Proyek P5 yang unik , murid diajak menjadi problem solving dengan mengamati lingkungan sekitar mereka dan menuangkan dalam bentuk penelitian sederhana
Proyek P5 yang unik , murid diajak menjadi problem solving dengan mengamati lingkungan sekitar mereka dan menuangkan dalam bentuk penelitian sederhana
Saya mengampu mata pelajaran Bahasa Inggris, Informatika dan Entrepreneur di sebuah SMP swasta bernama SMP Taruna Jaya 1 Surabaya, yang terletak di wilayah Surabaya Utara. Sekolah saya termasuk sekolah swasta yang sedang berkembang sangat pesat selama 3 tahun terakhir. Saya mengajar di kelas 7,8 dan 9.Di kelas murid-murid saya pun memiliki kecenderungan untuk mencoba berbagai hal yang sedang tren di sosial media, sehingga terbawa ke cara mereka bersikap, bertutur kata maupun berpakaian. Suatu ketika beberapa murid saya mengeluh dengan jenuhnya mereka mengerjakan proyek yang itu-itu saja, biasanya mereka mendapat tugas proyek hampir selalu menggunakan karton atau gabus (stereoform). Murid-murid bilang jika mereka akhirnya menjadi malas mengerjakan karena tidak ada tantangan dalam proyek tersebut, mereka juga bilang tidak mendapatkan manfaat berarti dari proyek yang sudah mereka kerjakan hanya sekedar presentasi lalu selesai. Akhirnya banyak dari murid yang malas mengerjakan proyek atau mengerjakan tapi sekedarnya saja.
Sayapun merasa “tersentil” dengan apa yang dikatakan oleh murid-murid saya. Muncul berbagai pertanyaan dalam benak saya, “apakah saya membuat murid-murid merasa terbebani dengan proyek?”, “apakah proyek yang saya berikan menjadi sia-sia untuk murid?” karena ternyata tidak memberikan dampak manfaat bagi mereka. Sayapun berusaha untuk menelaah kembali tujuan pembelajaran berbasis proyek yang sudah saya lakukan kemudian mengkorelasikan dengan apa yang menjadi minat murid saat ini termasuk melakukan penelitian kecil di sosial media yang sering murid gunakan. Diskusi pun saya lakukan bersama dengan rekan sejawat untuk memantik ide atau inspirasi proyek yang berdampak dan juga diskusi bersama wali murid tentang apa yang menjadi keinginan dan kendala murid selama berada di rumah. Hingga saya sampai pada suatu kesimpulan jika murid membutuhkan tantangan dalam mengerjakan proyek bukan hanya sekedar membuat karya , mendapat nilai lalu selesai begitu saja. Saya mencoba merancang proyek yang memanfaatkan teknologi sederhana dari bahan-bahan bekas yang memberikan manfaat bagi lingkungan sekolah. Proyek ini memang membutuhkan riset dan pemahaman konsep yang cukup kompleks namun akan membawa tantangan baru dan ide-ide kreatif dari murid akan bermunculan.
Langkah awal yang saya lakukan adalah menjelaskan konsep proyek kepada murid yaitu melakukan penelitian kecil tentang masalah apa yang ada di lingkungan sekitar sekolah. Murid saya bagi menjadi kelompok kecil untuk melakukan pengamatan lingkungan sekolah, mencari ide inovasi dan kreatif untuk memecahkan masalah lingkungan sekolah. Kemudian saya menjelaskan langkah-langkah dalam melakukan penelitian dan membuat laporan penelitian sederhana sehingga kerangka berpikir murid juga terarah. Saya memberikan waktu 2 minggu bagi murid untuk membuat alat dan membuat laporan penelitian yang kemudian akan dipresentasikan di depan kelas. Saat saya memberikan proyek tersebut banyak murid yang terdiam seolah berpikir apa yang harus saya lakukan , dan sebagian lainnya nampak antusias karena proyek kali ini cukup berbeda dan cukup menantang bagi mereka. Selanjutnya saya juga mengambil peran sebagai pembimbing dengan membuka sesi bimbingan kecil per kelompok untuk mengarahkan ide mereka dan memvalidasi ide apakah sudah sesuai dengan ketentuan yang saya berikan.
