Merancang Pembelajaran Kolaboratif
Pandemi membawa sejuta cerita. Kisah jungkir balik beradaptasi yang kemudian melahirkan inovasi di berbagai sektor profesi tak terkecuali pendidikan. Guru yang survive memanfaatkan momentum tersebut untuk mengubah mindset dan gaya mengelola kelas dengan mengkreasikan pembelajaran. Ada kebahagiaan mampu melewati fase tersebut sekaligus “memetik” kekagetan pasca pandemi dengan adanya learning loss. Tak bisa dinafikan learning loss ini meninggalkan jejak kikisnya karakter siswa, kecuekan, hilangnya empati, meremehkan masa depan menjadi sisi koin yang dibaliknya terdapat kreativitas anak muda, keberanian mencoba hal baru, dan mudahnya membangun relasi. Dari perjalanan tersebut lahirlah sebuah kesinambungan bahwa “keasikan” tersebut tak boleh berakhir begitu saja.
Tantangan yang dihadapi tentu saja tidak mudah. Jika biasanya pengembangan diri hanya mengandalkan dari undangan instansi terkait, kini mulai dari belajar mandiri berbagai platform pembelajaran, menguji coba, menyesuaikan dengan mata pelajaran, membuatnya diminati, dan bisa dilakukan dengan bahan seminimal mungkin. Belum lagi jika konsep awal belum dikuasai siswa dengan baik tentu saja permainan ini dapat menjadi alat bantu namun kemudian dengan segera terlupakan. Jadi mengkonstruk pemahaman siswa terhadap elemen Al-Qur’an yang biasanya full mentor dan tutor sebaya, sekarang menjadi bisa diotak atik sendiri. Tantangan selanjutnya adalah menjadikan ini drag and drop, membuatnya menjadi game animasi yang bisa dikerjakan mandiri tanpa harus kerja tim di sekolah menjadi PR tersendiri ke depannya.
Aksi; sebagai survivor pandemi, membuat satu bahan ajar kemudian berhasil memberi pengalaman belajar kepada siswa menjadi sebuah kekuatan tersendiri. Ternyata ada seni dan kecanduannya dalam menyusun, mengembangkan, dan menyesuaikan dengan karakteristik mapel terutama elemen Al-Qur’an yang biasanya muaranya hanya membaca ayat dan setoran hafalan, kali ini disisipi berbagai maam aktivitas. Penulis pernah membuat flashcard ayat agar siswa bisa menjodohkan, puzzle ayat dimana siswa kagum bahwa mapel PAI bisa juga seenak dan ga se-stress biasanya, dan yang sekarang adalah sticker tajwid dimana siswa yang sudah mahir dapat membantu siswa yang mulai berkembang namun tak nampak mendominasi. Hal tersebut akan memunculkan nalar kritis, kerja sama, saling mendukung, dan berbagai.
Perubahan yang nampak tentu saja ketertarikan siswa kepada mata pelajaran yang biasanya hanya doktrin, LKPD, diskusi, kini disisipi game yang tidak menguras energi untuk berpikir. Bukan perolehan nilai yang penting namun pemahaman akan pentingnya belajar tajwid agar kemampuan membaca yang sudah bagus dapat tervalidasi menjadi penting untuk dilakukan siswa.
Merancang Pembelajaran Kolaboratif
Pandemi membawa sejuta cerita. Kisah jungkir balik beradaptasi yang kemudian melahirkan inovasi di berbagai sektor profesi tak terkecuali pendidikan. Guru yang survive memanfaatkan momentum tersebut untuk mengubah mindset dan gaya mengelola kelas dengan mengkreasikan pembelajaran. Ada kebahagiaan mampu melewati fase tersebut sekaligus “memetik” kekagetan pasca pandemi dengan adanya learning loss. Tak bisa dinafikan learning loss ini meninggalkan jejak kikisnya karakter siswa, kecuekan, hilangnya empati, meremehkan masa depan menjadi sisi koin yang dibaliknya terdapat kreativitas anak muda, keberanian mencoba hal baru, dan mudahnya membangun relasi. Dari perjalanan tersebut lahirlah sebuah kesinambungan bahwa “keasikan” tersebut tak boleh berakhir begitu saja.
Tantangan yang dihadapi tentu saja tidak mudah. Jika biasanya pengembangan diri hanya mengandalkan dari undangan instansi terkait, kini mulai dari belajar mandiri berbagai platform pembelajaran, menguji coba, menyesuaikan dengan mata pelajaran, membuatnya diminati, dan bisa dilakukan dengan bahan seminimal mungkin. Belum lagi jika konsep awal belum dikuasai siswa dengan baik tentu saja permainan ini dapat menjadi alat bantu namun kemudian dengan segera terlupakan. Jadi mengkonstruk pemahaman siswa terhadap elemen Al-Qur’an yang biasanya full mentor dan tutor sebaya, sekarang menjadi bisa diotak atik sendiri. Tantangan selanjutnya adalah menjadikan ini drag and drop, membuatnya menjadi game animasi yang bisa dikerjakan mandiri tanpa harus kerja tim di sekolah menjadi PR tersendiri ke depannya.
