Pembelajaran Kontekstual dan Teknologi, Solusi Pelajar Gen Z
Menjadi seorang guru SMK pada zaman sekarang mempunyai banyak sekali tantangan. Adanya perbedaan generasi yang membuat kebiasaan dan gaya belajar yang berbeda. Pada umumnya, pelajar SMK termasuk dalam generasi Z. Pelajar Gen Z sangat melek teknologi karena Gen Z sangat mahir dalam penggunaan teknologi. Hal itu terjadi karena Gen Z terlahir pada saat era teknologi yang berkembang pesat
SMK Sehat Insan Perjuangan, sekolah tempat saya mengapdi sebagai guru fisika. Banyak hal yang harus saya lakukan untuk membuat siswa senang dengan pembelajaran fisika. Fisika merupakan mata pelajaran yang dianggap sulit dengan banyaknya perumusan dalam pembelajarannya. Siswa merasa bosan dengan pembelajaran yang bermodalkan ceramah dan mencatat saja. Siswa merasa menjadi alat penyalin buku tanpa mengerti apa yang ditulisnya. Apalagi terjadi pada generasi Z yang mana mereka mudah mengeluh dan mempunyai kecemasan yang tinggi pada materi yang sukar.
Pada masa setelah pandemi, saya merasa pembelajaran yang saya lakukan itu sudah tidak efektif. Padahal saya sudah mendesain pembelajaran dengan cara berkelompok, tanya jawab sampai model demonstrasi. Hasilnya masih saja ada beberapa siswa yang masih bingung dan bertanya ke saya “ Apakah manfaat belajar Fisika pak?”. Mendengar seperti itu saya sempat kecewa dan merasa apa yang saya sampaikan di kelas terasa sia – sia. Setelah menerima dengan Ikhlas bahwa cara mengajar saya belum efektif bagi siswa SMK terutama bagi Gen Z. Dimana pembelajaran saya yang konvensional belum sesuai dengan karakter Gen Z. Oleh karena itu, saya ingin merubah sistem pembelajaran saya sesuai dengan harapan mereka.
Dengan semangat diri, saya mengawali langkah saya dengan sharing bersama teman sejawat di sekolah. Saya menggali cerita tentang cara memotivasi siswa Gen Z dalam pembelajaran. Saya mengajak pak Sulianto guru agama islam di sekolah. Saya merasa Pak Sulianto merupakan guru favorit siswa dalam pembelajaran di kelas. Banyak metode pembelajaran yang bervariatif dalam pembelajarannya.
Saya memulai sharing dengan pertanyaan “ Bagaimana cara Pak Sulianto membuat pembelajaran di kelas itu menyenangkan “. Pak Sulianto mulai menceritakan dari awal perencanaan, kemudian mendesain pembelajaran sampai melakukan refleksi. Saya mendengarkan cerita dengan perasaan antusias sambil menulis hal – hal yang baik untuk pembelajaran saya. Kegiatan sharing ini berjalan dengan santai dan nyaman.
Adapun hasil yang saya dapatkan dari sharing bersama pak Sulianto adalah mendesain pembelajaran sesuai dengan karakteristik zaman dan kebutuhan siswa. Dengan diberlakukannya pilihan kurikulum merdeka pada tahun 2022 di SMK Sehat Insan Perjuangan yaitu kurikukum MANDIRI berubah. Perubahan kurikulum ini yang dulunya Kurikulum K13 menjadi kurikulum merdeka. Hal itu membuat saya memahami pembelajaran KURIKULUM merdeka dimana pembelajaran ini itu memerdekan guru dengan memperhatikan kodrat alam dan kodrat zaman siswa.
Saya melakukan pelatihan secara mandiri dari Platform Merdeka Mengajar untuk memahami peran guru dalam kurikulum merdeka. Saya belajar pembelajaran dari filosofi ki hajar dewantara, asesmen murid, mendesain pembelajaran yang bermakna dan banyak lagi pelatihan mandiri yang menginspirasi kita menjadi guru Merdeka yang inspiratif.
Saya mendesain pembelajaran fisika di kelas X menggunakan pembelajaran kontekstual dengan menggunakan model problem based leraning (PBL). Menurut saya, pembelajaran PBL sangat sesuai dengan konsep pembelajaran konstekstual karena menekankan kepada proses keterlibatan siswa secara penuh untuk dapat menemukan materi yang dipelajari dan menghubungkannya dengan situasi kehidupan nyata sehingga mendorong siswa untuk dapat menerapkannya dalam kehidupan mereka sendiri. Dalam pembelajaran pembelajaran kontekstal menekankan pada cara berpikir tingkat tinggi (high order thinking/HOT) pada identifikasi masalah, mengumpulkan informasi, melakukan eksperimen serta menganalisi dan menyimpulan informasi data dari berbagai sumber yang relavan.
Saya melakukan analisis karakteristik siswa dari tes diagnostik di Gform. Saya membagikan di awal pertemuan pada saat sesi pengenalan mata pelajaran fisika. Gform itu berisi isian singkat tentang kegemaran, kesiapan siswa dalam belajar fisika, media yang diminati dalam pembelajaran siswa sampai kebiasaan gaya belajar mereka. Saya mendapatkan hasil Gform bahwa siswa suka belajar dengan cara pratikum dengan materi yang nyata dengan di dukung teknologi pembelajaran.
