Praktik baik ini adalah tentang pentingnya melakukan refleksi dan pengelolaan emosi bagi kepala sekolah. Ini harus secara seimbang agar dampaknya terwujud pada kondisi ideal yang diharapkan.
Select Language
REFLEKSI DAN PENGELOLAAN EMOSI
Jenis Kelas
[custom_field field="jenis_kelas"]
Status Kurasi
[custom_field field="status_kurasi"]
Ringkasan
Elaborasi Praktik Baik
- Awal :
Saya dilantik menjadi kepala SMP Negeri 2 Sarang pada tanggal 29 Juli 2022. Saya melihat SMP ini kecil, peserta didiknya 147 dengan jumlah guru dan tenaga kependidikan 16. Sungguh jauh jika dibandingkan dengan SMP dimana saya menjadi urusan kurikulum sebelumnya, yang peserta didiknya hampir 800 dengan jumlah guru dan tenaga kependidikan 60. Dengan warga yang sedikit tadi, saya berpikir lebih mudah untuk menggapai kondisi ideal.
2. Tantangan :
SMP 2 Sarang mempunyai permasalahan yang kompleks.
3. Aksi :
Empat bulan pertama (Agustus – November 2022) saya mengamati, empat bulan kedua (Desember 2022 – Maret 2023) saya melakukan perekaman, dan bulan kesembilan (April 2023) saya melakukan gebrakan. Strategi tersebut saya tetapkan menjadi agenda dan saya sampaikan kepada teman guru dan tenaga kependidikan. Gebrakan yang saya lakukan membuat mereka tidak nyaman. Pernah suatu saat dampak tersebut menyulut emosi saya. Akan tetapi malah kerugian yang saya dapatkan. Saya menjadi overthinking. dan menjadi tidak produktif. Akhirnya strategi saya ubah. Saya mulai dari diri saya sendiri. Saya harus bisa mengelola emosi. Saya mulai lagi dengan mengajak teman-teman guru dan tenaga kependidikan untuk bicara dari hati ke hati. Semua dampak dari rasa ketidaknyamanan teman-teman yang ditujukan ke saya, saya gunakan sebagai umpan balik. Dari umpan balik itu kemudian muncul ide untuk membuat kesepakatan tahunan terkait tupoksi guru dan tenaga kependidikan. Kesepakatan tahunan lainnya adalah kesepakatan dengan pengelola kantin. Kesepakatan ini berkaitan dengan masalah sampah dan menu sehat kantin sekolah.
4. Pelajaran :
Refleksi saja belum cukup. Bagi kepala sekolah, pengelolaan emosi adalah kunci apakah refleksi yang dilakukan berdampak atau tidak. Refleksi dan pengelolaan emosi harus berjalan secara seimbang.
Catatan Kurator
[custom_field field="catatan_kurator"]
REFLEKSI DAN PENGELOLAAN EMOSI
Jenis Kelas
[custom_field field="jenis_kelas"]
Status Kurasi
[custom_field field="status_kurasi"]
Ringkasan
Praktik baik ini adalah tentang pentingnya melakukan refleksi dan pengelolaan emosi bagi kepala sekolah. Ini harus secara seimbang agar dampaknya terwujud pada kondisi ideal yang diharapkan.
Elaborasi Praktik Baik
- Awal :
Saya dilantik menjadi kepala SMP Negeri 2 Sarang pada tanggal 29 Juli 2022. Saya melihat SMP ini kecil, peserta didiknya 147 dengan jumlah guru dan tenaga kependidikan 16. Sungguh jauh jika dibandingkan dengan SMP dimana saya menjadi urusan kurikulum sebelumnya, yang peserta didiknya hampir 800 dengan jumlah guru dan tenaga kependidikan 60. Dengan warga yang sedikit tadi, saya berpikir lebih mudah untuk menggapai kondisi ideal.
2. Tantangan :
SMP 2 Sarang mempunyai permasalahan yang kompleks.