Hari pengumpulan proyek pun tiba, semua kelompok antusias untuk mempresentasikan hasil penelitian mereka dan laporan penelitian yang mereka buat selama 2 minggu. Saya cukup terkejut melihat hasil penelitian mereka, group 1 menampilkan alat untuk mengukur kesuburan tanah yang terbuat dari pipa paralon bekas , lampu bekas dan kabel bekas. Cara bekerjanya pun cukup sederhana cukup ambil sampel tanah di kebun sekolah kemudian alat tersebut ditancapkan di atas tanah dan jika lampu nya menyala terang maka tanah tersebut subur dan semakin redup nyala lampunya maka semakin tidak subur tanahnya. Kelompok 2 menampilkan membuat sebuah aquarium sederhana dari bahan wadah plastik bekas yang kemudian diberi lampu bekas dan ikan hias kecil sungguh menarik. Kelompok lain memberikan tanggapan dan saran mereka dan hal ini membuat proyek yang mereka kerjakan menjadi berdampak manfaat dalam jangka panjang. Murid juga menjadi kritis dalam berpikir dan berinovasi dalam mengerjakan proyek. Saat sesi presentasi saya menjadi fasilitator sekaligus kritikus bagi kelompok yang sedang maju ke depan, agar suasana lebih hidup dan murid lainnya tersentil untuk penasaran dan mengajukan pertanyaan.
Setelah presentasi proyek dilakukan , tibalah saatnya pameran karya yang rutin dilakukan di sekolah saya setahun 2 kali yaitu setiap akhir semester saat acara penerimaan rapor semester tiba. Pameran karya di sekolah saya dihadiri oleh wali murid semua jenjang dan semua murid di sekolah. Pengunjung bisa berkeliling melihat hasil proyek yang sudah dilakukan selama 1 semester dan pengunjung juga bisa bertanya tentang detail proyek murid dan manfaatnya, jadi seperti simulasi kecil untuk menguji kemampuan publik speaking murid sekaligus pemahaman konsep dan inovasi yang mereka tuangkan dalam proyek tersebut. Tanggapan dari pengunjung pameran proyek pun beragam, ada beberapa wali murid yang takjub dan mengapresiasi bangga dengan penelitian yang dilakukan dan berharap ke depannya ada inovasi yang lebih menarik lagi, dari beberapa rekan guru pun merasa terinspirasi dan ingin melakukan hal serupa dengan tema penelitian yang lebih mendalam sesuai minat murid per kelas. Pada akhirnya proyek yang dilakukan oleh murid harus berdampak pada murid untuk mengembangkan kemampuan berpikir dan kreatifitas mereka di masa depan. Ke depannya saya berencana untuk membuat penelitian berbasis teknologi informasi yang lebih menantang murid untuk berpikir kritis.
Proyek P5 yang unik , murid diajak menjadi problem solving dengan mengamati lingkungan sekitar mereka dan menuangkan dalam bentuk penelitian sederhana
Saya mengampu mata pelajaran Bahasa Inggris, Informatika dan Entrepreneur di sebuah SMP swasta bernama SMP Taruna Jaya 1 Surabaya, yang terletak di wilayah Surabaya Utara. Sekolah saya termasuk sekolah swasta yang sedang berkembang sangat pesat selama 3 tahun terakhir. Saya mengajar di kelas 7,8 dan 9.Di kelas murid-murid saya pun memiliki kecenderungan untuk mencoba berbagai hal yang sedang tren di sosial media, sehingga terbawa ke cara mereka bersikap, bertutur kata maupun berpakaian. Suatu ketika beberapa murid saya mengeluh dengan jenuhnya mereka mengerjakan proyek yang itu-itu saja, biasanya mereka mendapat tugas proyek hampir selalu menggunakan karton atau gabus (stereoform). Murid-murid bilang jika mereka akhirnya menjadi malas mengerjakan karena tidak ada tantangan dalam proyek tersebut, mereka juga bilang tidak mendapatkan manfaat berarti dari proyek yang sudah mereka kerjakan hanya sekedar presentasi lalu selesai. Akhirnya banyak dari murid yang malas mengerjakan proyek atau mengerjakan tapi sekedarnya saja.
