Praktik baik melakukan refleksi pembelajaran
Pada pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial yang saya ampu di kelas 9 tentang bentuk-bentuk globalisasi dengan diskusi kelompok, diskusi tidak berjalan sesuai rencana karena ada salah satu kelompok yang tidak setuju dengan alasan ada teman kelompok yang tidak mau terlibat dan bekerja sama.
Melihat hal itu saya merasa resah dan ingin mencari cara untuk menemukan solusi agar pembelajaran tetap terlaksana sesuai harapan. Suasana dan sikap murid-murid berubah dari yang asalnya tenang berganti menjadi riuh karena kelompok lainnya pun ikut-ikutan bercerita bahwa telah mengalami hal yang sama dengan kelompok yang protes tersebut.
Saya berharap kelas dapat berlangsung ceria dan semangat dalam belajar mengajar, sehingga semua murid dapat terlibat aktif berdiskusi dalam pembelajaran.
Namun, saya merasakan tantangan murid-murid yang tidak begitu aktif dan termotivasi dalam belajar di kelas. Dalam kerja kelompok, hanya satu dua orang saja yang bekerja.
Murid yang sudah bekerja menjadi iri dan hilang semangat. Murid yang tidak bekerja, melepas dan membebankan tanggung jawabnya pada orang lain. Suasana kelas menjadi tidak kondusif, saya memerlukan usaha yang lebih untuk mengelola emosi agar tetap bisa melaksanakan pembelajaran.
Saya melihat masalah ini disebabkan karena murid-murid belum memahami manfaat dan tujuan dari belajar dalam kerjasama tim atau kolaborasi kelompok.
Saya mencoba bertanya kepada mereka tentang apa yang mereka inginkan dan bagaimana cara yang bisa dilakukan agar semua bisa aktif bekerjasama. Tidak ada yang diam dan tidak terlibat melihat temannya bekerja. Ada murid yang menjawab, “anggota kelompoknya terlalu banyak bu”.
Saya mencoba mengubah pembelajaran kelompok besar menjadi kelompok kecil. Satu kelompok hanya terdiri dari dua orang. Setiap kelompok menulis hasil diskusi kelompok ke Sticky Note sebagai bahan presentasinya. Setiap kelompok berbagi peran dan tugas, satu orang anggota sebagai presenter dan anggota lainnya sebagai penanggap presentasi kelompok lain.
Saya selalu menanyakan murid bagaimana perasaan belajar hari itu dan berefleksi mengenai yang akan dilakukan selanjutnya. Saya merespon keluhan murid dengan segera dan menyepakati solusi yang diharapkan agar semua murid bisa senang dan puas atas kegiatan belajar yang sudah dilakukan.
Kelas yang tadinya agak ribut karena perdebatan protes antar murid dan penyampaian keluhan menjadi tenang. Berdiskusi dengan kelompok kecil dapat terlihat keseriusan mereka belajar dalam kelompoknya. Kerjasama kelompok yang tidak lebih dari dua orang dan masing-masing individu bisa kelihatan usaha dan keterlibatannya dalam mengembangkan kompetensinya.
Saya senang melihat kelas yang sudah terasa lebih fokus. Pembelajaran menjadi lebih menyenangkan dan tanya jawab saat presentasi berlangsung sesuai harapan saya.
Praktik baik melakukan refleksi pembelajaran
Pada pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial yang saya ampu di kelas 9 tentang bentuk-bentuk globalisasi dengan diskusi kelompok, diskusi tidak berjalan sesuai rencana karena ada salah satu kelompok yang tidak setuju dengan alasan ada teman kelompok yang tidak mau terlibat dan bekerja sama.
Melihat hal itu saya merasa resah dan ingin mencari cara untuk menemukan solusi agar pembelajaran tetap terlaksana sesuai harapan. Suasana dan sikap murid-murid berubah dari yang asalnya tenang berganti menjadi riuh karena kelompok lainnya pun ikut-ikutan bercerita bahwa telah mengalami hal yang sama dengan kelompok yang protes tersebut.
Saya berharap kelas dapat berlangsung ceria dan semangat dalam belajar mengajar, sehingga semua murid dapat terlibat aktif berdiskusi dalam pembelajaran.
Namun, saya merasakan tantangan murid-murid yang tidak begitu aktif dan termotivasi dalam belajar di kelas. Dalam kerja kelompok, hanya satu dua orang saja yang bekerja.
Murid yang sudah bekerja menjadi iri dan hilang semangat. Murid yang tidak bekerja, melepas dan membebankan tanggung jawabnya pada orang lain. Suasana kelas menjadi tidak kondusif, saya memerlukan usaha yang lebih untuk mengelola emosi agar tetap bisa melaksanakan pembelajaran.
Saya melihat masalah ini disebabkan karena murid-murid belum memahami manfaat dan tujuan dari belajar dalam kerjasama tim atau kolaborasi kelompok.
