Dengan adanya ide-ide kreatif lain yang dilaksanakan di sekolah, seperti bermain ular tangga bersama, hal itu dapat menumbuhkan rasa kasih sayang dan kerukunan antar siswa, sehingga mengurangi adanya tindak kekerasan, atau bullying di sekolah.
Dengan adanya ide-ide kreatif lain yang dilaksanakan di sekolah, seperti bermain ular tangga bersama, hal itu dapat menumbuhkan rasa kasih sayang dan kerukunan antar siswa, sehingga mengurangi adanya tindak kekerasan, atau bullying di sekolah.
Seperti yang kita tahu bahwa sekolah ramah anak adalah suatu lingkungan yang aman, sehat dan menyenangkan bagi anak di sekolah. Sebuah institusi pendidikan yang mampu menjamin, memenuhi, dan menghargai hak-hak serta partisipasi anak, serta mampu memberikan perlindungan anak dari kekerasandan diskriminasi selama mengenyam pendidikan. Jadi, pada dasarnya konsep sekolah ramah anak bukan hanya sekadar membuat bangunan sekolah dan fasilitas fisik yang nyaman, ditinggali anak selama menjalani kegiatan belajar mengajar, namun juga harus bisa melindungi anak dari kekerasan, pelecehan, bullying, dan tindakan melenceng lainnya dari berbagai pihak sepanjang anak berada di sekolah. Untuk mewujudkan itu semua tentu saja harus ada hubungan yang baik antara orangtua, organisasi kemasyarakatan, dunia usaha, pemangku kepentingan, dan juga alumni dalam mendukung program sekolah yang ramah untuk anak. Dukungan ini dapat berupa memberikan sarana ataupun menuangkan ide-ide kegiatan yang positif demi mewujudkan sekolah yang ramah anak.
Namun akhir – akhir ini marak sekali terjadi perundungan atau bahasa kerennya bullying di sekolah yang dilakukan antara sesama peserta didik, atau bahkan antara guru dan peserta didiknya. Bullying adalah perlakuan menyakiti seseorang secara fisik dan psikologi secara sengaja. Anak – anak yang menjadi korban bullying biasanya mereka cenderung menutup diri, ada juga yang mendapatkan luka lecet atau luka memar ditubuhnya, mengalami kesulitan untuk menjawab pertanyaan di kelas kerap terlihat cemas gugup atau sedih.
Ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk mencegah / mengatasi bullying di sekolah yaitu dengan mengadakan sosialisasi pemahaman anti perundungan di lingkungan sekolah, membuat kebijakan terkait aksi perundungan, karena maraknya perundungan yang berakhir damai dan kurangnya mempertimbangkan efek psikologi korban, pembentukan mekanisme dan standar operasional untuk jalur komunikasi pelaporan yang aman serta mengadakan kegiatan kegiatan anti perundungan seperti penandatanganan deklarasi anti perundungan oleh seluruh warga sekolah ataupun melaksanakan ide-ide kreatif lain yang dapat menumbuhkan rasa kasih sayang dan kerukunan antar siswa, contohnya dengan bermain ular tangga bersama. Biasanya sebelum bermain ular tangga, saya menyiapkan 100 soal sesuai nomor yang tertera pada ular tangga, masing – masing nomor memiliki soal yang berbeda. Siswa saya bagi dalam beberapa kelompok, perkelompok terdiri dari 3 siswa, satu siswa memeranan permainan, dua siswa lainnya bertugas menjawab dan mencatat jawaban dari soal yang didapat. Ketika siswa menginjak kotak nomor 6, maka kelompok tersebut harus menjawab soal nomor 6, dan sebagainya. Permainan ular tangga ini bisa kita gunakan pada berbagai jenis mata pelajaran. Biasanya ular tangga saya cetak dalam bentuk bener dengan ukuran yang lumayan besar namun masih dalam batas normal ( masih cukup bila digunakan di dalam kelas ), dengan menggunakan dadu yang saya buat dari kardus bekas. Kelompok yang mencapai finish terlebih dahulu, itulah pemenangnya.
Tidak jarang ketika jam istirahat atau diluar jam pelajaran pun mereka kerap bermain ular tangga bersama, dengan adanya lingkungan yang mendukung, interaksi yang positif dari semua warga sekolah, diharapkan hal itu bisa menumbuhkan empati, menumbuhkan toleransi, kerja sama yang baik, saling menghargai dan terciptanya ruang yang aman serta nyaman bagi semua warga sekolah, sehingga lingkungan sekolah ramah anak bisa terwujud dengan maksimal.