Sayapun merasa “tersentil” dengan apa yang dikatakan oleh murid-murid saya. Muncul berbagai pertanyaan dalam benak saya, “apakah saya membuat murid-murid merasa terbebani dengan proyek?”, “apakah proyek yang saya berikan menjadi sia-sia untuk murid?” karena ternyata tidak memberikan dampak manfaat bagi mereka. Sayapun berusaha untuk menelaah kembali tujuan pembelajaran berbasis proyek yang sudah saya lakukan kemudian mengkorelasikan dengan apa yang menjadi minat murid saat ini termasuk melakukan penelitian kecil di sosial media yang sering murid gunakan. Diskusi pun saya lakukan bersama dengan rekan sejawat untuk memantik ide atau inspirasi proyek yang berdampak dan juga diskusi bersama wali murid tentang apa yang menjadi keinginan dan kendala murid selama berada di rumah. Hingga saya sampai pada suatu kesimpulan jika murid membutuhkan tantangan dalam mengerjakan proyek bukan hanya sekedar membuat karya , mendapat nilai lalu selesai begitu saja. Saya mencoba merancang proyek yang memanfaatkan teknologi sederhana dari bahan-bahan bekas yang memberikan manfaat bagi lingkungan sekolah. Proyek ini memang membutuhkan riset dan pemahaman konsep yang cukup kompleks namun akan membawa tantangan baru dan ide-ide kreatif dari murid akan bermunculan.
Langkah awal yang saya lakukan adalah menjelaskan konsep proyek kepada murid yaitu melakukan penelitian kecil tentang masalah apa yang ada di lingkungan sekitar sekolah. Murid saya bagi menjadi kelompok kecil untuk melakukan pengamatan lingkungan sekolah, mencari ide inovasi dan kreatif untuk memecahkan masalah lingkungan sekolah. Kemudian saya menjelaskan langkah-langkah dalam melakukan penelitian dan membuat laporan penelitian sederhana sehingga kerangka berpikir murid juga terarah. Saya memberikan waktu 2 minggu bagi murid untuk membuat alat dan membuat laporan penelitian yang kemudian akan dipresentasikan di depan kelas. Saat saya memberikan proyek tersebut banyak murid yang terdiam seolah berpikir apa yang harus saya lakukan , dan sebagian lainnya nampak antusias karena proyek kali ini cukup berbeda dan cukup menantang bagi mereka. Selanjutnya saya juga mengambil peran sebagai pembimbing dengan membuka sesi bimbingan kecil per kelompok untuk mengarahkan ide mereka dan memvalidasi ide apakah sudah sesuai dengan ketentuan yang saya berikan.
Hari pengumpulan proyek pun tiba, semua kelompok antusias untuk mempresentasikan hasil penelitian mereka dan laporan penelitian yang mereka buat selama 2 minggu. Saya cukup terkejut melihat hasil penelitian mereka, group 1 menampilkan alat untuk mengukur kesuburan tanah yang terbuat dari pipa paralon bekas , lampu bekas dan kabel bekas. Cara bekerjanya pun cukup sederhana cukup ambil sampel tanah di kebun sekolah kemudian alat tersebut ditancapkan di atas tanah dan jika lampu nya menyala terang maka tanah tersebut subur dan semakin redup nyala lampunya maka semakin tidak subur tanahnya. Kelompok 2 menampilkan membuat sebuah aquarium sederhana dari bahan wadah plastik bekas yang kemudian diberi lampu bekas dan ikan hias kecil sungguh menarik. Kelompok lain memberikan tanggapan dan saran mereka dan hal ini membuat proyek yang mereka kerjakan menjadi berdampak manfaat dalam jangka panjang. Murid juga menjadi kritis dalam berpikir dan berinovasi dalam mengerjakan proyek. Saat sesi presentasi saya menjadi fasilitator sekaligus kritikus bagi kelompok yang sedang maju ke depan, agar suasana lebih hidup dan murid lainnya tersentil untuk penasaran dan mengajukan pertanyaan.