Saya mencoba bertanya kepada mereka tentang apa yang mereka inginkan dan bagaimana cara yang bisa dilakukan agar semua bisa aktif bekerjasama. Tidak ada yang diam dan tidak terlibat melihat temannya bekerja. Ada murid yang menjawab, “anggota kelompoknya terlalu banyak bu”.
Saya mencoba mengubah pembelajaran kelompok besar menjadi kelompok kecil. Satu kelompok hanya terdiri dari dua orang. Setiap kelompok menulis hasil diskusi kelompok ke Sticky Note sebagai bahan presentasinya. Setiap kelompok berbagi peran dan tugas, satu orang anggota sebagai presenter dan anggota lainnya sebagai penanggap presentasi kelompok lain.
Saya selalu menanyakan murid bagaimana perasaan belajar hari itu dan berefleksi mengenai yang akan dilakukan selanjutnya. Saya merespon keluhan murid dengan segera dan menyepakati solusi yang diharapkan agar semua murid bisa senang dan puas atas kegiatan belajar yang sudah dilakukan.
Kelas yang tadinya agak ribut karena perdebatan protes antar murid dan penyampaian keluhan menjadi tenang. Berdiskusi dengan kelompok kecil dapat terlihat keseriusan mereka belajar dalam kelompoknya. Kerjasama kelompok yang tidak lebih dari dua orang dan masing-masing individu bisa kelihatan usaha dan keterlibatannya dalam mengembangkan kompetensinya.
Saya senang melihat kelas yang sudah terasa lebih fokus. Pembelajaran menjadi lebih menyenangkan dan tanya jawab saat presentasi berlangsung sesuai harapan saya.
Praktik baik Sebelum Direvisi
Elaborasi Praktik Baik
Pada pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial yang saya ampu di kelas 9 tentang bentuk-bentuk globalisasi dengan diskusi kelompok, diskusi tidak berjalan sesuai rencana karena ada salah satu kelompok yang tidak setuju dengan alasan ada teman kelompok yang tidak mau terlibat dan bekerja sama.
Melihat hal itu saya merasa resah dan ingin mencari cara untuk menemukan solusi agar pembelajaran tetap terlaksana sesuai harapan. Suasana dan sikap murid-murid berubah dari yang asalnya tenang berganti menjadi riuh karena kelompok lainnya pun ikut-ikutan bercerita bahwa telah mengalami hal yang sama dengan kelompok yang protes tersebut.
Saya berharap kelas dapat berlangsung ceria dan semangat dalam belajar mengajar, sehingga semua murid dapat terlibat aktif berdiskusi dalam pembelajaran.
Namun, saya merasakan tantangan murid-murid yang tidak begitu aktif dan termotivasi dalam belajar di kelas. Dalam kerja kelompok, hanya satu dua orang saja yang bekerja.
Murid yang sudah bekerja menjadi iri dan hilang semangat. Murid yang tidak bekerja, melepas dan membebankan tanggung jawabnya pada orang lain. Suasana kelas menjadi tidak kondusif, saya memerlukan usaha yang lebih untuk mengelola emosi agar tetap bisa melaksanakan pembelajaran.
Saya melihat masalah ini disebabkan karena murid-murid belum memahami manfaat dan tujuan dari belajar dalam kerjasama tim atau kolaborasi kelompok.
Saya mencoba bertanya kepada mereka tentang apa yang mereka inginkan dan bagaimana cara yang bisa dilakukan agar semua bisa aktif bekerjasama. Tidak ada yang diam dan tidak terlibat melihat temannya bekerja. Ada murid yang menjawab, “anggota kelompoknya terlalu banyak bu”.
Saya mencoba mengubah pembelajaran kelompok besar menjadi kelompok kecil. Satu kelompok hanya terdiri dari dua orang. Setiap kelompok menulis hasil diskusi kelompok ke Sticky Note sebagai bahan presentasinya. Setiap kelompok berbagi peran dan tugas, satu orang anggota sebagai presenter dan anggota lainnya sebagai penanggap presentasi kelompok lain.
Saya selalu menanyakan murid bagaimana perasaan belajar hari itu dan berefleksi mengenai yang akan dilakukan selanjutnya. Saya merespon keluhan murid dengan segera dan menyepakati solusi yang diharapkan agar semua murid bisa senang dan puas atas kegiatan belajar yang sudah dilakukan.
Kelas yang tadinya agak ribut karena perdebatan protes antar murid dan penyampaian keluhan menjadi tenang. Berdiskusi dengan kelompok kecil dapat terlihat keseriusan mereka belajar dalam kelompoknya. Kerjasama kelompok yang tidak lebih dari dua orang dan masing-masing individu bisa kelihatan usaha dan keterlibatannya dalam mengembangkan kompetensinya.
Saya senang melihat kelas yang sudah terasa lebih fokus. Pembelajaran menjadi lebih menyenangkan dan tanya jawab saat presentasi berlangsung sesuai harapan saya.
Jika Anda mengalami kendala dalam scrolling, scroll di luar dari area Live Chat yang berwarna hitam.