KY4024 - "Mental Health" Memberdayakan Media Sosiak Instagram Sebagai Solusi Mengurangi Dampak Kesehatan Mental Pada Anak

Yuk bagikan keseruan Temu Pendidik Nusantara 9 ke rekan-rekan Anda yang lain!

Penampil Karya

Aukhti Shabiy Mumtaza

MI Azzarofah

Deskripsi

Awal
Oleh: Kanza Almaira Verdani

Mental health, adalah sesuatu yang akhir akhir ini sering didengar oleh kita. Bertepatan dengan sekolah kami yang mengadakan project, didalam project yang kelas kami adakan ini, ada beberapa tema yang bisa kami piilih. Karena kami tertarik dengan tema lingkungan sosial jadi kami memutuskan untuk memilih tema ini dan, memfokuskan topik kami pada mental health. “Apa sih Mental Health itu?” mungkin pertanyaan ini banyak terlintas di benak orang orang banyak. Dan karena ketidak tahuan mereka, sepertinya banyak yang menganggap remeh dan menyepelekan hal ini.

Melihat hal hal tersebut timbul kakhawatiran di diri kami tentang sikap masyarakat luas dalam menyikapi masalah mental health tersebut. Penderita mental health biasa memliliki perasaan yang berlebih terhadap sesuatu, dan untuk masyarakat awam hal tersebut sering di anggap lebai atau melebih lebihkan masalah. Padahal mereka atau masyarakat awam sendiri tidak tau apa yang mendasari atau memicu penderita mental illness itu melakukan atau bersikap demikian. Jika hal ini tidak di sikapi dengan baik atau jika masyarakat awam tidak mendapatkan informasi yang cukup, maka hal ini akan sangat berpengaruh buruk terhadap penderita mental illness itu sendiri.

Sebagai bentuk keseriusan kami dalam menjalankan project ini, maka kami melakukan pendekatan pendekatan terhadap nara sumber yang kami anggap tepat dan dapat di percaya untuk memberikan informasi yang kami butuhkan. Setelah melakukan pendekatan kami pun meminta izin untuk melakukan wawancara kepada narasumber tersebut dan kami dokumentasikan. Seperti contohnya kepada si penderita tentang apa yang di rasakan, penyebabnya dan apa yang mereka inginkan dari kita untuk bersikap. Kemudian kepada staf ahlli yaitu psikolog tentang bagaimana mental health itu bisa terjadi pada individu, dan apakah sama yang di rasakan antara individu satu dengan individu yang lain. Bagaimana cara penyembuhannya dan lain lain. Selain itu agar project yang kami kerjakan ini benar dan dapat di pertanggung jawabkan kamipun di bantu oleh ibu guru sebagai mentor kami.

Semoga melalui project kami ini dapat membantu masyarakat banyak secara umum atau kami sendiri khususnya, untuk dapat bersikap dengan baik dan membarikan rasa nyaman bagi penderita mental illness tersebut. Sehingga mereka dapat menjalani kehidupannya dengan baik tanpa rasa takut atau cemas berlebih.

Tantangan
Oleh: Fathiyah Fachraini Latief

Tantangan yang pertama kami hadapi dalam melaksanakan project ini adalah mencari tema. Awalnya kami bingung ingin menamakan tema kelompok (project) kami apa. Lalu satu orang dari kami memiliki usul untuk menamakan tema kelompok project kami Mental Health (Kesehatan mental). Kenapa kami memilih tema Mental Health, karena kami suka melihat banyak orang yang pusing (memikirkan sesuatu) atau sedih karena dihina atau di-bully. Kami merasa kasihan, karena seperti itu sangat tidak baik untuk kesehatan mentalnya. Tantangan selanjutnya adalah mencari klien. Sebenarnya kami telah menemukan satu klien, tetapi menurut kami satu klien kurang untuk kami mendapatkan informasi tentang mental health. Akhirnya, kami mendapatkan satu klien lagi. Alhamdulillah penjelasan dari dua klien kami sudah cukup memberikan kami informasi tentang Mental Health.

Tantangan kami berikutnya adalah mencari Nara Sumber. Mencari nara sumber cukup sulit bagi kami, karena sulit mendapatkan nara sumber yang dekat atau yang kami kenal. Sampai suatu hari kami mendapatkan nara sumber, kami secepat mungkin mencari waktu yang tepat untuk kami bertemu nara sumber secara online. Akhirnya kami dapat informasi yang lumayan banyak dari nara sumber.

Tantangan yang lainnya adalah tantangan waktu. Maksud dari tantangan waktu adalah kami harus mencari waktu untuk bertemu (membicarakan tentang project kami). Kenapa kami harus mencari waktu dan tempat yang tepat dimana kami akan bertemu, karena khawatir ada yang tidak bisa datang dihari itu (waktu), atau ada yang merasa kejauhan dari tempatnya, dan tidak tau lokasi kami akan bertemu (tempat).

Tantangan kami yang terakhir yaitu merapihkan data. Kami menyebut merapihkan data itu tantangan, karena kami harus mengetik (yang tadinya voice suara menjadi tulisan), menyala mematikan voice suara tersebut sedikit sulit apa lagi kadang harus mengulang – ulang lagi rekaman suara. Selain itu merapihkan data itu seperti menulis, kami harus merangkai kata menjadi sebuah kalimat. Merangkaian kalimat menjadi sebuah paragraf yang bisa dimengerti dan difahami.