Setelah presentasi proyek dilakukan , tibalah saatnya pameran karya yang rutin dilakukan di sekolah saya setahun 2 kali yaitu setiap akhir semester saat acara penerimaan rapor semester tiba. Pameran karya di sekolah saya dihadiri oleh wali murid semua jenjang dan semua murid di sekolah. Pengunjung bisa berkeliling melihat hasil proyek yang sudah dilakukan selama 1 semester dan pengunjung juga bisa bertanya tentang detail proyek murid dan manfaatnya, jadi seperti simulasi kecil untuk menguji kemampuan publik speaking murid sekaligus pemahaman konsep dan inovasi yang mereka tuangkan dalam proyek tersebut. Tanggapan dari pengunjung pameran proyek pun beragam, ada beberapa wali murid yang takjub dan mengapresiasi bangga dengan penelitian yang dilakukan dan berharap ke depannya ada inovasi yang lebih menarik lagi, dari beberapa rekan guru pun merasa terinspirasi dan ingin melakukan hal serupa dengan tema penelitian yang lebih mendalam sesuai minat murid per kelas. Pada akhirnya proyek yang dilakukan oleh murid harus berdampak pada murid untuk mengembangkan kemampuan berpikir dan kreatifitas mereka di masa depan. Ke depannya saya berencana untuk membuat penelitian berbasis teknologi informasi yang lebih menantang murid untuk berpikir kritis.
Good practice before revised
Good practice elaboration
Saya mengampu mata pelajaran Bahasa Inggris, Informatika dan Entrepreneur di sebuah SMP swasta bernama SMP Taruna Jaya 1 Surabaya, yang terletak di wilayah Surabaya Utara. Sekolah saya termasuk sekolah swasta yang sedang berkembang sangat pesat selama 3 tahun terakhir. Saya mengajar di kelas 7,8 dan 9.Di kelas murid-murid saya pun memiliki kecenderungan untuk mencoba berbagai hal yang sedang tren di sosial media, sehingga terbawa ke cara mereka bersikap, bertutur kata maupun berpakaian. Suatu ketika beberapa murid saya mengeluh dengan jenuhnya mereka mengerjakan proyek yang itu-itu saja, biasanya mereka mendapat tugas proyek hampir selalu menggunakan karton atau gabus (stereoform). Murid-murid bilang jika mereka akhirnya menjadi malas mengerjakan karena tidak ada tantangan dalam proyek tersebut, mereka juga bilang tidak mendapatkan manfaat berarti dari proyek yang sudah mereka kerjakan hanya sekedar presentasi lalu selesai. Akhirnya banyak dari murid yang malas mengerjakan proyek atau mengerjakan tapi sekedarnya saja.
Sayapun merasa “tersentil” dengan apa yang dikatakan oleh murid-murid saya. Muncul berbagai pertanyaan dalam benak saya, “apakah saya membuat murid-murid merasa terbebani dengan proyek?”, “apakah proyek yang saya berikan menjadi sia-sia untuk murid?” karena ternyata tidak memberikan dampak manfaat bagi mereka. Sayapun berusaha untuk menelaah kembali tujuan pembelajaran berbasis proyek yang sudah saya lakukan kemudian mengkorelasikan dengan apa yang menjadi minat murid saat ini termasuk melakukan penelitian kecil di sosial media yang sering murid gunakan. Diskusi pun saya lakukan bersama dengan rekan sejawat untuk memantik ide atau inspirasi proyek yang berdampak dan juga diskusi bersama wali murid tentang apa yang menjadi keinginan dan kendala murid selama berada di rumah. Hingga saya sampai pada suatu kesimpulan jika murid membutuhkan tantangan dalam mengerjakan proyek bukan hanya sekedar membuat karya , mendapat nilai lalu selesai begitu saja. Saya mencoba merancang proyek yang memanfaatkan teknologi sederhana dari bahan-bahan bekas yang memberikan manfaat bagi lingkungan sekolah. Proyek ini memang membutuhkan riset dan pemahaman konsep yang cukup kompleks namun akan membawa tantangan baru dan ide-ide kreatif dari murid akan bermunculan.
