“PEMBELAJARAN BERDIFERENSIASI BERBASIS AKADEMIK FUNGSIONAL”
Oleh : Fais Zathur Rosida, S.Pd
SLB Matahati Banyuwangi
Latar Belakang
Tujuan Pendidikan nasional menurut UU No 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan nasional, pada pasal 3 menyatakan bahwa “Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab”.
Pendidikan khusus adalah pendidikan yang diperuntukkan bagi peserta didik yang mengalami hambatan baik fisik, mental dan sosial emosi, merupakan bagian integral dari sistem pendidikan nasional, memiliki tujuan yang sama dengan pendidikan pada umumnya yakni membangun kesadaran atas dirinya sebagai manusia dan lingkungannya.
Menurut data statistik, anak berkebutuhan khusus di Indonesia usia 5-19 tahun adalah 3,3% sedangkan jumlah penduduk pada usia tersebut adalah 66,6 juta jiwa. Dengan demikian jumlah anak berkebutuhan khusus usia 5 – 19 tahun pada 2021 berkisar 2.197.833 jiwa.
Anak berkebutuhan khusus memiliki tahap perkembangan yang berbeda-beda. Setiap anak memiliki kemampuan dan juga kesulitan pada area yang lain. Semua area perkembangan harus dipertimbangkan secara bersamaan untuk mendapat gambaran yang utuh sehingga kemampuannya dapat ditingkatkan serta membantu anak dalam mengatasi kesulitannya. Area perkembangan yang di maksud antara lain: Perkembangan Fisik, Sensori dan Motorik, perkembangan Kognisi dan Komunikasi, perkembangan Sosial dan Emosional serta perkembangan Bermain. Dengan demikian harapannya layanan Pendidikan yang diberikan dapat mengarahkan dan mempersiapka n peserta didik untuk memasuki kehidupan bermasyarakat.
Mempersiapkan peserta didik untuk bisa hidup di lingkungan masyarakat membutuhkan kompetensi adaptif untuk memfungsikan aspek-aspek pengetahuan akademik dengan paradigma akademik fungsional sehingga terbangun pembelajaran yang bermakna.
Oleh karena itu saya ingin berbagi praktik baik pembelajaran akademik fungsional yang telah kami lakukan di SLB Matahati yang menggunakan prinsip berpusat pada anak, fungsional, bermakna, alamiah, konsisten dan menyenangkan.
Pembelajaran menggunakan akademik fungsional bagi anak berkebutuhan khusus sangat penting karena setiap kegiatan yang dilakukan ataupun dipelajari harapannya bisa mempersiapkan anak untuk bisa hidup secara mandiri sesuai dengan kemampuannya. Dengan prinsip berpusat pada anak maka memahami peserta didik menjadi langkah awal sehingga bisa memberikan layanan pendidikan sesuai kebutuan masing-masing anak secara personal maupun kelompok yang sejalan dengan ruh merdeka belajar yakni Pendidikan berdiferensiasi.
Anak menjadi lebih mudah memahami pembelajaran karena fungsional dan bermakna bagi mereka, memahamkan konsep secara praktis. Selain itu juga dapat membangun kebiasaan baik dan internalisasi nilai tanpa paksaan sebab anak mengerti kegunaan dalam kehidupannya serta dilakukan dengan cara yang menyenangkan.
Adapun peran dan tanggung jawab pendidik dalam praktik baik ini antara lain:
- Fasilitator
Memberikan pelayanan Pendidikan yang membangun dan melibatkan peserta didik dalam prosesnya. Memandu peserta didik dalam belajar mulai dari menggali potensi dan memberikan pengalaman belajar yang sesuai dengan kebutuhan anak
- Katalisator
Sebagai penghubung antara harapan secara norma dengan kebutuhan peserta didik sehingga terjadi perkembangan dalam diri peserta didik. Sebagai penghubung antara kompetensi-kompetensi yang diharapkan dan kondisi serta kemampuan peserta didik.
- Mitra Orang Tua
Pendidik memposisikan diri sebagai mitra orang tua dalam memberikan layanan Pendidikan, mulai dari proses asesmen, perencanaan program pembelajaran hingga evaluasi belajar.
Tantangan
Tantangan memberikan layanan Pendidikan berbasis akademik fungsional ini antara lain:
- Anggapan bahwa belajar itu tentang matematika, Bahasa, ilmu pengetahuan. Dalam masyarakat Indonesia masih menganggap membaca adalah sekedar membunyikan huruf padahal sebenarnya membaca lebih luas dari itu, ketika anak mampu membaca lingkungan dan lain sebagainya.
- Masih adanya tuntutan prestasi yang berbentuk piala, sedangkan prestasi bagi kami adalah ketika anak melakukan hal yang lebih baik dari hari kemarin. Prestasi harusnya bukan hanya sekedar akademik dan olahraga tapi setiap anak memiliki prestasinya masing-masing sebab prestasi itu bukan melawan orang lain tapi mereka dengan diri mereka sendiri.
