Temu Pendidik Nusantara XII

Select Language

Numerasi, Bukan Hanya Tanggung jawab Guru Matematika

Praktik baik Sebelum Direvisi

[revisi_terbaru]

Elaborasi Praktik Baik

Peristiwa gempa bumi yang mengguncang Cianjur November tahun lalu menyisakan luka terdalam bagi kami, khususnya di dunia Pendidikan. Bagaimana perasaan kami saat melaksanakan  pembelajaran di tenda darurat dengan penuh kecemasan dan rasa takut. Walapun peristiwa itu telah berlalu, namun murid perlu dibekali dengan pengetahuan mitigasi bencana yang baik. Kita tidak pernah tahu, kapan bencana itu akan datang kembali.

Rendahnya nilai numerasi di Rapor Pendidikan kami tahun sebelumnya pun menambah luka bagi kami, khususnya di SMP IT Al-Hanif. Numerasi yang berbanding terbalik dengan literasi seakan membuat guru eksak menjadi tersangka utama, terutama jika dibandingkan dengan nilai literasi yang kami raih. Berdasarkan hal tersebut, saya merasa tertantang untuk melakukan sesuatu sebagai bentuk tanggung jawab seorang guru. Pada akhirnya, saya melakukan penguatan numerasi di mata pelajaran yang saya ampu, bukan pelajaran matematika, bukan materi hitungan namun pada materi lapisan penyusun bumi, Litosfer, sub materi mitigasi bencana yang saya hubungkan dengan bencana gempa yang pernah dialami kami sebelumnya. Murid harus membuat desain Rumah Tahan Gempa (RTG) yang kuat nmaun dengan biaya seminim mungkin.

Tantangan yang saya hadapi adalah dalam membuat perencanaan pembelajaran, waktu, biaya dan kondisi lingkungan sekolah yang berbasis pesantren. Pada kondisi tersebut, kesempatan murid untuk keluar asrama sangat terbatas, sedangkan diperlukan alat dan bahan yang tidak tersedia di sekolah.

Untuk tantangan pertama, saya aktif mencari informasi dari berbagai sumber termasuk mempelajari topik-topik di Platform Merdeka Mengajar (PMM). Ternyata tidak mudah menyusun rencana pembelajaran yang mengintegrasikan  numerasi di luar matematika. Lembar kerja interaktif disusun sedetail mungkin. Harus pandai pula dalam mengatur waktu, baik itu diperencanaan maupun pada praktiknya di kelas sehingga terciptalah desain RTG yang diinginkan. Saya pun mengalami tantangan dengan kondisi murid yang 24 jam tinggal di asrama. Bagaimana mengatur antusias murid yang begitu tinggi namun terkendala dengan aturan. Saya pun mengarahkan mereka untuk mencari jalan keluar sendiri tanpa harus melanggar aturan pesantren.

Banyak perubahan atau pembelajaran yang terjadi di kelas. Pada proses pembelajaran, saya menetapkan krtiteria untuk RTG yang dibuat murid. Murah dan kuat. Murid merancang pembiayaan desain rumahnya dengan harga seminim mungkin, hanya boleh menggunakan sedotan dan selotip bening dengan harga tertentu yang saya berikan. Setelah desain RTG-nya selesai, rancangan rumah diuji dengan alat yang saya buat dan buku sebagai patokan beban yang diberikan terhadap RTG-nya. Bukan hanya murah, namun tidak roboh Ketika diuji. Pada saat itu saya melihat semangat mereka, perjuangannya, antusias dan ekspresi Bahagia saat desainnya diuji. Bahkan di akhir pembelajaran ada yang ingin menjadi arsitek karena terinspirasi dari kegiatan pembelajaran saat itu. Sebuah rumah tidak akan berdiri kokoh tanpa perhitungan yang yang tepat, disitulah murid belajar numerasi. Penguatan numerasi bukan hanya menjadi tanggung jawab guru matematika, saya hanya memberi contoh agar guru lain juga melakukan hal yang sama. Alhamdulillah, dengan upaya dari seluruh unsur warga sekolah, nilai numerasi kami di tahun ini capaian naik 124,97% dari tahun 2022.

Jika Anda mengalami kendala dalam scrolling, scroll di luar dari area Live Chat yang berwarna hitam.