Praktik baik yang melibatkan kepercayaan kepada siswa. Memberinya kesempatan untuk memanfaatkan hal yang disukai menjadi salah satu bakat barunya.
Praktik baik yang melibatkan kepercayaan kepada siswa. Memberinya kesempatan untuk memanfaatkan hal yang disukai menjadi salah satu bakat barunya.
Sebagai seorang guru di pendidikan inklusi yang membersamai siswa-siswa spesial, tugas utama saya tentunya mengajarkan kecakapan hidup, kompetensi akademik dan manajemen emosi kepada mereka. Namun sering terbesit pertanyaan dalam pikiran saya tentang bagaimana menemukan bakat siswa-siswa spesial dan mengasahnya. Terlebih siswa yang saya tangani saat itu adalah siswa yang sudah remaja. Menemukan dan mengasah bakat tentu perlu dilakukan untuk persiapan keterampilan hidupnya saat dewasa nanti.
Siswa yang saya dampingi bernama Rasyid dan berusia 15 tahun. Dia adalah siswa yang sangat menyukai video kartun dinosaurus dan babybus. Rasyid sudah melek teknologi dan selalu membawa gawai setiap hari sehingga jika ada waktu istirahat maka dia akan menonton video-video kartun kesukaannya di laptop miliknya. Kami para guru tentu sudah mencoba mengarahkan Rasyid untuk menonton video lain karena kartun dinilai sudah tidak sesuai dengan usianya. Namun tentu saja hal ini tidak mudah karena Rasyid tidak bisa semudah itu meninggalkan kartun yang sangat disukainya, apalagi konten kartun memang lebih mudah dicerna oleh anak berkebutuhan khusus. Sehingga muncul sebuah dilema terkait hal ini. Haruskan kami minta Rasyid berhenti menonton kartun? Jika iya maka apa tontonan alternatifnya? Jika tidak maka pendampingan seperti apa yang harus dilakukan?
Saat itu saya mengampu program Social Studies Functional dan Relationship untuk Rasyid. Tujuan pembelajaran Rasyid kebetulan tentang hobi dan bakat, sehingga saya sudah merencanakan talent show sebagai projek sumatif untuknya. Rasyid sudah dikenal dengan hobi dan bakatnya dalam menggambar khususnya tentang dinosaurus dan dia sudah pernah melakukan pameran terkait itu. Saya berpikir mungkin ada baiknya jika saya bisa menemukan bakatnya yang lain. Pada beberapa kesempatan saya mencoba mengamati Rasyid saat dia asyik menonton video kartun dan dia sering menirukan dialog karakter kartun dengan intonasi yang berbeda-beda. Muncul ide saya untuk mengenalkan dia dengan sulih suara atau dubbing.
Saya mulai mengenalkan tentang apa itu dubbing, profesi dubber dan proses dubbing. Saya jelaskan bahwa di sebuah video kartun yang karakternya bisa berbicara, suara tersebut diisi oleh dubber atau pengisi suara. Usianya dubber bermacam-macam mulai anak kecil, remaja hingga dewasa. Saya mencoba memberi tantangan bahwa Rasyid boleh menonton kartun asal tidak hanya menonton tapi juga bisa coba menjadi pengisi suara. Rasyid pun setuju dan mau menerima tantangan dari saya. Pada saat itu pembelajaran masih dilakukan secara daring sehingga semua proses ini dilakukan melalui zoom. Pertama, saya meminta Rasyid untuk mencari video kartun yang dia suka dan mengganti nama karakter sesuai keinginannya. Lalu saya bertugas untuk mengedit beberapa dialog yang rumit untuk bisa disesuaikan dengan kemampuan Rasyid. Perekaman dilakukan per dialog dengan beberapa kali pengulangan. Saya sangat mengapresiasi Rasyid yang begitu fokus dalam proses ini, bahkan sampai dia terbatuk-batuk karena perlu banyak bicara tidak menyurutkan semangatnya untuk memberikan yang terbaik. Sesi belajar 80 menit kami selesai tepat dengan selesainya perekaman semua dialog. Kemudian saya edit video tersebut dan meminta feedback dari rekan sesama guru. Langkah terakhir sebelum mengunggah video tersebut ke youtube adalah meminta persetujuan dari orang tua Rasyid dan ternyata projek dubbing ini disambut hangat oleh kedua orang tuanya. Video pun saya unggah dan beberapa orang meninggalkan jejak positif di kolom komentar. Rasyid juga saya libatkan untuk membaca komentar-komentar tersebut dan membalasnya. Secara keseluruhan saya bersyukur bahwa dengan projek ini bisa menemukan bakat Rasyid yang lain dan tentunya membangun pemahamannya lebih kuat terkait hobi dan bakat. Saya percaya dengan mengamati dan mencoba memahami murid akan memunculkan pembelajaran yang berpihak pada murid. Tentunya hal ini mengantarkan murid pada pembelajaran yang bermakna dan membuat saya untuk terus belajar memahami kebutuhan murid yang berbeda-beda.