Dengan adanya ide-ide kreatif lain yang dilaksanakan di sekolah, seperti bermain ular tangga bersama, hal itu dapat menumbuhkan rasa kasih sayang dan kerukunan antar siswa, sehingga mengurangi adanya tindak kekerasan, atau bullying di sekolah.
Seperti yang kita tahu bahwa sekolah ramah anak adalah suatu lingkungan yang aman, sehat dan menyenangkan bagi anak di sekolah. Sebuah institusi pendidikan yang mampu menjamin, memenuhi, dan menghargai hak-hak serta partisipasi anak, serta mampu memberikan perlindungan anak dari kekerasandan diskriminasi selama mengenyam pendidikan. Jadi, pada dasarnya konsep sekolah ramah anak bukan hanya sekadar membuat bangunan sekolah dan fasilitas fisik yang nyaman, ditinggali anak selama menjalani kegiatan belajar mengajar, namun juga harus bisa melindungi anak dari kekerasan, pelecehan, bullying, dan tindakan melenceng lainnya dari berbagai pihak sepanjang anak berada di sekolah. Untuk mewujudkan itu semua tentu saja harus ada hubungan yang baik antara orangtua, organisasi kemasyarakatan, dunia usaha, pemangku kepentingan, dan juga alumni dalam mendukung program sekolah yang ramah untuk anak. Dukungan ini dapat berupa memberikan sarana ataupun menuangkan ide-ide kegiatan yang positif demi mewujudkan sekolah yang ramah anak.
Namun akhir – akhir ini marak sekali terjadi perundungan atau bahasa kerennya bullying di sekolah yang dilakukan antara sesama peserta didik, atau bahkan antara guru dan peserta didiknya. Bullying adalah perlakuan menyakiti seseorang secara fisik dan psikologi secara sengaja. Anak – anak yang menjadi korban bullying biasanya mereka cenderung menutup diri, ada juga yang mendapatkan luka lecet atau luka memar ditubuhnya, mengalami kesulitan untuk menjawab pertanyaan di kelas kerap terlihat cemas gugup atau sedih.
Ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk mencegah / mengatasi bullying di sekolah yaitu dengan mengadakan sosialisasi pemahaman anti perundungan di lingkungan sekolah, membuat kebijakan terkait aksi perundungan, karena maraknya perundungan yang berakhir damai dan kurangnya mempertimbangkan efek psikologi korban, pembentukan mekanisme dan standar operasional untuk jalur komunikasi pelaporan yang aman serta mengadakan kegiatan kegiatan anti perundungan seperti penandatanganan deklarasi anti perundungan oleh seluruh warga sekolah ataupun melaksanakan ide-ide kreatif lain yang dapat menumbuhkan rasa kasih sayang dan kerukunan antar siswa, contohnya dengan bermain ular tangga bersama. Biasanya sebelum bermain ular tangga, saya menyiapkan 100 soal sesuai nomor yang tertera pada ular tangga, masing – masing nomor memiliki soal yang berbeda. Siswa saya bagi dalam beberapa kelompok, perkelompok terdiri dari 3 siswa, satu siswa memeranan permainan, dua siswa lainnya bertugas menjawab dan mencatat jawaban dari soal yang didapat. Ketika siswa menginjak kotak nomor 6, maka kelompok tersebut harus menjawab soal nomor 6, dan sebagainya. Permainan ular tangga ini bisa kita gunakan pada berbagai jenis mata pelajaran. Biasanya ular tangga saya cetak dalam bentuk bener dengan ukuran yang lumayan besar namun masih dalam batas normal ( masih cukup bila digunakan di dalam kelas ), dengan menggunakan dadu yang saya buat dari kardus bekas. Kelompok yang mencapai finish terlebih dahulu, itulah pemenangnya.
Tidak jarang ketika jam istirahat atau diluar jam pelajaran pun mereka kerap bermain ular tangga bersama, dengan adanya lingkungan yang mendukung, interaksi yang positif dari semua warga sekolah, diharapkan hal itu bisa menumbuhkan empati, menumbuhkan toleransi, kerja sama yang baik, saling menghargai dan terciptanya ruang yang aman serta nyaman bagi semua warga sekolah, sehingga lingkungan sekolah ramah anak bisa terwujud dengan maksimal.