Aksi; sebagai survivor pandemi, membuat satu bahan ajar kemudian berhasil memberi pengalaman belajar kepada siswa menjadi sebuah kekuatan tersendiri. Ternyata ada seni dan kecanduannya dalam menyusun, mengembangkan, dan menyesuaikan dengan karakteristik mapel terutama elemen Al-Qur’an yang biasanya muaranya hanya membaca ayat dan setoran hafalan, kali ini disisipi berbagai maam aktivitas. Penulis pernah membuat flashcard ayat agar siswa bisa menjodohkan, puzzle ayat dimana siswa kagum bahwa mapel PAI bisa juga seenak dan ga se-stress biasanya, dan yang sekarang adalah sticker tajwid dimana siswa yang sudah mahir dapat membantu siswa yang mulai berkembang namun tak nampak mendominasi. Hal tersebut akan memunculkan nalar kritis, kerja sama, saling mendukung, dan berbagai.
Perubahan yang nampak tentu saja ketertarikan siswa kepada mata pelajaran yang biasanya hanya doktrin, LKPD, diskusi, kini disisipi game yang tidak menguras energi untuk berpikir. Bukan perolehan nilai yang penting namun pemahaman akan pentingnya belajar tajwid agar kemampuan membaca yang sudah bagus dapat tervalidasi menjadi penting untuk dilakukan siswa.
Praktik baik Sebelum Direvisi
Elaborasi Praktik Baik
Pandemi membawa sejuta cerita. Kisah jungkir balik beradaptasi yang kemudian melahirkan inovasi di berbagai sektor profesi tak terkecuali pendidikan. Guru yang survive memanfaatkan momentum tersebut untuk mengubah mindset dan gaya mengelola kelas dengan mengkreasikan pembelajaran. Ada kebahagiaan mampu melewati fase tersebut sekaligus “memetik” kekagetan pasca pandemi dengan adanya learning loss. Tak bisa dinafikan learning loss ini meninggalkan jejak kikisnya karakter siswa, kecuekan, hilangnya empati, meremehkan masa depan menjadi sisi koin yang dibaliknya terdapat kreativitas anak muda, keberanian mencoba hal baru, dan mudahnya membangun relasi. Dari perjalanan tersebut lahirlah sebuah kesinambungan bahwa “keasikan” tersebut tak boleh berakhir begitu saja.
Tantangan yang dihadapi tentu saja tidak mudah. Jika biasanya pengembangan diri hanya mengandalkan dari undangan instansi terkait, kini mulai dari belajar mandiri berbagai platform pembelajaran, menguji coba, menyesuaikan dengan mata pelajaran, membuatnya diminati, dan bisa dilakukan dengan bahan seminimal mungkin. Belum lagi jika konsep awal belum dikuasai siswa dengan baik tentu saja permainan ini dapat menjadi alat bantu namun kemudian dengan segera terlupakan. Jadi mengkonstruk pemahaman siswa terhadap elemen Al-Qur’an yang biasanya full mentor dan tutor sebaya, sekarang menjadi bisa diotak atik sendiri. Tantangan selanjutnya adalah menjadikan ini drag and drop, membuatnya menjadi game animasi yang bisa dikerjakan mandiri tanpa harus kerja tim di sekolah menjadi PR tersendiri ke depannya.
Aksi; sebagai survivor pandemi, membuat satu bahan ajar kemudian berhasil memberi pengalaman belajar kepada siswa menjadi sebuah kekuatan tersendiri. Ternyata ada seni dan kecanduannya dalam menyusun, mengembangkan, dan menyesuaikan dengan karakteristik mapel terutama elemen Al-Qur’an yang biasanya muaranya hanya membaca ayat dan setoran hafalan, kali ini disisipi berbagai maam aktivitas. Penulis pernah membuat flashcard ayat agar siswa bisa menjodohkan, puzzle ayat dimana siswa kagum bahwa mapel PAI bisa juga seenak dan ga se-stress biasanya, dan yang sekarang adalah sticker tajwid dimana siswa yang sudah mahir dapat membantu siswa yang mulai berkembang namun tak nampak mendominasi. Hal tersebut akan memunculkan nalar kritis, kerja sama, saling mendukung, dan berbagai.
Perubahan yang nampak tentu saja ketertarikan siswa kepada mata pelajaran yang biasanya hanya doktrin, LKPD, diskusi, kini disisipi game yang tidak menguras energi untuk berpikir. Bukan perolehan nilai yang penting namun pemahaman akan pentingnya belajar tajwid agar kemampuan membaca yang sudah bagus dapat tervalidasi menjadi penting untuk dilakukan siswa.
Jika Anda mengalami kendala dalam scrolling, scroll di luar dari area Live Chat yang berwarna hitam.