Pemanfaatan aplikasi WhatsaApp Auto dalam asesmen formatif murid
Pemanfaatan aplikasi WhatsaApp Auto dalam asesmen formatif murid
FUN ASESSMENT: MURID KETAGIHAN KUIS
Selalu ada kisah suka duka mengiringi ketika menjadi guru disalah satu sekolah pedalaman. Saat murid di kota sudah fasih dalam mengakses internet, murid saya masih memanjat mencari jaringan. Dilain keadaan, ketika waktu sore tiba, murid perkotaan disibukkan dengan les tambahan. Sementara murid di Salimbongan, harus bergegas ke kebun membantu orang tua. Dua sisi kehidupan yang berbeda. Namun, saya yakin baik murid di kota maupun di Salimbongan, mereka semua punya cita-cita. Seiring perkembangan zaman, internet mulai masuk ke pelosok. Dan akhirnya, jaringan 4G pun berselancar sampai ke Salimbongan. Tentunya ini angin segar bagi warga Salimbongan, terutama kami para warga sekolah. Sekitar 80% murid memiliki gadget. Sebagai guru tentunya saya berharap dengan kehadiran jaringan dan gadget ini murid-murid akan lebih mudah dalam belajar. Namun, faktanya gadget lebih cenderung dipakai untuk bersosial media dan bermain game. Pernah satu hari, saat jam pelajaran berlangsung, saya mendapatkan murid asyik bermain game di luar kelas. Sungguh ironi melihat hal tersebut. Kehadiran jaringan dan gadget ternyata menjadi bom bagi mereka.
Berangkat dari keresahan teresebut, saya mencoba menerapkan pembelajaran berbasis teknologi. Diawali dengan mengenalkan kepada mereka bagaimana memanfaatkan gadget sebagai sumber belajar. Namun, seiring berjalan waktu ternyata ditemukan beberapa tantangan. Beberapa murid tidak mampu membeli kuota, masih ada murid yang belum memiliki gadget, dan juga tingkat pemahaman murid terhadap materi IPA masih rendah.
Dari tantangan ini, saya berinisiatif merancang asemen formatif berbasis teknologi dengan menggunakan aplikasi WhatsApp Auto. Terdengar sederhana, tapi ternyata pada penerapan di kelas sangat memberikan dampak yang luar biasa. Jika selama ini murid menggunakan gadget membuat video/poster dan menonton video ajar diyoutube. Itu bukan lagi hal biasa. Namun, penggunaan WhastApp dalam asesmen formatif memberikan kepada mereka pengalaman belajar baru. Murid mengakses WhatsApp dengan mengirim pesan kode tertentu pada kontak “IPA Asyik”, secara otomatis mereka akan mendapatkan soal-soal pelajaran IPA. Selain itu mereka juga dapat mengecek ketuntasan belajar melalui chat WhatsApp Auto. Dengan memanfaatkan WhatsApp auto ini dapat memudahkan guru mengecek murid-murid yang rajin melakukan latihan soal. Sebab aktivitas chat murid terekam pada kontak “IPA Asyik” yang saya pegang. Selanjutnya hal positif lain dari penggunaan aplikasi ini adalah tidak membutuhkan banyak kuota. Bahkan kadang kuota internet habis, kita masih bisa mengakses WhatsApp
Pemanfaatan aplikasi WhatsApp Auto ini diterima murid dengan antusias. Hal ini terekam pada aplikasi WhatsApp. Beberapa dari mereka sering mengaksesnya untuk mengikuti kuis. Bukan hanya satu kali, bahkan beberapa kali. Bisa dibilang mereka ketagihan kuis. Selain menggunakan WhatsApp Auto, saya juga selalu mencoba menggunakan aplikasi lain dalam melakukan asesmen. Dari hasil pemanfaatan WhatsApp Auoto sebagai media kuis, pemahaman murid pun meningkat dari sebelumnya.
Pemanfaatan aplikasi WhatsaApp Auto dalam asesmen formatif murid
FUN ASESSMENT: MURID KETAGIHAN KUIS
Selalu ada kisah suka duka mengiringi ketika menjadi guru disalah satu sekolah pedalaman. Saat murid di kota sudah fasih dalam mengakses internet, murid saya masih memanjat mencari jaringan. Dilain keadaan, ketika waktu sore tiba, murid perkotaan disibukkan dengan les tambahan. Sementara murid di Salimbongan, harus bergegas ke kebun membantu orang tua. Dua sisi kehidupan yang berbeda. Namun, saya yakin baik murid di kota maupun di Salimbongan, mereka semua punya cita-cita. Seiring perkembangan zaman, internet mulai masuk ke pelosok. Dan akhirnya, jaringan 4G pun berselancar sampai ke Salimbongan. Tentunya ini angin segar bagi warga Salimbongan, terutama kami para warga sekolah. Sekitar 80% murid memiliki gadget. Sebagai guru tentunya saya berharap dengan kehadiran jaringan dan gadget ini murid-murid akan lebih mudah dalam belajar. Namun, faktanya gadget lebih cenderung dipakai untuk bersosial media dan bermain game. Pernah satu hari, saat jam pelajaran berlangsung, saya mendapatkan murid asyik bermain game di luar kelas. Sungguh ironi melihat hal tersebut. Kehadiran jaringan dan gadget ternyata menjadi bom bagi mereka.
Berangkat dari keresahan teresebut, saya mencoba menerapkan pembelajaran berbasis teknologi. Diawali dengan mengenalkan kepada mereka bagaimana memanfaatkan gadget sebagai sumber belajar. Namun, seiring berjalan waktu ternyata ditemukan beberapa tantangan. Beberapa murid tidak mampu membeli kuota, masih ada murid yang belum memiliki gadget, dan juga tingkat pemahaman murid terhadap materi IPA masih rendah.