Praktik baik yang melibatkan kepercayaan kepada siswa. Memberinya kesempatan untuk memanfaatkan hal yang disukai menjadi salah satu bakat barunya.
Sebagai seorang guru di pendidikan inklusi yang membersamai siswa-siswa spesial, tugas utama saya tentunya mengajarkan kecakapan hidup, kompetensi akademik dan manajemen emosi kepada mereka. Namun sering terbesit pertanyaan dalam pikiran saya tentang bagaimana menemukan bakat siswa-siswa spesial dan mengasahnya. Terlebih siswa yang saya tangani saat itu adalah siswa yang sudah remaja. Menemukan dan mengasah bakat tentu perlu dilakukan untuk persiapan keterampilan hidupnya saat dewasa nanti.
Siswa yang saya dampingi bernama Rasyid dan berusia 15 tahun. Dia adalah siswa yang sangat menyukai video kartun dinosaurus dan babybus. Rasyid sudah melek teknologi dan selalu membawa gawai setiap hari sehingga jika ada waktu istirahat maka dia akan menonton video-video kartun kesukaannya di laptop miliknya. Kami para guru tentu sudah mencoba mengarahkan Rasyid untuk menonton video lain karena kartun dinilai sudah tidak sesuai dengan usianya. Namun tentu saja hal ini tidak mudah karena Rasyid tidak bisa semudah itu meninggalkan kartun yang sangat disukainya, apalagi konten kartun memang lebih mudah dicerna oleh anak berkebutuhan khusus. Sehingga muncul sebuah dilema terkait hal ini. Haruskan kami minta Rasyid berhenti menonton kartun? Jika iya maka apa tontonan alternatifnya? Jika tidak maka pendampingan seperti apa yang harus dilakukan?
Saat itu saya mengampu program Social Studies Functional dan Relationship untuk Rasyid. Tujuan pembelajaran Rasyid kebetulan tentang hobi dan bakat, sehingga saya sudah merencanakan talent show sebagai projek sumatif untuknya. Rasyid sudah dikenal dengan hobi dan bakatnya dalam menggambar khususnya tentang dinosaurus dan dia sudah pernah melakukan pameran terkait itu. Saya berpikir mungkin ada baiknya jika saya bisa menemukan bakatnya yang lain. Pada beberapa kesempatan saya mencoba mengamati Rasyid saat dia asyik menonton video kartun dan dia sering menirukan dialog karakter kartun dengan intonasi yang berbeda-beda. Muncul ide saya untuk mengenalkan dia dengan sulih suara atau dubbing.
Saya mulai mengenalkan tentang apa itu dubbing, profesi dubber dan proses dubbing. Saya jelaskan bahwa di sebuah video kartun yang karakternya bisa berbicara, suara tersebut diisi oleh dubber atau pengisi suara. Usianya dubber bermacam-macam mulai anak kecil, remaja hingga dewasa. Saya mencoba memberi tantangan bahwa Rasyid boleh menonton kartun asal tidak hanya menonton tapi juga bisa coba menjadi pengisi suara. Rasyid pun setuju dan mau menerima tantangan dari saya. Pada saat itu pembelajaran masih dilakukan secara daring sehingga semua proses ini dilakukan melalui zoom. Pertama, saya meminta Rasyid untuk mencari video kartun yang dia suka dan mengganti nama karakter sesuai keinginannya. Lalu saya bertugas untuk mengedit beberapa dialog yang rumit untuk bisa disesuaikan dengan kemampuan Rasyid. Perekaman dilakukan per dialog dengan beberapa kali pengulangan. Saya sangat mengapresiasi Rasyid yang begitu fokus dalam proses ini, bahkan sampai dia terbatuk-batuk karena perlu banyak bicara tidak menyurutkan semangatnya untuk memberikan yang terbaik. Sesi belajar 80 menit kami selesai tepat dengan selesainya perekaman semua dialog. Kemudian saya edit video tersebut dan meminta feedback dari rekan sesama guru. Langkah terakhir sebelum mengunggah video tersebut ke youtube adalah meminta persetujuan dari orang tua Rasyid dan ternyata projek dubbing ini disambut hangat oleh kedua orang tuanya. Video pun saya unggah dan beberapa orang meninggalkan jejak positif di kolom komentar. Rasyid juga saya libatkan untuk membaca komentar-komentar tersebut dan membalasnya. Secara keseluruhan saya bersyukur bahwa dengan projek ini bisa menemukan bakat Rasyid yang lain dan tentunya membangun pemahamannya lebih kuat terkait hobi dan bakat. Saya percaya dengan mengamati dan mencoba memahami murid akan memunculkan pembelajaran yang berpihak pada murid. Tentunya hal ini mengantarkan murid pada pembelajaran yang bermakna dan membuat saya untuk terus belajar memahami kebutuhan murid yang berbeda-beda.
