SEBUAH PROGRAM YANG BERPIHAK DAN BERPUSAT PADA SISWA. DIMANA SETIAP KELAS MENGHASILKAN SATU BUKU BER-ISBN.
SEBUAH PROGRAM YANG BERPIHAK DAN BERPUSAT PADA SISWA. DIMANA SETIAP KELAS MENGHASILKAN SATU BUKU BER-ISBN.
PROGRAM “SUKA SAKU”
(SATU KELAS SATU BUKU)
Oleh KASERI *)
Learning Loss (ketertinggalan pembelajaran) dan Literacy Loss (ketertinggalan literasi) merupakan awal dampak terbesar dari pandemi COVID-19 yang berpengaruh pada sektor dunia pendidikan. Secara akademik, dua istilah ini dipakai secara bersamaan di masa pandemi dalam konteks hilangnya kapasitas murid yang diakibatkan oleh pandemi, yakni kehilangan kapasitas belajar.
Menulis menjadi sebuah alternatif untuk membangkitkan kembali kemampuan murid dalam mengejar ketertinggalan pembelajaran. Salah satu bentuk Implementasi Kurikulum Merdeka adalah penerapan Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5). Saya adalah salah satu dari Koordinator P5. Kelas yang saya ampuh adalah kelas X-4, X-5, dan X-6. Pada putaran kedua, tema yang diambil adalah Suara Demokrasi. Sub tema yang dipilih adalah Pemilihan Umum Presiden dan Wakil Presiden, Pemilihan Kepala Daerah Gubernur dan Wakil Gubernur, Pemilihan Kepala Daerah Bupati dan Wakil Bupati, Pemilihan Kepala Desa (Pilkades), Sidang Tahunan MPR, serta Sidang Paripurna DPR.
Untuk mengenal lebih jauh karakter pemilih di kampung, murid diberikan tugas untuk membuat cerita tentang “Kampung Halamanku”. Setiap murid wajib membuat cerita minimal 750 kata. Kumpulan cerita kemudian dijadikan satu menjadi karya buku Antologi berjudul “Ku Rindu Kampung Halamanku”. Projek ini melatih murid untuk membudayakan literasi di sekolah, sekaligus mewujudkan 4 diantara 6 dimensi Profil Pelajar Pancasila, antara lain Beriman dan Bertakwa pada Tuhan yang Esa serta berahlak mulia, Kreatif, Mandiri, dan Gotong Royong.
Tantangan yang saya hadapi saat melakukan program ini adalah (1) Budaya literasi di sekolah belum maksimal, akibatnya beberapa murid kelas X mengeluh harus jika harus menulis cerita minimal 750 kata; (2) Sebagian besar murid belum terbiasa menulis cerita, akibatnya beberapa murid menulis cerita tanpa menggunakan kaidah penulisan yang baik dan benar; (3) Beberapa murid tidak jujur, akibatnya hasil tulisan cerita tidak orisinil karyanya. Hal ini terbukti, saat di cek menggunakan aplikasi plagiasi online, ada karya yang menjiplak sekitar 80 – 100 %; (4) Kreatifitas belum muncul, akibatnya alur cerita masih belum sesuai dengan harapan.
Untuk menghadapi tantangan tersebut, beberapa langkah aksi yang saya lakukan adalah (1) Berkolaborasi dengan tim Literasi sekolah mengadakan kegiatan lomba menulis untuk membudayakan kebiasaan menulis murid kelas X;
(2) Berkolaborasi dengan tim jurnalistik sekolah mengadakan kegiatan Workshop Jurnalistik untuk memberikan bekal kaidah penulisan,
(3) Berkolaborasi dengan rekan-rekan guru agama, memberikan penguatan kepada murid bahwa berperilaku tidak jujur itu perbuatan yang tidak baik. Perbuatan itu jauh dari tujuan dimensi profil pelajar Pancasila, yaitu Beriman dan Bertakwa pada Tuhan yang Esa serta berahlak mulia; (4) Berkolaborasi dengan rekan-rekan guru Bahasa Indonesia, untuk memunculkan ide-ide kreatif dalam penulisan cerita; (5) Berkolaborasi dengan semua guru fasilitator Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5), untuk lebih sabar membimbing mereka.
