Temu Pendidik Nusantara XII

Select Language

Aku Mau Berubah

Praktik baik Sebelum Direvisi

[revisi_terbaru]

Elaborasi Praktik Baik

Saya bertugas sebagai Kepala Sekolah di TK Kristen PETRA Jombang. Tahun ini baru memasuki tahun keempat saya ditempatkan Yayasan diunit PAUD.
TK Kristen PETRA ini telah berdiri cukup lama dengan program layanan yang berorientasi pada murid. TK Kristen PETRA yang berada dalam satu halaman
dengan SD Kristen PETRA membuat jumlah dan tata letak bangunan TK Kristen PETRA tidak memiliki banyak ruang. Saya bersama tim yang berjumlah 8 orang
berkegiatan dengan 62 murid dengan segala keunikan dan keragaman yang dimiliki mereka. TK Kristen PETRA berada di tengah kota Jombang diantara pertokoan.
Sebagian besar dalam satu kelas jumlah murid antara 15 – 20 murid dengan 2 guru dalam satu kelas. Keragaman yang muncul diantara para murid
seharusnya menjadi kekuatan dalam proses pembelajaran. Terlebih pada anak yang berada pada rentang usia 4-6 tahun. Bagi saya seluruh keragaman yang ada
seharusnya bisa diakomodir oleh guru dengan strategi yang tepat untuk menjawab kebutuhan setiap murid. Kekuatan SDM yang saya miliki kurang begitu kuat
dalam setiap proses pembelajaran. Pola pikir atau mindset berada pada titik “nyaman” sehingga berat untuk beralih pada sesuatu hal yang baru.
Pada kenyataannya dilembaga yang saya pimpin masih belum mampu melihat keragaman yang ada sebagai kekayaan yang seharusnya diakomodir.
Pembelajaran yang terjadi masih dilakukan secara berkelompok dan belum menyampaikan pembelajaran yang berdiferensiasi. Sehingga proses pembelajaran yang
terjadi bersifat searah, dan lebih banyak berorientasi pada instruksi guru. Saya sebagai kepala sekolah memiliki cita-cita untuk merubah proses pembelajaran
menjadi pembelajaran yang berdiferensiasi untuk menjawab kebutuhan setiap murid. Namun cita-cita saya terbentur dengan keterbatasan ruang belajar dan lahan,
saya tidak mungkin menambah ruang dan lahan saat ini. Halangan kedua adalah pola pikir guru untuk berubah adalah sesuatu yang tidak mudah.
Saya melakukan langkah awal dengan melakukan pendekatan personal terhadap semua guru. Berikutnya saya mencoba melakukan asesmen terhadap semua
guru yang ada. Sebagai langkah untuk mendapatkan data sejauh mana proses pembelajaran yang dilakukan oleh guru. Data yang saya peroleh kemudian saya
analisis. Tujuan saya selanjutnya adalah membawa semua guru untuk memiliki keterbukaan terhadap hal-hal baru dan membuka diri untuk terus meningkatkan
kualitas serta mampu menciptakan proses pembelajaran yang berdiferensiasi. Saya bertanya kepada guru beberapa pertanyaan terkait hal-hal baru didunia
Pendidikan dan secara spesifik tentang pembelajaran berdiferensisi.
“ Bagaimana pendapat bu Wahju tentang kemajuan dunia Pendidikan saat ini?”, beliau merupakan guru senior yang ada dilembaga saya dengan yakin
beliau menjawab, “Wah saya ini sudah berpuluh-puluh tahun mengajar seperti ini, dari dulu pelajaran anak TK juga seperti yang saya ajarkan.” Jawaban yang tidak
jauh berbeda dengan jawaban bu Wahju juga saya dapatkan dari bu Eli yaitu guru dikelompok A, “ Wah saya ini tidak bisa teknologi bu, kalau harus belajar ini itu
kasih yang muda-muda saja.”
Saya melihat hasil analisis data yang saya peroleh, membuat saya mengambil Langkah untuk melakukan coaching dan mentoring terhadap semua guru. Saya
membuat beberapa kelompok kecil diantara 8 guru untuk mempermudah proses coaching yang saya lakukan disamping coaching dan mentoring secara personal.
Pada tahap ini saya memberikan pendampingan yang bertujuan untuk membantu guru mengalami sebuah perubahan. Saya mengambil keputusan untuk
menyampaikan kemajuan dunia Pendidikan saat sekarang dalam beberapa kesempatan. Dengan melakukan sharing bersama, refleksi bersama, dan saya juga