Saya mulai membuat video motivasi belajar siswa secara kontekstual pada materi pengukuran. Materi pengukuran ini sangat penting karena materi ini berkaitan dengan mata pelajaran kejurun serta banyak penggunaannya di lingkungan sekitar. Saya membuat video motivasi secara mandiri karena saya ingin bisa membuat konsep yang sesuai keinginan saya. Dan aplikasi yang saya gunakan adalah toontastik sebagai bahan video dipadukan dengan aplikasi capcut sebagai editing dan penambahan suara sehingga video ini bisa menggambarkan kegiatan yang benar-benar terjadi di kehidupan siswa. Videonya menceritakan bahwa ada percakapan dua siswa di kelas, dimana salah satu siswa merasa kehilangan tutup botol nya sehingga temannya membantunya dengan cara mengukur diameter dan ketinggian tutup botol.
Sebagai pendukung pada pelajar Gen Z yang suka pada pembelajaran teknologi maka untuk post test saya mengunakan aplikasi wordwall yang tampilannya seperti game sehingga siswa akan tertarik dalam menyelesaikan post tesnya. Selanjutnya saya juga menggunakan hp sebagai sarana pembelajar siswa. Saya menggunakan aplikasi padlet sebagai ruang kolaborasi siswa. Dimana di aplikasi padlet saya akan membagikan media belajar siswa.
Pada saat pelaksanaan pembelajaran, saya tidak sabar untuk mengaplikasikan desain pembelajaran kontekstual kepada siswa saya. Saya membuka pembelajaran dengan mengucapkan salam, menyapa siswa serta menanyakan perasaan saat ini. Hal itu untuk membangun kedekatan dan chemistry saya dengan siswa. Kemudian saya melakukan apersepi materi dengan meminta 2 rewalan siswa untuk mengukur ketebalan koin dan buku. Saya pun mengajak siswa berdiskusi dengan tanya jawab terkait apersepsi tadi. Respon siswa sangat beraneka ragam. Kegiatan ini bisa menarik perhatian siswa karena kegiatan mengukur tadi dilakukan oleh teman mereka sendiri. Kemudian saya memaparkan tujuan pembelajaran pada materi ini.
Saya mengelompokkan siswa sesuai dengan kesiapan belajarnya. Saya membagikan LKPD dan media belajar. Saya juga memberikan kesempatan ke siswa menggunakan hp dalam belajar. Saya mengirimkan modul ajar dan LKPD di ruang kolaborasi padlet. Melalui ruang kolaborasi padlet siswa bisa menentukan media yang sesuai gaya belajar mereka.
Saya memberikan video motivasi pengukuran tutup botol di kelas sebagai permasalahan belajar. Video ini menceritakan tentang percakapan riki dan gigi di kelas. Gigi merasa sedih karena tutup botolnya hilang. Riki membantunya dengan cara membeli tutup botol di toko digital seperti di Shopee. Sebelum itu riki dan gigi harus bisa mengukur ketebalan dan ketinggian tutup botol itu. Dari video itu siswa bisa merumuskan bagaimana cara mengukur tutup botol gigi ?. Hipotesis yang bisa di ambil siswa yaitu menggunakan alat ukur jangka sorong.
Saya mengarahkan siswa untuk menyelesaikan LKPDnya secara berkelompok. Saya berkeliling membimbing penyelidikan yang dilakukan oleh tiap kelompok. Setiap siswa berkolaborasi melakukan eksperimen pengukuran pada tutup botol dan menyajikan hasilnya dalam kertas plano. Setiap kelompok melakukan presentasinya dan menyimpulkan bersama pembelajaran hari ini.
Saya memberikan post tes dalam bentuk soal pilihan ganda dengan menggunakan aplikasi word wall. Dari raut mukanya terlihat bahwa siswa sangat senang dengan tampilannya yang seperti game. Kemudian saya melakukan segitiga refleksi refeksi pembelajaran dengan menayakan setelah mengikuti pembelajaran ini, perasaan kalian bagaimana, memahami apa, mampu apa, sampai target selanjutnya apa. Respon siswa mengatakan menyenangkan, seru dan mudah memahaminya. Setelah melakukan pembelajaran hati saya terasa senang karena bisa membuat pembelajaran yang menyenangkan dan berkesan buat saya juga.
Dari pembelajaran itu, saya bisa mengerti apa saja yang diharapkan oleh siswa saya terutama pelajar Gen Z. Pelajar Gen Z lebih menyukai pembelajaran yang secara nyata dengan konsep penerapan kehidupan sehari-hari yang tertuang dalam pembelajaran kontesktual. Pelajar Gen Z juga terbiasa dengan teknologi sehingga saya pun menggunakan beberapa aplikasi dalam pembelajaran agar siswa tidak bosan. Dengan adanya integritas pembelajaran kontekstual dan teknologi dapat memotivasi belajar siswa dan menghasilkan pembelajaran yang bermakna pagi pelajar Gen Z.
Hal yang bisa dikembangkan dalam pembelajaran kontesktual ini dengan dilibatkan langsung dalam praktek lapangan pembelajaran. Siswa bisa mengetahui jelas pemanfaatan materi di kehidupan sehari-hari. Dengan konsep itu kita bisa memerdekakan siswa dalam pembelajaran fisika.
Memulai perubahan dalam pembelajaran pada pelajar Gen Z memang membingungkan. Terkadang kita tidak tahu apa langkah yang harus kita lakukan. Kita bisa memulai dengan memahami karaktersitik siswa selanjutnya perubahan kecil yang ada di kelas kita. Perubahan yang membuat nyaman siswa kita.
Profil Penulis
Nama Lengkap : Achmad Uzlul Rozik,S.Pd.
Jabatan : Guru Fisika SMK
Asal Instansi : SMK Sehat Insan Perjuangan
Nomor Hp : 0857-8474-8352
Akun Media Sosial : Instagram / Youtube