Ikatan Guru Indonesia (IGI) Kota Serang bersama Guru Belajar Foundation sukses menyelenggarakan Temu Pendidik Nusantara XII (TPN XII) di Kota Serang pada Selasa (17/06), bertempat di Aula FKIP Universitas Sultan Ageng Tirtayasa Kota Serang. 

Mengusung tema ‘Iklim Pendidikan dan Pendidikan Iklim’, TPN XII menjadi ruang refleksi sekaligus kolaborasi para pendidik dalam merespons tantangan pendidikan masa kini.

Kegiatan dibuka secara resmi oleh Wakil Wali Kota Serang, Nur Agis Aulia, yang dalam sambutannya menyampaikan apresiasi atas inisiatif IGI Kota Serang yang terus konsisten mendorong peningkatan kualitas guru melalui berbagai kegiatan.

“Kehadiran TPN menjadi bukti bahwa guru-guru kita tidak hanya mengajar, tetapi juga terus belajar dan berkolaborasi,” ujarnya. 

Dirinya berharap, TPN XII dapat melahirkan gagasan dan praktik baik untuk dapat memperkuat iklim pendidikan yang tanggap terhadap perubahan zaman. 

“Saya berharap, dari kegiatan ini lahir gagasan dan praktik baik untuk memperkuat iklim pendidikan yang sehat dan berkelanjutan, terutama dalam konteks tantangan lingkungan dan perubahan zaman,” tambahnya. 

Seratus lebih peserta yang hadir antusias mengikuti beragam rangkaian kegiatan, yakni Kelas Pendidik, Kelas Pemimpin, dan Talkshow Pendidikan. Salah satu narasumber yang berbagai praktik baik di Kelas Pendidik adalah Wahyu Fatihah, guru kimia SMA Negeri 4 Cilegon.

Ayu, panggilan akrab Wahyu Fatihah, bercerita tentang beberapa murid di kelasnya yang terlihat tertinggal dan tidak menunjukkan minat dalam pembelajaran. 

“Saya kadang merasa sedih ketika melihat beberapa murid yang potensinya tidak tergali hanya karena pendekatan pembelajaran yang kurang tepat,” ungkapnya.

Menindaklanjuti kondisi tersebut Ayu mulai mencari informasi dan melakukan refleksi diri guna menggali strategi pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan belajar murid. Salah satu konsep yang ia mulai tekankan adalah konsep kecerdasan majemuk atau Multiple Intelligences.

Menurutnya, konsep kecerdasan majemuk meyakini bahwa tidak ada anak yang bodoh, sebab setiap anak adalah unik dan minimal memiliki satu kelebihan, bahkan ada yang memiliki beberapa macam kecerdasan dasar (multi talenta).

Dalam pelaksanaan proses pembelajaran dan pendidikan, melakukan penilaian dan menstimulasi kecerdasan anak harus dilakukan secara jeli dan cermat, dengan cara merancang sebuah metode khusus, sehingga anak bisa menjadi lebih terampil dan berkembang sesuai kecerdasan yang dimilikinya.

“Selanjutnya, saya mencoba melakukan proses pembelajaran dengan berbagai metoda dan pendekatan,” ujar Wahyu. Ia mencoba menjadikan pembelajaran lebih kontekstual dalam berbagai materinya sehingga pembelajaran lebih bermakna, serta menampung berbagai inspirasi dan masukan dari murid.

“Untuk mendukung proses tersebut, saya juga membuat media pembelajaran dengan berbagai kriteria berupa gambar, teknologi, visual, nyanyian, bahkan puisi,” terang Ayu.

Wahyu menambahkan bahwa pengalaman tersebut mengajarkannya bahwa keberagaman bukanlah hambatan, melainkan kekayaan yang perlu dikelola dengan bijak. Dengan pendekatan yang tepat, setiap murid memiliki peluang untuk berkembang dan menunjukkan potensi terbaiknya.

“Tidak lupa juga berkolaborasi dengan berbagai pihak terkait. Dukungan dari rekan sejawat dan diskusi dalam komunitas guru juga membantu saya mengembangkan strategi yang lebih inklusif. Perlahan, saya mulai melihat perubahan. Murid menjadi lebih aktif, percaya diri, dan menunjukkan perkembangan belajar yang signifikan,” pungkasnya.


Penulis: Ikatan Guru Indonesia Kota Serang
Editor: Yosinta Maharani Here / Guru Belajar Foundation

Jika Anda mengalami kendala dalam scrolling, scroll di luar dari area Live Chat yang berwarna hitam.