Praktik baik Sebelum Direvisi
Elaborasi Praktik Baik
Seperti yang kita tahu bahwa sekolah ramah anak adalah suatu lingkungan yang aman, sehat dan menyenangkan bagi anak di sekolah. Sebuah institusi pendidikan yang mampu menjamin, memenuhi, dan menghargai hak-hak serta partisipasi anak, serta mampu memberikan perlindungan anak dari kekerasandan diskriminasi selama mengenyam pendidikan. Jadi, pada dasarnya konsep sekolah ramah anak bukan hanya sekadar membuat bangunan sekolah dan fasilitas fisik yang nyaman, ditinggali anak selama menjalani kegiatan belajar mengajar, namun juga harus bisa melindungi anak dari kekerasan, pelecehan, bullying, dan tindakan melenceng lainnya dari berbagai pihak sepanjang anak berada di sekolah. Untuk mewujudkan itu semua tentu saja harus ada hubungan yang baik antara orangtua, organisasi kemasyarakatan, dunia usaha, pemangku kepentingan, dan juga alumni dalam mendukung program sekolah yang ramah untuk anak. Dukungan ini dapat berupa memberikan sarana ataupun menuangkan ide-ide kegiatan yang positif demi mewujudkan sekolah yang ramah anak.
Namun akhir – akhir ini marak sekali terjadi perundungan atau bahasa kerennya bullying di sekolah yang dilakukan antara sesama peserta didik, atau bahkan antara guru dan peserta didiknya. Bullying adalah perlakuan menyakiti seseorang secara fisik dan psikologi secara sengaja. Anak – anak yang menjadi korban bullying biasanya mereka cenderung menutup diri, ada juga yang mendapatkan luka lecet atau luka memar ditubuhnya, mengalami kesulitan untuk menjawab pertanyaan di kelas kerap terlihat cemas gugup atau sedih.
Ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk mencegah / mengatasi bullying di sekolah yaitu dengan mengadakan sosialisasi pemahaman anti perundungan di lingkungan sekolah, membuat kebijakan terkait aksi perundungan, karena maraknya perundungan yang berakhir damai dan kurangnya mempertimbangkan efek psikologi korban, pembentukan mekanisme dan standar operasional untuk jalur komunikasi pelaporan yang aman serta mengadakan kegiatan kegiatan anti perundungan seperti penandatanganan deklarasi anti perundungan oleh seluruh warga sekolah ataupun melaksanakan ide-ide kreatif lain yang dapat menumbuhkan rasa kasih sayang dan kerukunan antar siswa, contohnya dengan bermain ular tangga bersama. Biasanya sebelum bermain ular tangga, saya menyiapkan 100 soal sesuai nomor yang tertera pada ular tangga, masing – masing nomor memiliki soal yang berbeda. Siswa saya bagi dalam beberapa kelompok, perkelompok terdiri dari 3 siswa, satu siswa memeranan permainan, dua siswa lainnya bertugas menjawab dan mencatat jawaban dari soal yang didapat. Ketika siswa menginjak kotak nomor 6, maka kelompok tersebut harus menjawab soal nomor 6, dan sebagainya. Permainan ular tangga ini bisa kita gunakan pada berbagai jenis mata pelajaran. Biasanya ular tangga saya cetak dalam bentuk bener dengan ukuran yang lumayan besar namun masih dalam batas normal ( masih cukup bila digunakan di dalam kelas ), dengan menggunakan dadu yang saya buat dari kardus bekas. Kelompok yang mencapai finish terlebih dahulu, itulah pemenangnya.
Tidak jarang ketika jam istirahat atau diluar jam pelajaran pun mereka kerap bermain ular tangga bersama, dengan adanya lingkungan yang mendukung, interaksi yang positif dari semua warga sekolah, diharapkan hal itu bisa menumbuhkan empati, menumbuhkan toleransi, kerja sama yang baik, saling menghargai dan terciptanya ruang yang aman serta nyaman bagi semua warga sekolah, sehingga lingkungan sekolah ramah anak bisa terwujud dengan maksimal.
Jika Anda mengalami kendala dalam scrolling, scroll di luar dari area Live Chat yang berwarna hitam.