Hasil dari aksi ini adalah murid mampu menulis cerita dan menerbitkan buku tentang “Kampung Halamanku”.
Setiap murid kelas X-4, X-5, dan X-6 mampu membuat cerita minimal 750 kata. Tiga karya buku Antologi ber-ISBN berjudul “Ku Rindu Kampung Halamanku” diterbitkan oleh PENERBIT SAGUSATAL INDONESIA, Perum Gardena Maisa 2 C.10, Koto Baru, Kecamatan Kubung, Kabupaten Solok, Provinsi Sumatra Barat – Indonesia 27361.
Kegiatan program ini berdampak pada perubahan murid, guru, dan kepala sekolah secara luas, antara lain: (1) Murid, mereka mulai terbiasa menulis dan membudayakan literasi, bahkan di putaran ketiga P5 tema Kearifan Lokal, mereka berjanji juga akan menerbitkan buku kembali. Pada diri murid terwujud empat diantara enam dimensi Profil Pelajar Pancasila, antara lain Beriman dan Bertakwa pada Tuhan yang Esa serta berahlak mulia, Kreatif, Mandiri, dan Gotong Royong; (2) Guru, mereka membudayakan kolaborasi untuk membimbing murid dan termotivasi untuk ikut menulis; (3) Kepala Sekolah, menyambut baik dan memberikan
apresiasi terhadap penerbitan buku Antologi. Berharap bisa diikuti oleh semua murid, guru, dan warga SMA Negeri 1 Jombang
*) Profil Penulis
SEBUAH PROGRAM YANG BERPIHAK DAN BERPUSAT PADA SISWA. DIMANA SETIAP KELAS MENGHASILKAN SATU BUKU BER-ISBN.
PROGRAM “SUKA SAKU”
(SATU KELAS SATU BUKU)
Oleh KASERI *)
Learning Loss (ketertinggalan pembelajaran) dan Literacy Loss (ketertinggalan literasi) merupakan awal dampak terbesar dari pandemi COVID-19 yang berpengaruh pada sektor dunia pendidikan. Secara akademik, dua istilah ini dipakai secara bersamaan di masa pandemi dalam konteks hilangnya kapasitas murid yang diakibatkan oleh pandemi, yakni kehilangan kapasitas belajar.
Menulis menjadi sebuah alternatif untuk membangkitkan kembali kemampuan murid dalam mengejar ketertinggalan pembelajaran. Salah satu bentuk Implementasi Kurikulum Merdeka adalah penerapan Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5). Saya adalah salah satu dari Koordinator P5. Kelas yang saya ampuh adalah kelas X-4, X-5, dan X-6. Pada putaran kedua, tema yang diambil adalah Suara Demokrasi. Sub tema yang dipilih adalah Pemilihan Umum Presiden dan Wakil Presiden, Pemilihan Kepala Daerah Gubernur dan Wakil Gubernur, Pemilihan Kepala Daerah Bupati dan Wakil Bupati, Pemilihan Kepala Desa (Pilkades), Sidang Tahunan MPR, serta Sidang Paripurna DPR.
Untuk mengenal lebih jauh karakter pemilih di kampung, murid diberikan tugas untuk membuat cerita tentang “Kampung Halamanku”. Setiap murid wajib membuat cerita minimal 750 kata. Kumpulan cerita kemudian dijadikan satu menjadi karya buku Antologi berjudul “Ku Rindu Kampung Halamanku”. Projek ini melatih murid untuk membudayakan literasi di sekolah, sekaligus mewujudkan 4 diantara 6 dimensi Profil Pelajar Pancasila, antara lain Beriman dan Bertakwa pada Tuhan yang Esa serta berahlak mulia, Kreatif, Mandiri, dan Gotong Royong.
Tantangan yang saya hadapi saat melakukan program ini adalah (1) Budaya literasi di sekolah belum maksimal, akibatnya beberapa murid kelas X mengeluh harus jika harus menulis cerita minimal 750 kata; (2) Sebagian besar murid belum terbiasa menulis cerita, akibatnya beberapa murid menulis cerita tanpa menggunakan kaidah penulisan yang baik dan benar; (3) Beberapa murid tidak jujur, akibatnya hasil tulisan cerita tidak orisinil karyanya. Hal ini terbukti, saat di cek menggunakan aplikasi plagiasi online, ada karya yang menjiplak sekitar 80 – 100 %; (4) Kreatifitas belum muncul, akibatnya alur cerita masih belum sesuai dengan harapan.