Praktik baik Sebelum Direvisi
Elaborasi Praktik Baik
Sebagai seorang guru di pendidikan inklusi yang membersamai siswa-siswa spesial, tugas utama saya tentunya mengajarkan kecakapan hidup, kompetensi akademik dan manajemen emosi kepada mereka. Namun sering terbesit pertanyaan dalam pikiran saya tentang bagaimana menemukan bakat siswa-siswa spesial dan mengasahnya. Terlebih siswa yang saya tangani saat itu adalah siswa yang sudah remaja. Menemukan dan mengasah bakat tentu perlu dilakukan untuk persiapan keterampilan hidupnya saat dewasa nanti.
Siswa yang saya dampingi bernama Rasyid dan berusia 15 tahun. Dia adalah siswa yang sangat menyukai video kartun dinosaurus dan babybus. Rasyid sudah melek teknologi dan selalu membawa gawai setiap hari sehingga jika ada waktu istirahat maka dia akan menonton video-video kartun kesukaannya di laptop miliknya. Kami para guru tentu sudah mencoba mengarahkan Rasyid untuk menonton video lain karena kartun dinilai sudah tidak sesuai dengan usianya. Namun tentu saja hal ini tidak mudah karena Rasyid tidak bisa semudah itu meninggalkan kartun yang sangat disukainya, apalagi konten kartun memang lebih mudah dicerna oleh anak berkebutuhan khusus. Sehingga muncul sebuah dilema terkait hal ini. Haruskan kami minta Rasyid berhenti menonton kartun? Jika iya maka apa tontonan alternatifnya? Jika tidak maka pendampingan seperti apa yang harus dilakukan?
Saat itu saya mengampu program Social Studies Functional dan Relationship untuk Rasyid. Tujuan pembelajaran Rasyid kebetulan tentang hobi dan bakat, sehingga saya sudah merencanakan talent show sebagai projek sumatif untuknya. Rasyid sudah dikenal dengan hobi dan bakatnya dalam menggambar khususnya tentang dinosaurus dan dia sudah pernah melakukan pameran terkait itu. Saya berpikir mungkin ada baiknya jika saya bisa menemukan bakatnya yang lain. Pada beberapa kesempatan saya mencoba mengamati Rasyid saat dia asyik menonton video kartun dan dia sering menirukan dialog karakter kartun dengan intonasi yang berbeda-beda. Muncul ide saya untuk mengenalkan dia dengan sulih suara atau dubbing.
Saya mulai mengenalkan tentang apa itu dubbing, profesi dubber dan proses dubbing. Saya jelaskan bahwa di sebuah video kartun yang karakternya bisa berbicara, suara tersebut diisi oleh dubber atau pengisi suara. Usianya dubber bermacam-macam mulai anak kecil, remaja hingga dewasa. Saya mencoba memberi tantangan bahwa Rasyid boleh menonton kartun asal tidak hanya menonton tapi juga bisa coba menjadi pengisi suara. Rasyid pun setuju dan mau menerima tantangan dari saya. Pada saat itu pembelajaran masih dilakukan secara daring sehingga semua proses ini dilakukan melalui zoom. Pertama, saya meminta Rasyid untuk mencari video kartun yang dia suka dan mengganti nama karakter sesuai keinginannya. Lalu saya bertugas untuk mengedit beberapa dialog yang rumit untuk bisa disesuaikan dengan kemampuan Rasyid. Perekaman dilakukan per dialog dengan beberapa kali pengulangan. Saya sangat mengapresiasi Rasyid yang begitu fokus dalam proses ini, bahkan sampai dia terbatuk-batuk karena perlu banyak bicara tidak menyurutkan semangatnya untuk memberikan yang terbaik. Sesi belajar 80 menit kami selesai tepat dengan selesainya perekaman semua dialog. Kemudian saya edit video tersebut dan meminta feedback dari rekan sesama guru. Langkah terakhir sebelum mengunggah video tersebut ke youtube adalah meminta persetujuan dari orang tua Rasyid dan ternyata projek dubbing ini disambut hangat oleh kedua orang tuanya. Video pun saya unggah dan beberapa orang meninggalkan jejak positif di kolom komentar. Rasyid juga saya libatkan untuk membaca komentar-komentar tersebut dan membalasnya. Secara keseluruhan saya bersyukur bahwa dengan projek ini bisa menemukan bakat Rasyid yang lain dan tentunya membangun pemahamannya lebih kuat terkait hobi dan bakat. Saya percaya dengan mengamati dan mencoba memahami murid akan memunculkan pembelajaran yang berpihak pada murid. Tentunya hal ini mengantarkan murid pada pembelajaran yang bermakna dan membuat saya untuk terus belajar memahami kebutuhan murid yang berbeda-beda.
Jika Anda mengalami kendala dalam scrolling, scroll di luar dari area Live Chat yang berwarna hitam.