Temu Pendidik Nusantara XII

Select Language

Pembelajaran Berbasis Proyek Anti Ribet, Memang Bisa?

Praktik baik Sebelum Direvisi

[revisi_terbaru]

Elaborasi Praktik Baik

Awal:

Penerapan project-based learning ini berangkat dari keresahan saya sebagai guru dimana pembelajaran IPA seringkali membosankan bagi murid. Dalam kata lain, pembelajaran IPA kurang relevan dengan kehidupan sehari-hari karena terlalu dominan guru berceramah dan bersumber terpusat dari buku paket saja. Murid menjadi kurang terlibat aktif dalam pembelajaran.

Tantangan:
Tentu saja, ada beberapa tantangan yang dihadapi. Pertama, menerapkan pembelajaran berbasis proyek membutuhkan waktu persiapan yang lebih supaya segala rangkaian pembelajaran tersebut dapat berjalan sesuai dengan tujuan belajar. Kedua, keterbatasan dana untuk membeli bahan dan alat dari sekolah. Pendanaan menjadi tantangan yang cukup besar terutama untuk beberapa sekolah yang memang secara fasilitas kurang memadai. Ketiga, perlunya penyesuaian alokasi jam pelajaran yang dibutuhkan untuk menerapkan pembelajaran berbasis proyek. Seperti yang diketahui, pembelajaran ini akan membutuhkan beberapa kali pertemuan dari perencanaan hingga evaluasi.

Aksi:
Mula-mula, guru memberikan pertanyaan pemantik terkait masalah sampah di sekitar murid. Kemudian, murid merumuskan masalah melalui lembar kerja yang sudah disediakan guru. Selanjutnya, murid merancang sebuah desain produk daur ulang berdasarkan masalah yang mereka temukan. Setelah itu, murid membuat berdasarkan desain mereka masing-masing, dan mempresentasikannya di depan kelas dan pameran sekolah.
Dalam menilai murid, guru membuat rubrik yang mencakup segala aspek dari perencanaan hingga evaluasi. Hal ini dikarenakan fokus dari pembelajaran berbasis proyek bukan pada hasil akhir proyek saja, melainkan proses inkuiri.

Perubahan:
Banyak sekali manfaat pembelajaran berbasis proyek yang dirasakan oleh murid. Mereka lebih peka terhadap lingkungan sekitar. Beberap murid mencermati masalah sampah di kantin sekolah, rumah, bahkan area rumah tetangganya. Selain itu, murid berani mengemukan pertanyaan kritis terkait masalah sampah di sekitar mereka. Ini menjadi langkah yang baik untuk mereka bisa lebih peka dan merespon isu-isu yang ada di dunia nyata terlebih dekat dengan mereka. Beberapa produk buatan murid sungguh diluar bayangan guru. Mereka bisa melampaui ekspektasi guru. Contohnya: celengan dari botol bekas, mesin otomatis untuk pakan burung dari botol bekas, kotak pencil dari kardus bekas, dispenser air dari botol dan sedotan bekas, hingga dekorasi bunga dari tutup botol. Ternyata, bila diberikan ruang untuk eksplorasi, murid berhasil mengembangkan potensi dirinya melalui pembelajaran berbasis proyek ini.

Jika Anda mengalami kendala dalam scrolling, scroll di luar dari area Live Chat yang berwarna hitam.