Untuk menghadapi tantangan tersebut, beberapa langkah aksi yang saya lakukan adalah (1) Berkolaborasi dengan tim Literasi sekolah mengadakan kegiatan lomba menulis untuk membudayakan kebiasaan menulis murid kelas X;
(2) Berkolaborasi dengan tim jurnalistik sekolah mengadakan kegiatan Workshop Jurnalistik untuk memberikan bekal kaidah penulisan,
(3) Berkolaborasi dengan rekan-rekan guru agama, memberikan penguatan kepada murid bahwa berperilaku tidak jujur itu perbuatan yang tidak baik. Perbuatan itu jauh dari tujuan dimensi profil pelajar Pancasila, yaitu Beriman dan Bertakwa pada Tuhan yang Esa serta berahlak mulia; (4) Berkolaborasi dengan rekan-rekan guru Bahasa Indonesia, untuk memunculkan ide-ide kreatif dalam penulisan cerita; (5) Berkolaborasi dengan semua guru fasilitator Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5), untuk lebih sabar membimbing mereka.
Hasil dari aksi ini adalah murid mampu menulis cerita dan menerbitkan buku tentang “Kampung Halamanku”.
Setiap murid kelas X-4, X-5, dan X-6 mampu membuat cerita minimal 750 kata. Tiga karya buku Antologi ber-ISBN berjudul “Ku Rindu Kampung Halamanku” diterbitkan oleh PENERBIT SAGUSATAL INDONESIA, Perum Gardena Maisa 2 C.10, Koto Baru, Kecamatan Kubung, Kabupaten Solok, Provinsi Sumatra Barat – Indonesia 27361.
Kegiatan program ini berdampak pada perubahan murid, guru, dan kepala sekolah secara luas, antara lain: (1) Murid, mereka mulai terbiasa menulis dan membudayakan literasi, bahkan di putaran ketiga P5 tema Kearifan Lokal, mereka berjanji juga akan menerbitkan buku kembali. Pada diri murid terwujud empat diantara enam dimensi Profil Pelajar Pancasila, antara lain Beriman dan Bertakwa pada Tuhan yang Esa serta berahlak mulia, Kreatif, Mandiri, dan Gotong Royong; (2) Guru, mereka membudayakan kolaborasi untuk membimbing murid dan termotivasi untuk ikut menulis; (3) Kepala Sekolah, menyambut baik dan memberikan
apresiasi terhadap penerbitan buku Antologi. Berharap bisa diikuti oleh semua murid, guru, dan warga SMA Negeri 1 Jombang
*) Profil Penulis
Praktik baik Sebelum Direvisi
Elaborasi Praktik Baik
PROGRAM “SUKA SAKU”
(SATU KELAS SATU BUKU)
Oleh KASERI *)
Learning Loss (ketertinggalan pembelajaran) dan Literacy Loss (ketertinggalan literasi) merupakan awal dampak terbesar dari pandemi COVID-19 yang berpengaruh pada sektor dunia pendidikan. Secara akademik, dua istilah ini dipakai secara bersamaan di masa pandemi dalam konteks hilangnya kapasitas murid yang diakibatkan oleh pandemi, yakni kehilangan kapasitas belajar.
Menulis menjadi sebuah alternatif untuk membangkitkan kembali kemampuan murid dalam mengejar ketertinggalan pembelajaran. Salah satu bentuk Implementasi Kurikulum Merdeka adalah penerapan Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5). Saya adalah salah satu dari Koordinator P5. Kelas yang saya ampuh adalah kelas X-4, X-5, dan X-6. Pada putaran kedua, tema yang diambil adalah Suara Demokrasi. Sub tema yang dipilih adalah Pemilihan Umum Presiden dan Wakil Presiden, Pemilihan Kepala Daerah Gubernur dan Wakil Gubernur, Pemilihan Kepala Daerah Bupati dan Wakil Bupati, Pemilihan Kepala Desa (Pilkades), Sidang Tahunan MPR, serta Sidang Paripurna DPR.