berupaya untuk memberikan pemantik berupa contoh-contoh untuk mempermudah memberikan wawasan.
Saya juga mengajak semua guru untuk melakukan proses pembelajaran berdiferensiasi, dengan coaching dan mentoring saya berupaya melakukan
pendampingan. Saat pembelajaran secara kelompok dilakukan diawal sebelum saya melakukan pendampingan saya coba untuk menerapkan pembelajaran secara
sentra. Bukan soal yang mudah untuk menyampaikan semua perubahan tersebut namun dengan ketulusan dan pengorbanan pada akhirnya dapat diterima.
Keterbatasan ruang di saat akan merubah proses pembelajaran menjadi sistem sentra, maka saya melakukan terobosan yang membuat pembelajaran berdiferensiasi
dilakukan dengan sistem sentra dengan teknik moving area dan guru menyediakan ragam densitas main di dalam kelas dalam satu hari kegiatann. Melalui teknik ini
murid dapat merasakan pengalaman belajar dengan berbagai sentra dan pilihan ragam densitas. Dalam satu topik murid dapat mempelajari dengan 4 area yang
berbeda dan dalam satu area terdapat minimal 3 densitas atau ragam main. Tujuan pembelajaran berhitung misalnya, saya menampilkan sentra bahan alam dengan 4
densitas diantaranya:
1. Densitas 1= berhitung menggunakan batu kali →murid berhitung sesuai symbol angka yang ada di meja mereka
2. Densitas 2= murid menghitung jumlah buah jambu yang ada di setiap kotak
3. Densitas 3= murid belajar menggunting daun membentuk simbol angka dan menghitung jumlah daun yang digunting
4. Densitas 4= murid membuat kolase daun dan buah sesuai symbol angka yang ditunjukkan
Murid bebas memilih cara belajar yang mereka minati untuk belajar angka dan berhitung. Diferensiasi produk, konten tercipta.
Saya memberikan pemantik dengan cara memberikan contoh yang bisa diamati oleh semua guru, setelah itu mereka akan masuk dalam tahap mengkreasi
secara mandiri kegiatan belajar mereka. Saya mencoba mendampingi guru untuk membuat tujuan dari proses pembelajaran yang mereka lakukan kemudian
mendiskusikan langkah-langkah yang bisa diambil untuk mencapai tujuan yang sudah ditetapkan. Termasuk di dalamnya saya mendiskusikan ragam kegiatan dan
juga penyusunan perangkat pembelajaran. Saya menuntun guru untuk melalui setiap proses dengan semangat. Saya membuat contoh terlebih dahulu merupakan
teknik yang mempermudah untuk memberikan gambaran-gambaran sebelum mereka menyusun secara mandiri. Saya menjadikan diri saya sebagai role modele bagi
semua guru sehingga mereka tidak merasa digurui. Terlebih bagi mereka yang sudah senior dari saya.
Proses pendampingan ini saya lakukan dalam kurun waktu 1 tahun. Tentu bukan dengan serta merta hasil didapatkan sempurna. Proses gagal dan bangkit
kembali tetap saya lalui. Namun itu tidak membuat saya menjadi menyerah demi tercapainya kebutuhan belajar murid. Pada akhirnya saya berhasil merubah midset
lama terkait proses pembelajaran menjadi growmindset sehingga terbuka untuk setiap pembaruan yang muncul sesuai perkembangan jaman.
Melalui pendekatan, dan Langkah yang tepat saya bisa merubah keadaan. Keterbatasan ruang dan lahan mampu saya atasi dengan teknik-teknik yang sesuai.
Saat ini semua guru yang ada di Lembaga saya telah mampu secara mandiri menyusun ragam kegiatan yang mampu mengakomodir keragaman murid. Tentu tidak
bisa kita menuruti semua siswa di kelas namun setidaknya saya bisa menghargai keragaman murid yang ada tanpa ada proses hanya guru yang benar. Keterbatasan
sarana dan prasarana jangan dijadikan penghalang yang tidak bisa dicari jalan keluarnya. Selalu ada jalan menuju Roma.
Nama : Aning Irawati, S. Pd.
Jabatan : Kepala Sekolah
Instansi : TK Kristen PETRA

Jika Anda mengalami kendala dalam scrolling, scroll di luar dari area Live Chat yang berwarna hitam.