Langkah awal yang saya lakukan adalah menjelaskan konsep proyek kepada murid yaitu melakukan penelitian kecil tentang masalah apa yang ada di lingkungan sekitar sekolah. Murid saya bagi menjadi kelompok kecil untuk melakukan pengamatan lingkungan sekolah, mencari ide inovasi dan kreatif untuk memecahkan masalah lingkungan sekolah. Kemudian saya menjelaskan langkah-langkah dalam melakukan penelitian dan membuat laporan penelitian sederhana sehingga kerangka berpikir murid juga terarah. Saya memberikan waktu 2 minggu bagi murid untuk membuat alat dan membuat laporan penelitian yang kemudian akan dipresentasikan di depan kelas. Saat saya memberikan proyek tersebut banyak murid yang terdiam seolah berpikir apa yang harus saya lakukan , dan sebagian lainnya nampak antusias karena proyek kali ini cukup berbeda dan cukup menantang bagi mereka. Selanjutnya saya juga mengambil peran sebagai pembimbing dengan membuka sesi bimbingan kecil per kelompok untuk mengarahkan ide mereka dan memvalidasi ide apakah sudah sesuai dengan ketentuan yang saya berikan.
Hari pengumpulan proyek pun tiba, semua kelompok antusias untuk mempresentasikan hasil penelitian mereka dan laporan penelitian yang mereka buat selama 2 minggu. Saya cukup terkejut melihat hasil penelitian mereka, group 1 menampilkan alat untuk mengukur kesuburan tanah yang terbuat dari pipa paralon bekas , lampu bekas dan kabel bekas. Cara bekerjanya pun cukup sederhana cukup ambil sampel tanah di kebun sekolah kemudian alat tersebut ditancapkan di atas tanah dan jika lampu nya menyala terang maka tanah tersebut subur dan semakin redup nyala lampunya maka semakin tidak subur tanahnya. Kelompok 2 menampilkan membuat sebuah aquarium sederhana dari bahan wadah plastik bekas yang kemudian diberi lampu bekas dan ikan hias kecil sungguh menarik. Kelompok lain memberikan tanggapan dan saran mereka dan hal ini membuat proyek yang mereka kerjakan menjadi berdampak manfaat dalam jangka panjang. Murid juga menjadi kritis dalam berpikir dan berinovasi dalam mengerjakan proyek. Saat sesi presentasi saya menjadi fasilitator sekaligus kritikus bagi kelompok yang sedang maju ke depan, agar suasana lebih hidup dan murid lainnya tersentil untuk penasaran dan mengajukan pertanyaan.
Setelah presentasi proyek dilakukan , tibalah saatnya pameran karya yang rutin dilakukan di sekolah saya setahun 2 kali yaitu setiap akhir semester saat acara penerimaan rapor semester tiba. Pameran karya di sekolah saya dihadiri oleh wali murid semua jenjang dan semua murid di sekolah. Pengunjung bisa berkeliling melihat hasil proyek yang sudah dilakukan selama 1 semester dan pengunjung juga bisa bertanya tentang detail proyek murid dan manfaatnya, jadi seperti simulasi kecil untuk menguji kemampuan publik speaking murid sekaligus pemahaman konsep dan inovasi yang mereka tuangkan dalam proyek tersebut. Tanggapan dari pengunjung pameran proyek pun beragam, ada beberapa wali murid yang takjub dan mengapresiasi bangga dengan penelitian yang dilakukan dan berharap ke depannya ada inovasi yang lebih menarik lagi, dari beberapa rekan guru pun merasa terinspirasi dan ingin melakukan hal serupa dengan tema penelitian yang lebih mendalam sesuai minat murid per kelas. Pada akhirnya proyek yang dilakukan oleh murid harus berdampak pada murid untuk mengembangkan kemampuan berpikir dan kreatifitas mereka di masa depan. Ke depannya saya berencana untuk membuat penelitian berbasis teknologi informasi yang lebih menantang murid untuk berpikir kritis.
If you experience problems scrolling, scroll outside of the area Live Chat which is black.