3. Aksi :
Empat bulan pertama (Agustus – November 2022) saya mengamati, empat bulan kedua (Desember 2022 – Maret 2023) saya melakukan perekaman, dan bulan kesembilan (April 2023) saya melakukan gebrakan. Strategi tersebut saya tetapkan menjadi agenda dan saya sampaikan kepada teman guru dan tenaga kependidikan. Gebrakan yang saya lakukan membuat mereka tidak nyaman. Pernah suatu saat dampak tersebut menyulut emosi saya. Akan tetapi malah kerugian yang saya dapatkan. Saya menjadi overthinking. dan menjadi tidak produktif. Akhirnya strategi saya ubah. Saya mulai dari diri saya sendiri. Saya harus bisa mengelola emosi. Saya mulai lagi dengan mengajak teman-teman guru dan tenaga kependidikan untuk bicara dari hati ke hati. Semua dampak dari rasa ketidaknyamanan teman-teman yang ditujukan ke saya, saya gunakan sebagai umpan balik. Dari umpan balik itu kemudian muncul ide untuk membuat kesepakatan tahunan terkait tupoksi guru dan tenaga kependidikan. Kesepakatan tahunan lainnya adalah kesepakatan dengan pengelola kantin. Kesepakatan ini berkaitan dengan masalah sampah dan menu sehat kantin sekolah.
4. Pelajaran :
Refleksi saja belum cukup. Bagi kepala sekolah, pengelolaan emosi adalah kunci apakah refleksi yang dilakukan berdampak atau tidak. Refleksi dan pengelolaan emosi harus berjalan secara seimbang.
Catatan Kurator
[custom_field field="catatan_kurator"]
REFLEKSI DAN PENGELOLAAN EMOSI
Praktik baik Sebelum Direvisi
[revisi_terbaru]
Elaborasi Praktik Baik
- Awal :
Saya dilantik menjadi kepala SMP Negeri 2 Sarang pada tanggal 29 Juli 2022. Saya melihat SMP ini kecil, peserta didiknya 147 dengan jumlah guru dan tenaga kependidikan 16. Sungguh jauh jika dibandingkan dengan SMP dimana saya menjadi urusan kurikulum sebelumnya, yang peserta didiknya hampir 800 dengan jumlah guru dan tenaga kependidikan 60. Dengan warga yang sedikit tadi, saya berpikir lebih mudah untuk menggapai kondisi ideal.
2. Tantangan :
SMP 2 Sarang mempunyai permasalahan yang kompleks.
3. Aksi :
Empat bulan pertama (Agustus – November 2022) saya mengamati, empat bulan kedua (Desember 2022 – Maret 2023) saya melakukan perekaman, dan bulan kesembilan (April 2023) saya melakukan gebrakan. Strategi tersebut saya tetapkan menjadi agenda dan saya sampaikan kepada teman guru dan tenaga kependidikan. Gebrakan yang saya lakukan membuat mereka tidak nyaman. Pernah suatu saat dampak tersebut menyulut emosi saya. Akan tetapi malah kerugian yang saya dapatkan. Saya menjadi overthinking. dan menjadi tidak produktif. Akhirnya strategi saya ubah. Saya mulai dari diri saya sendiri. Saya harus bisa mengelola emosi. Saya mulai lagi dengan mengajak teman-teman guru dan tenaga kependidikan untuk bicara dari hati ke hati. Semua dampak dari rasa ketidaknyamanan teman-teman yang ditujukan ke saya, saya gunakan sebagai umpan balik. Dari umpan balik itu kemudian muncul ide untuk membuat kesepakatan tahunan terkait tupoksi guru dan tenaga kependidikan. Kesepakatan tahunan lainnya adalah kesepakatan dengan pengelola kantin. Kesepakatan ini berkaitan dengan masalah sampah dan menu sehat kantin sekolah.
4. Pelajaran :
Refleksi saja belum cukup. Bagi kepala sekolah, pengelolaan emosi adalah kunci apakah refleksi yang dilakukan berdampak atau tidak. Refleksi dan pengelolaan emosi harus berjalan secara seimbang.