- Sistem Pendidikan di Indoensia yang masih menggunakan angka sebagai patokan. Padahal nilai dalam angka terlalu sempit untuk bisa menggambarkan kemampuan anak berkebutuhan khusus.
- Aksesibilitas
Meskipun Indonesia sudah menggalakkan inklusifitas tapi kita masih terus berupaya agar budaya inklusi ini menjadi hal yang biasa. Salah satunya adalah bagian aksesibilitas bagi anak berkebutuhan khusus, bukan hanya sekedar sarana prasarana tapi lebih kepada anggapan bahwa anak berkebutuhan khusus itu mampu melakukan sesuatu dengan cara yang berbeda. Seringnya yang menjadi hambatan bukan kondisi anak tapi lingkungan yang tidak mendukung dan memberikan akses bagi mereka. Sebagai salah satu contoh secara fisik untuk kursi roda masih menjadi persoalan yang perlu diselesaikan Bersama.
- Sumber daya manusia
Pemahaman terkait cara memandang anak berkebutuhan khusus. Masih banyak yang menganggap bahwa hambatan yang dimiliki anak berkebutuhan khusus akan bisa “sembuh” atau anggapan bahwa anak berkebutuhan khusus tidak mampu melakukan hal-hal seperti orang lain, anak berkebutuhan khusus akan terus hidup dilayani. Mindset seperti inilah yang menjadi tantangan bagi kami sebagai seornag pendidik. Proses memahamkan bahwa anak berkebutuhan khusus perlu diberi kesempatan untuk mandiri sesuai kemampuannya, mereka memiliki potensi yang perlu di dukung dan lain sebagainya.
Siapa saja yang terlibat dalam pelaksanaan praktik baik ini?
- Peserta didik
Peserta didik tentu menjadi titik pusat dalam layanan Pendidikan sebab merekalah yang akan benjadi subjek sekaligus objek dalam Pendidikan ini.
- Rekan guru
Rekan guru menjadi penting bagi saya untuk bisa bersama membangun ekosistem yang mendukung untuk memberikan pelajaran pembelajaran berbasis akademik fungsional.
- Kepala sekolah
Dengan kebijakan yang diberikan kepala sekolah atas kemerdekaan mengajar bagi guru di SLB Matahati membuat masing-masing kami sebagai pendidik bebas belajar dan menentukan layanan Pendidikan untuk anak yang dapat berguna mengembangkan peserta didik maupun diri kami pribadi sebagai seorang pendidik.
- Warga sekolah
Warga sekolah disini adalah tenaga kependidikan, bapak kebun dan ibu dapur yang menjadi bagian dari tim pembelajaran sebab dalam praktik layanan Pendidikan berbasis akademik fungsional ini butuh kerjasama semua orang yang ada di sekolah agar pelayanan dapat diberikan secara konsisten.
- Orang Tua
Orang tua menjadi titik poin sangat penting dalam pembelajaran bagi anak berkebutuhan khusus. Dengan pembelajaran berbasis akademik fungsional ini kami menekankan keberhasilan salah satunya pada konsistenitas dan pembiasaan yang linear antara sekolah dan rumah.
- Masyarakat sekitar sekolah dan rumah anak
Anak-anak pada akhirnya pasti akan kembali ke masyarakat oleh karena itu kami melibatkan masyarakat sekitar sekolah dan rumah sebagai miniature masyarakat yang lebih luas atas penerimaan dan menunjang tumbuh kembang anak.
- Komunitas
Komunitas terkait menjadi bagian dari orang-orang yang ikut terlibat dalam membangun Pendidikan bukan hanya bagi anak berkebutuhan khusus sebenarnya. Dalam praktik baik ini kami melibatkan beberapa kounitas yang sekiranya bisa mendukung diantaranya Rumah Literasi Indonesia, Jaringan Rumah Bca dan lain sebagainya.
- Pemerintah
Sekolah adalah sebuah instansi yang berada dalam naungan pemberintah. Keterlibatan pemerintah dengan kebijakannya melalui kurikulum merdeka sangat membantu kami dalam melaksanakan praktik baik ini. Sebab secara kebijakan kami terlindungi untuk mengembangkan inovasi dan kreatifitas sebagai pendidik.
