Mengajar di SMK dengan kegiatan praktek yang bervariasi membuat murid kadang bermasalah sosial emosionalnya. Mereka memiliki emosi yang labil (moodswing), tidak konsentrasi, cemas, kelelahan dan bingung. Mereka juga sering bermalasan, cenderung menghibur diri dengan bermain sosmed/ HP di kelas dan kurang termotivasi (kurang memiliki growth and powerful mindset). Hal ini mempengaruhi pembelajaran saya di kelas yang saya ajar khususnya di jam-jam terakhir.
Lalu saya menerapkan model Superitem dalam menangani karakter murid. Model Superitem adalah model penanganan masalah secara bertingkat atau berjenjang, dari masalah sederhana hingga komplek berupa pemecahan masalah. Penanganan seperti ini memudahkan guru mengikuti perkembangan murid. Diharapkan, murid yang belum terinternalisasi atau belum memiliki kesadaran akan pentingnya nilai karakter positif sebagai pelajar Pancasila dapat berubah kearah yang lebih baik. ( Ref : Panduan Manajemen Perilaku Siswa / Sue Cowley )
Pertama, kita deteksi dan identifikasi akar masalah atau penyebab masalah sosial emosional yang mereka alami dengan cara wawancara. Kemudian, dilakukan pengelompokkan berdasarkan pemicu masalah. Setelah ditelusuri, ternyata akar masalah yang mereka hadapi berasal dari keluarga, sekolah dan masyarakat. Jadi, murid dibagi kedalam tiga kelompok.
Lalu, Setiap kelompok menuliskan 20 masalah yang mereka alami lalu menuliskan sikap/ perilaku positif yang seharusnya. Semuanya ditulis dalam setiap kolom di Lembar Kerja Kelompok (LKK) yang telah disediakan guru. 20 masalah tersebut berdasarkan pengalaman setiap anggota kelompok yang membuat karakter mereka bermasalah.
Hasil diskusi kelompok dibaca bersama-sama, kemudian perilaku positif di kolom tersebut disalin oleh masing-masing individu di kelompok tersebut di lembar LKS. Setiap hari mereka harus menghitung prosentase karakter positif dengan cara jumlah nilai karakter positif dibagi jumlah keseluruhan karakter ( 20 ) dan menuliskan nomor karakter yang masih menjadi hambatan di kolom yang tersedia.
Guru mengamati perkembangan karakter murid secara sistematis, lalu mengevaluasi tingkat keberhasilan berdasarkan LKK, LKS dan Lembar Penilaian Sikap. Indikatornya berdasarkan penilaian kuantitatif (minimal 90 % capaian karakter positif setiap murid ) dan kualitatif dari interview (nilai sikap kategori telah berkembang untuk seluruh murid). Treatment diberikan setiap akhir minggu seperti pemutaran video motivasi, sharing dan pemberian stimulus.
Terakhir, Guru merefleksi kekurangan dan kelebihan model Superitem untuk pelaksanaan di masa yang akan datang. Refleksi di lakukan dengan tanya jawab tentang perasaan dan perubahaan karakter yang terjadi (dirasakan) pada setiap murid. Guru juga meneliti tingkat keberhasilan model Superitem.
Model Superitem dilaksanakan dalam 3 minggu ( Minggu pertama untuk menanamkan pola pikir, kedua membiasakan pola sikap dan ketiga mengubah pola sikap menjadi budaya). Di akhir minggu, diberi Feedback pembelajaran Karakter dan quotes di LKS. Hal ini bertujuan meningkatkan kesadaran mengelola emosi, memahami rantai pikiran yang mempengaruhi perasaan dan berdampak pada perilaku. Dari refleksi, seluruh murid puas dan karakter baik meningkat 100 %.
Setelah mereka mempraktekkan secara konsisten, sosial emosional sebagian besar murid telah membudaya yaitu murid secara proaktif dan konsisten menerapkan nilai karakter positif sebagai pelajar Pancasila. Mereka menjadi semangat belajar, dapat berkonsentrasi di kelas dengan baik dan termotivasi. Dampak bagi Sekolah, tingkat murid membolos, datang terlambat dan ijin berkurang. Mereka semakin tertib dan disiplin.