lakukan di kelas dalam bentuk video, foto dan catatan lainnya.
Selain itu yang membuat saya memutuskan untuk menjadikan praktik baik ini sebuah buku, karena beberapa rekan dalam tim IKM Kabupaten Pamekasan, menyatakan bahwa diferensiasi saya ini adalah ilegal. Disitulah saya berusaha membeli buku – buku tentang diferensiasi termasuk buku asli milik Caroll Ann Tomlinson yang berbahasa Inggris.
Saat menulis praktik baik adalah saya tidak tau kemana saya harus berlabuh untuk menuangkan riset saya tentang diferensiasi prasmanan ini. Bagaimana menulis buku, padahal catatan -catatan yang saya tuliskan tersebut berupa tulis tangan. Beragam cerita dari kelas 7 hingga kelas 9.
Dalam melakukan aksi ini saya mendapatkan 3 tipe diferensiasi prasmanan yaitu meja panjang, Meja VIP, dan Meja VVIP. Untuk meja panjang dapat dibayangkan saat ke acara pesta dan ada satu meja panjang yang berisi banyak ragam menu makanan yang dapat dipilih sesuai yang kita inginkan. Selanjutnya untuk Meja VIP, dapat dibayangkan saat pesta ada both untuk makanan yang berbeda disetiap mejanya. Sedangkan untuk Meja VVIP dapat dibayangkan seperti saat artis – artis ataupun selebgram mengadakan pesta. Saat itu yang terbayang oleh saya adalah pesta Aurel hermansyah, yang setiap meja duduk tamu undangan sesuai nama kemudian hidangan sudah disajikan beragam disetiap meja. Sehingga undangan tidak perlu bergerak mencari makanan yang disukainya, karena semua ragam hidangan sudah ada di mejanya masing-masing.
Buku ini tidak hanya berisi keberhasilan saya dalam proses pelaksanaan diferensiasi prasmanan, namun segala tantangan dan kendala saya selama melaksanakan diferensiasi prasmanan saya tuangkan dalam buku ini. Saya memberanikan diri untuk mencoba apakah praktik baik saya akan berhasil ditempat lain?. saya uji coba praktik baik saya ini ke sekolah yang tidak memiliki guru musik, dan tidak satupun guru yang mengajar musik. Sekolah yang saya datangi adalah SMPN 3 Proppo dan SD Bangkes 4 Pamekasan. Ternyata saya berhasil menerapkan diferensiasi prasmanan dengan baik, murid yang tidak pernah mendapatkan pembelajaran musik dapat menyerap materi yang saya berikan saat itu. Buku ini juga berisi refleksi saya juga, refleksi dari guru yang mencoba diferensiasi prasmanan ini. Guru yang mencoba adalah guru SMPN 6 Pamekasan, yang melakukan ATM *(Amati, Tiru Modifikasi) pada pelajaran IPA. Guru Agama yang juga menerapkan diferensiasi prasmanan sebelum saya berencana untuk menuliskan laporan riset saya dalam bentuk buku.
Saat saya posting di Instagram, akhirnya beberapa guru menyebut saya dengan sebutan ibu diferensiasi prasmanan. Saya juga mendapat tawaran dari berbagai komunitas untuk menjadi narasumber untuk materi diferensiasi. Harapan saya dengan buku diferensiasi prasmanan ini saya dapat mengurangi miskonsepsi tentang diferensiasi yang harus selalu berdasarkan pengelompokan gaya belajar.
Jika Anda mengalami kendala dalam scrolling, scroll di luar dari area Live Chat yang berwarna hitam.