Dari tantangan ini, saya berinisiatif merancang asemen formatif berbasis teknologi dengan menggunakan aplikasi WhatsApp Auto. Terdengar sederhana, tapi ternyata pada penerapan di kelas sangat memberikan dampak yang luar biasa. Jika selama ini murid menggunakan gadget membuat video/poster dan menonton video ajar diyoutube. Itu bukan lagi hal biasa. Namun, penggunaan WhastApp dalam asesmen formatif memberikan kepada mereka pengalaman belajar baru. Murid mengakses WhatsApp dengan mengirim pesan kode tertentu pada kontak “IPA Asyik”, secara otomatis mereka akan mendapatkan soal-soal pelajaran IPA. Selain itu mereka juga dapat mengecek ketuntasan belajar melalui chat WhatsApp Auto. Dengan memanfaatkan WhatsApp auto ini dapat memudahkan guru mengecek murid-murid yang rajin melakukan latihan soal. Sebab aktivitas chat murid terekam pada kontak “IPA Asyik” yang saya pegang. Selanjutnya hal positif lain dari penggunaan aplikasi ini adalah tidak membutuhkan banyak kuota. Bahkan kadang kuota internet habis, kita masih bisa mengakses WhatsApp
Pemanfaatan aplikasi WhatsApp Auto ini diterima murid dengan antusias. Hal ini terekam pada aplikasi WhatsApp. Beberapa dari mereka sering mengaksesnya untuk mengikuti kuis. Bukan hanya satu kali, bahkan beberapa kali. Bisa dibilang mereka ketagihan kuis. Selain menggunakan WhatsApp Auto, saya juga selalu mencoba menggunakan aplikasi lain dalam melakukan asesmen. Dari hasil pemanfaatan WhatsApp Auoto sebagai media kuis, pemahaman murid pun meningkat dari sebelumnya.
Praktik baik Sebelum Direvisi
Elaborasi Praktik Baik
FUN ASESSMENT: MURID KETAGIHAN KUIS
Selalu ada kisah suka duka mengiringi ketika menjadi guru disalah satu sekolah pedalaman. Saat murid di kota sudah fasih dalam mengakses internet, murid saya masih memanjat mencari jaringan. Dilain keadaan, ketika waktu sore tiba, murid perkotaan disibukkan dengan les tambahan. Sementara murid di Salimbongan, harus bergegas ke kebun membantu orang tua. Dua sisi kehidupan yang berbeda. Namun, saya yakin baik murid di kota maupun di Salimbongan, mereka semua punya cita-cita. Seiring perkembangan zaman, internet mulai masuk ke pelosok. Dan akhirnya, jaringan 4G pun berselancar sampai ke Salimbongan. Tentunya ini angin segar bagi warga Salimbongan, terutama kami para warga sekolah. Sekitar 80% murid memiliki gadget. Sebagai guru tentunya saya berharap dengan kehadiran jaringan dan gadget ini murid-murid akan lebih mudah dalam belajar. Namun, faktanya gadget lebih cenderung dipakai untuk bersosial media dan bermain game. Pernah satu hari, saat jam pelajaran berlangsung, saya mendapatkan murid asyik bermain game di luar kelas. Sungguh ironi melihat hal tersebut. Kehadiran jaringan dan gadget ternyata menjadi bom bagi mereka.
Berangkat dari keresahan teresebut, saya mencoba menerapkan pembelajaran berbasis teknologi. Diawali dengan mengenalkan kepada mereka bagaimana memanfaatkan gadget sebagai sumber belajar. Namun, seiring berjalan waktu ternyata ditemukan beberapa tantangan. Beberapa murid tidak mampu membeli kuota, masih ada murid yang belum memiliki gadget, dan juga tingkat pemahaman murid terhadap materi IPA masih rendah.
Dari tantangan ini, saya berinisiatif merancang asemen formatif berbasis teknologi dengan menggunakan aplikasi WhatsApp Auto. Terdengar sederhana, tapi ternyata pada penerapan di kelas sangat memberikan dampak yang luar biasa. Jika selama ini murid menggunakan gadget membuat video/poster dan menonton video ajar diyoutube. Itu bukan lagi hal biasa. Namun, penggunaan WhastApp dalam asesmen formatif memberikan kepada mereka pengalaman belajar baru. Murid mengakses WhatsApp dengan mengirim pesan kode tertentu pada kontak “IPA Asyik”, secara otomatis mereka akan mendapatkan soal-soal pelajaran IPA. Selain itu mereka juga dapat mengecek ketuntasan belajar melalui chat WhatsApp Auto. Dengan memanfaatkan WhatsApp auto ini dapat memudahkan guru mengecek murid-murid yang rajin melakukan latihan soal. Sebab aktivitas chat murid terekam pada kontak “IPA Asyik” yang saya pegang. Selanjutnya hal positif lain dari penggunaan aplikasi ini adalah tidak membutuhkan banyak kuota. Bahkan kadang kuota internet habis, kita masih bisa mengakses WhatsApp
Pemanfaatan aplikasi WhatsApp Auto ini diterima murid dengan antusias. Hal ini terekam pada aplikasi WhatsApp. Beberapa dari mereka sering mengaksesnya untuk mengikuti kuis. Bukan hanya satu kali, bahkan beberapa kali. Bisa dibilang mereka ketagihan kuis. Selain menggunakan WhatsApp Auto, saya juga selalu mencoba menggunakan aplikasi lain dalam melakukan asesmen. Dari hasil pemanfaatan WhatsApp Auoto sebagai media kuis, pemahaman murid pun meningkat dari sebelumnya.
Jika Anda mengalami kendala dalam scrolling, scroll di luar dari area Live Chat yang berwarna hitam.