Untuk mengenal lebih jauh karakter pemilih di kampung, murid diberikan tugas untuk membuat cerita tentang “Kampung Halamanku”. Setiap murid wajib membuat cerita minimal 750 kata. Kumpulan cerita kemudian dijadikan satu menjadi karya buku Antologi berjudul “Ku Rindu Kampung Halamanku”. Projek ini melatih murid untuk membudayakan literasi di sekolah, sekaligus mewujudkan 4 diantara 6 dimensi Profil Pelajar Pancasila, antara lain Beriman dan Bertakwa pada Tuhan yang Esa serta berahlak mulia, Kreatif, Mandiri, dan Gotong Royong.
Tantangan yang saya hadapi saat melakukan program ini adalah (1) Budaya literasi di sekolah belum maksimal, akibatnya beberapa murid kelas X mengeluh harus jika harus menulis cerita minimal 750 kata; (2) Sebagian besar murid belum terbiasa menulis cerita, akibatnya beberapa murid menulis cerita tanpa menggunakan kaidah penulisan yang baik dan benar; (3) Beberapa murid tidak jujur, akibatnya hasil tulisan cerita tidak orisinil karyanya. Hal ini terbukti, saat di cek menggunakan aplikasi plagiasi online, ada karya yang menjiplak sekitar 80 – 100 %; (4) Kreatifitas belum muncul, akibatnya alur cerita masih belum sesuai dengan harapan.
Untuk menghadapi tantangan tersebut, beberapa langkah aksi yang saya lakukan adalah (1) Berkolaborasi dengan tim Literasi sekolah mengadakan kegiatan lomba menulis untuk membudayakan kebiasaan menulis murid kelas X;
(2) Berkolaborasi dengan tim jurnalistik sekolah mengadakan kegiatan Workshop Jurnalistik untuk memberikan bekal kaidah penulisan,
(3) Berkolaborasi dengan rekan-rekan guru agama, memberikan penguatan kepada murid bahwa berperilaku tidak jujur itu perbuatan yang tidak baik. Perbuatan itu jauh dari tujuan dimensi profil pelajar Pancasila, yaitu Beriman dan Bertakwa pada Tuhan yang Esa serta berahlak mulia; (4) Berkolaborasi dengan rekan-rekan guru Bahasa Indonesia, untuk memunculkan ide-ide kreatif dalam penulisan cerita; (5) Berkolaborasi dengan semua guru fasilitator Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5), untuk lebih sabar membimbing mereka.
Hasil dari aksi ini adalah murid mampu menulis cerita dan menerbitkan buku tentang “Kampung Halamanku”.
Setiap murid kelas X-4, X-5, dan X-6 mampu membuat cerita minimal 750 kata. Tiga karya buku Antologi ber-ISBN berjudul “Ku Rindu Kampung Halamanku” diterbitkan oleh PENERBIT SAGUSATAL INDONESIA, Perum Gardena Maisa 2 C.10, Koto Baru, Kecamatan Kubung, Kabupaten Solok, Provinsi Sumatra Barat – Indonesia 27361.
Kegiatan program ini berdampak pada perubahan murid, guru, dan kepala sekolah secara luas, antara lain: (1) Murid, mereka mulai terbiasa menulis dan membudayakan literasi, bahkan di putaran ketiga P5 tema Kearifan Lokal, mereka berjanji juga akan menerbitkan buku kembali. Pada diri murid terwujud empat diantara enam dimensi Profil Pelajar Pancasila, antara lain Beriman dan Bertakwa pada Tuhan yang Esa serta berahlak mulia, Kreatif, Mandiri, dan Gotong Royong; (2) Guru, mereka membudayakan kolaborasi untuk membimbing murid dan termotivasi untuk ikut menulis; (3) Kepala Sekolah, menyambut baik dan memberikan
apresiasi terhadap penerbitan buku Antologi. Berharap bisa diikuti oleh semua murid, guru, dan warga SMA Negeri 1 Jombang
*) Profil Penulis
Jika Anda mengalami kendala dalam scrolling, scroll di luar dari area Live Chat yang berwarna hitam.