Aksi
Salah satu kurikulum yang dikembangkan di sekolah saya adalah kurikulum fungsinonal. Kurikulum fungsional adalah keterampilan sehari-hari, suatu kurikulum yang kaya akan pengalaman dan keterampilan hidup. Keterampilan hidup mandiri dan menekankan keterampilan komunikasi dan sosial. Sebuah kurikulum yang diintegrasikan pada akademik. Kurikulum yang tentu tidak sama dengan sekolah reguler pada umumnya. Kurikulum fungsional membantu guru untuk mencipta ruang belajar yang berpusat pada anak. Adapun langkah-langkah yang perlu diperhatikan saat menggunakan kurikulum fungsional tersebut adalah (1) Identifikasi (2) Assesmen (3) Membuat Rancangan Pembelajaran (4) Evaluasi dan Refleksi
- Identifikasi
Identifikasi adalah proses awal yang akan kita lakukan untuk mengenali beragam gaya belajar anak yang kita temui. Proses yang bisa kita lakukan bisa melalui pengamatan dan wawancara. Pengamatan meliputi dua hal yakni pengamatan fisik dan perilaku. Pengamatan fisik, bisa kita lihat dari perbedaan bentuk anggota tubuh atau wajah, maupun ketidaklengkapan anggota tubuh. Sedangkan pengamatan perilaku, bisa kita amati melalui adanya pengecualian dari suatu perilaku umum saat individu sedang melakukan sestuatu. Sebuah perbedaan dari pengamatan yang kita temui bisa kita catat untuk pengecekan lebih dalam oleh ahli yang berkompeten melalui assesmen.
- Asesmen
Merupakan suatu proses pengumpulan informasi mengenai kemampuan dan kebutuhan anak secara komprehensif meliputi keterampilan sosial emosi, keterampilan binadiri, kemampuan komunikasi, kemampuan akademik, maupun kemampuan fungsional motorik dan sensorik. Dalam hal ini guru akan melakukan pengamatan langusng, wawancara orangtua, serta hasil diagnosa medis yang ada. Semua dilakukan secara alamiah dan dilakukukan secara berkala.
- Rancangan Pembelajaran
Hasil dari identifikasi dan asesmen adalah bahan acuan untuk membuat rancangan pembelajaran. Rancangan pembelajaran berbasis akademik fungsional lebih pada kegiatan/keterampilan sehari-hari. Guru akan mengambil tema yang dekat/berkaitan dengan bulan, hari, atau suatu peristiwa. Tema akan membantu untuk menentukan media apa yang akan digunakan dalam mencapai tujuan, pelaksanaan atau perwujudan proses belajar dan kegiatan sehari-hari.
- Evaluasi dan Refleksi
Hal ini menjadi penting, karena evaluasi menjadi tolak ukur dari efektif atau tidaknya suatu system/program pembelajaran yang diterapkan oleh setiap guru. Dan refleksi adalah suatu perbaikan yang terus akan dilakukan, tidak hanya pada murid, tapi setiap guru akan terus belajar untuk melakukan perbaikan kualitas diri sebagai pendidik.
Memperkuat praktik membangun konsep belajar dengan anak-anak berkebutuhan khusus, tanggung jawab proses pembelajaran berlangsung tidak hanya berpusat pada sekolah semata. Lingkungan keluarga (paling utama) dan masyarakat terus saling mengisi dan memperkokoh dalam membangun ekosistem belajar anak.
Sumber daya dan materi apa yang diperlukan?
Anak-anak belajar dari berbagai sumber yang sesuai dengan kebutuhan dan tahapan perkembangannya. Segala sumber belajar dapat memberikan anak berbagai pengetahuan dan pengalaman yang membentuk perkembangan anak sesuai dengan fitrahnya. Salah satu kegiatan pembelajaran berdiferensiasi berbasis akademik fungsional yang kami lakukan dengan tema “Aku Sehat” adalah membuat Jus Jambu Biji. Mulai dari mempersiapkan media pembelajaran, berkebun (memanen buah) di sekolah, berbelanja kebutuhan bahan untuk jus, dan mengolah jus dengan mandiri.
Anak-anak banyak belajar dari berbagai sumber.
- Berkebun (anak-anak belajar tentang konsep tumbuhan serta pemahaman anak tentang penerapan sains dalam kehidupan sehari)
- Berbelanja (memahamkan anak untuk mengenal konsep uang serta perkembangan interaksi sosial)
- Memasak (mengembangankan keterampilan anak dan melibatkan langsung proses pembuatan makanan)
Refleksi
Kegiatan pembelajaran berdiferensiasi berbasis akademik fungsional sangat efektif dipraktikkan dengan anak berkebutuhan khusus karena kebutuhan anak terlayani.
- Salah satu kegiatan yang membentuk karakter anak. Secara alamiah anak-anak belajar proses berbagi peran, tanggung jawab, serta kemandirian
- Anak-anak memiliki keterampilan untuk siap hidup dan memiliki kompetensi yang sesuai dengan minatnya
- Anak-anak memiliki kemampuan mengolah emosional dan ketampilan bersosial di lingkungan masyarakat sekitar rumah.
Salah satu indikator berhasilnya proses pembelajaran akademik fungsional adalah bagaimana anak-anak bisa memahami bahwa dari apa yang pelajari di sekolah, juga dilakukan di rumah dan dalam kegiatan sehari-hari. Komunikasi dua arah yang dibangun dengan orangtua adalah sebuah upaya untuk penghubung perkembangan anak.
Respon baik dari pihak keluarga anak adalah hal penting untuk keberlanjutan dari setiap proses belajar di sekolah.