Aksi
Oleh: Aukhti Shabiy Mumtaza

Pertama setelah menentukan fokus masalah, kami mencari bacaan yang berkaitan dengan Mental Health melalui google search, bertanya serta berdiskusi.

Kedua kami membuat kesepakatan untuk kegiatan project tema sosial dengan fokus masalah Mental Health ini berupa wawancara kepada narasumber dan klien, selanjutnya kami mulai menyusun beberapa pertanyaan dan membuat angket koresponden dengan google form.

Ketiga kami mulai mencari dan mendapatkan satu narasumber sekaligus dua klien yang bersedia di wawancara dan menghubungi mereka untuk mengisi angket koresponden tersebut serta menyepakati jadwal untuk wawancara, hasil kesepakatan wawancara berupa online untuk narasumber karena jauhnya lokasi dan tidak memungkinkan bertemu tatap muka, begitu juga dengan salah satu klien yang meminta wawancara online karena merasa lebih nyaman.

Keempat menyusun Time Line, kami memulai sesi pertama wawancara online pada tanggal 25 Juni 2022 dengan klien melalui aplikasi zoom dan mengajukan pertanyaan secara bergantian serta merekamnya dengan screen recorder yang terdapat pada aplikasi tersebut. Tidak terasa 10 pertanyaan sudah terjawab semua dan sesi wawancara pun berakhir dengan memuaskan, namun sayang sekali hasil rekaman wawancara tersebut tidak dapat dikirim karena file terlalu besar dan akhirnya kami muat ulang lewat tulisan.

Untuk sesi wawancara dengan klien kedua pada tanggal 27 Juni 2022, kali ini secara tatap muka, karena itu kami lebih bersemangat walau sedikit gugup. Sepulang sekolah kami menuju lokasi yang telah di sepakati menggunakan motor, dan membawa bingkisan yang telah kami persiapkan sebelumnya. Sampai disana rasa gugup kami mencair karena disambut dengan hangat, dan sesi wawancara pun berjalan dengan seru, sampai tak terasa pertanyaan sudah habis dan kami mengajukan pertanyaan – pertanyaan tambahan. Tak lupa kami merekam jawaban-jawaban dari klien melalui voice note tanpa video supaya file tidak terlalu besar dan diakhiri dengan memberi bingkisan sebagai tanda terimakasih serta sesi photo. Pulang darisana kami menuju ke rumah klien pertama untuk memberikan bingkisan juga, dan tak lupa mengucapkan terimakasih serta berphoto.

Wawancara terakhir pada tanggal 3 Juli 2022 dengan narasumber (psikolog) melalui video call aplikasi whatsapp di sekolah, sesi wawancara dimulai dengan perkenalan lalu kami secara bergantian mengajukan pertanyaan untuk mendapatkan penjelasan tentang “Mental Health” dan narasumber menjawab semua rasa penasaran kami.

Kelima Selesai wawancara kami berkumpul untuk merapihkan data-data yang sudah kami dapat dan bersepakat untuk mengirimkan bingkisan ke narasumber lewat ekspedisi dikarenakan lokasi narasumber diluar pulau Jawa.

Pelajaran
Oleh: Zatiya Nurillah

Luangkan waktumu untuk menyembuhkan, selama yang kamu mau. Tidak ada orang lain yang tahu apa yang telah anda alami bagaimana mereka bisa tahu berapa lama waktu yang di butuhkan untuk menyembuhkan mu

“Pemulihan bukanlah satu dan selesai. Ini adalah perjalanan seumur hidup yang terjadi satu hari, selangkah demi selangkah.”

“Rasa sakit emosional bukanlah sesuatu yng harus disembunyikan dan tidak pernah di bicaraka. Ada kebenaran dalam rasa sakit anda, ada pertumbuhan dalam rasa sakit anda, tetapi hanya jika itu pertama kali diungkapkan.”

“Saran yang akan saya berikan kepada seseorang yang diam diam berjuang adalah, anda tidak harus hidup seperti itu. Anda tidak harus berjuang dalam diam. Anda dapat hidup dengan baik dengan kondisi kesehatan mental, selama anda terbuka kepada seseorang tentang hal itu, karena sangat penting bagi anda untuk berbagi pengalaman dengan orang –orang sehingga anda bisa mendapatkan bantuan yang anda butuh kan.”

“saya akan mengatankan apa yang orang lain katakan: itu menjadi lebih baik. Suatu hari, anda akan menemukan suku anda. anda hanya perlu percaya bahwa orang-orang di luar sana mununggu untuk mencitai anda dan merayakan anda apa adanya. Sementara itu, kenyataan anda mungkin harus menjadi suku anda sendiri. Anda mungkin harus menjadi teman terbaik anda sendiri. Itu bukan sesuatu yang akan mereka ajarka di sekolah. Jadi mulailah perkerjaan mencintai diri sendiri

Komentar

Anda bisa menambahkan komentar di kolom di bawah ini. Ketik pesan yang Anda ingin sampaikan lalu klik Post.

Ekspresikan merdeka belajar Anda dengan gaya!

Kelas Lainnya

Sukses implementasi kurikulum merdeka dengan pendampingan intensif

Jika Anda mengalami kendala dalam scrolling, scroll di luar dari area Live Chat yang berwarna hitam.