Temu Pendidik Nusantara XII

Select Language

Model Pembelajaran Teaching Factory

Praktik baik Sebelum Direvisi

[revisi_terbaru]

Elaborasi Praktik Baik

Proses pembelajaran model TeFa utamanya dilakukan di sekolah dalam jam belajar yang telah ditentukan, diatur berdasarkan kurikulum yang berlaku. Produk TeFa adalah barang dan atau layanan jasa yang dibutuhkan masyarakat dan bernilai ekonomi. Jika permintaan masyarakat termasuk DUDI terhadap pemanfaatan produk TeFa meningkat, pembelaajran TeFa bisa dilakukan dengan menaikkan volume produk atau dilakukan di ruang lain yang dipersiapkan secara khusus dan atau di DUDI mitra. Karena TeFa merupakan model pembelajaran berbasis produksi, maka waktu pembelajaran praktik pembuatan barang dan penyelesaian layanan jasa riil secara utuh harus ditata secara kontinyu (berkelanjutan atau tidak terputus) dalam bentuk “sistem blok” sesuai jumlah waktu yang dibutuhkan, dengan merekayasa komposisi dan alokasi waktu yang ada dalam kurikulum. Jika TeFa dilaksanakan berdasarkan kemitraan dengan DUDI, penataan waktu harus mengikuti kesepakatan yang telah disetujui bersama. Pengaturan waktu pembelajaran dapat ditata secara harian, mingguan, bulanan dan atau periode waktu tertentu atau kombinasi lainnya yang ditata berdasarkan kajian dengan memperhatikan jumlah peserta didik dan rombongan belajar, jumlah guru produktif, sarana dan prasarana yang tersedia serta jumlah dan jenis barang dan atau layanan jasa yang harus diselesaikan.

Tantangan yang saya dan team hadapi pada pelaksanaan TEFA ini adalah sarana dan prasarana sekolah yang belum memadai sesuai standar industri dan kemajuan teknologi yang serba cepat, tetapi saya dan team tidak pernah putus dan tetap semangat dan menyerah begitu saja karena kita juga dapat dukungan penuh oleh Ibu Kepala Sekolah untuk berusaha selalu melengkapi satu persatu alat dan bahan yang ada di jurusan Teknik Elektronika dan guru-guru dijurusan jika ada rezeki selalu melebihkan dan menyisihkan sebagian untuk mengadakan proses pembelajaran TEFA ini. Saya sangat bersyukur juga karena mendapat dukungan penuh oleh team saya jika dilihat dari kemampuan keadaan sekolah kita yang cukup jauh dibandingkan dengan sekolah-sekolah modern yang telah berjalan TEFAnya dengan income yang luar biasa. Saya tetap bersyukur dengan tujuan awal berdiri TEFA setidaknya siswa-siswa saya telah mempunyai keterampilan yang bisa di aplikasikan di lingkungan tempat tinggalnya dan bisa dengan mandiri untuk mempunyai jiwa wirausaha nantinya.

Tantangan berikutnya adalah kita berpacu dengan kemajuan teknologi yang berkembang begitu cepat, jadi saya dan team beserta siswa harus lebih cepat mengikuti dan mengupgrade ilmu sesuai dengan teknologi saat ini dan saya beserta team juga bekerjasama dengan Dunia Usaha dan Dunia Industri (DUDI) untuk selalu belajar menjadi Matching kurikulum dan proses pembelajaran dengan Dunia Usaha dan Dunia Industri (DUDI).

Langkah-langkah saya dan team menghadapi tantangan ini adalah dengan selalu bekerjasama dengan semua stakeholder jurusan, sekolah dan DUDI. Jika tidak ada bahan praktek habis pakai kita selalu bekerjasama dengan sebuah bengkel dan toko yang menjual sparepart yang menjadi mitra kita. Setiap akhir minggu ke 2 kita juga rapat dijurusan membahas apa-apa yang perlu kita benahi dalam TEFA ini dan mencari jalan keluar bagaimana order dari masyarakat atau sekolah selalu bagus dan konsumen merasa puas dan siswa-siswi kita selalu senang bekerja dalam mempraktekkan kompetensi yang telah mereka dapat. Saya dan team juga terus membuat laporan kegiatan dari proses berjalannya TEFA. Pengkondisan ruang praktik dan lingkungan diutamakan/difokuskan pada penataan fasilitas sekolah yang ada. Pengembangan atau peningkatan fasilitas dan atau sarana prasarana hanya bersifat memenuhi dan atau Panduan Pelaksanaan Teaching Factory melengkapi kekurangan dari yang sudah ada, dengan maksud agar TeFa dapat diselenggarakan dalam situasi dan kondisi standar DUDI.

Pelaksanaan TeFa di SMK menuntut kesiapan sumber daya manusia sekolah terutama perubahan pola pikir, perilaku, dan budaya kerja di sekolah menjadi seperti yang ada dan terjadi di DUDI. Seluruh warga sekolah harus menyesuaikan diri terhadap ekosistem sekolah yang baru, khususnya kemampuan berinteraksi dan bersinergi dengan DUDI melalui ikatan kemitraan strategis dalam melaksanakan dan mengembangkan TeFa termasuk dengan masyarakat yang memanfaatkan produk. Perubahan dari aksi nyata yang paling dirasakan setelah melakukan proses pembelajaran dengan model Teaching Factory adalah keinginan siswa saya dalam meningkatkan kompetensi dirinya dan meningkatnya karakter jiwa wirausaha. Selama ini siswa saya hanya ingin belajar dengan guru saja tanpa mengasah keterampilan yang mereka punya, tetapi setelah adanya proses pembelajaran Teaching Factory mereka sudah mampu untuk mengasah keterampilan sendiri, baik itu kompetensi pengetahuan, keterampilan dan yang tidak kalah pentingnya juga kompetensi untuk memiliki karakter yang berbudi pekerti, sopan santun dalam melayani pelanggan yang awalnya karena sebuah keterpaksaan menjadi siswa yang sudah mampu berkomunikasi dengan baik, santun, tegas serta menulis segala masukan positif maupun negatif.

Jika Anda mengalami kendala dalam scrolling, scroll di luar dari area Live Chat yang berwarna hitam.