Memahami kebutuhan diri dan teman lain, merefleksikan kekuatan yang dipertahankan dan kebutuhan yang perlu diperbaiki
Memahami kebutuhan diri dan teman lain, merefleksikan kekuatan yang dipertahankan dan kebutuhan yang perlu diperbaiki
Di kelas 6 ada satu anak berkebutuhan khusus, namanya mas Fajar, untuk anak tipikal berjumlah 14. Awal mulanya teman sekelas abai dengan kegiatan mas Fajar, ketika mas Fajar tantrum, sedangkan guru merasa kesulitan, teman tipikal pun belum merasa berempati untuk membantu maupun mengajak mas Fajar untuk bermain bersama, teman tipikal merasa bahwa mas Fajar itu beda dengan teman kelas 6 dan kegiatannya pun disendirikan tanpa gabung dengan teman kelas 6 lainnya.
Ketika diarahkan untuk berkegiatan bersama, teman tipikal merasa bahwa mas Fajar itu teman yang bikin kesal, aneh, dan membebankan.
Dari ungkapan teman-teman, guru merasa bahwa ini belum terbangun sekolah inklusinya, masih membedakan hingga tidak bersedia mengajak dan menggabungkan bahwa mas Fajar ini salah satu teman kelas 6.
Akhirnya dari kami sebagai fasil, mengajak untuk menyadari bahwa teman kita beda-beda, kemampuan masing-masing juga berbeda. Saat kegiatan literasi dengan tujuan pembelajaran menyadari kebutuhan diri dan teman. Anak-anak antusias mengikuti kegiatan tersebut. Mulai dari mengungkapkan kekuatan dan kebutuhan diri sendiri, seperti “kekuatan saya suka berbagi, untuk kebutuhan saya masih suka marah-marah”. Hingga mengungkapkan kebutuhan diri mas Fajar. Mayoritas teman-teman tipikal menilai bahwa mas Fajar itu teman kelas 6 dan bisa diajak bermain maupun berkegiatan bersama.
Alhamdulillah setelah ada kegiatan literasi merefleksikan diri dan teman. Teman tipikal pun berusaha mengajak mas Fajar, seperti mengajak ke kelas untuk berkegiatan (karena awal mula mas Fajar belum bersedia bergabung di kelas). Menghibur mas Fajar saat tantrum, hingga menerima mas Fajar untuk menjadi kelompok game dengan tujuan tentang Khalifah (memimpin diri sendiri dan orang lain). Dengan kelompok mas Wahyu dan mbak Afika, mas Fajar pun bersedia bergabung. Yang pertama game membuat menara dari kertas. Mas Fajar berkontribusi.
Menumpuk kertas meskipun belum terlihat menyusun, tetapi mas Wahyu dan mbak Afika bersedia menerima kerjasama mas Fajar dan tidak langsung marah, memilih dengan memperbaiki lagi. Setelah itu game spons (mengisi air dengan perasan spons dengan dipindah ke wadah lain). Mas Fajar semangat mengikuti dengan berkali-kali dengan memindahkan spons berisi air dari mas Wahyu ke mbak Afika, terlihat mas Fajar memeras spons berisi air saat jalan, sedangkan di game kesepakatannya memenuhi airnya ke wadah ke 2. Kelompok mas Wahyu dan mbak Afika lebih sedikit dari kelompok lainnya. Karena mas Fajar saat memindahkan spons yang berisi air sudah diremas, sehingga airnya berkurang saat berjalan. Tetapi mas Wahyu dan mbak Afika tidak langsung marah karena cara mas Fajar main tidak seperti itu. Yang difokuskan kerjasamanya mas Fajar.
Memahami kebutuhan diri dan teman lain, merefleksikan kekuatan yang dipertahankan dan kebutuhan yang perlu diperbaiki
Di kelas 6 ada satu anak berkebutuhan khusus, namanya mas Fajar, untuk anak tipikal berjumlah 14. Awal mulanya teman sekelas abai dengan kegiatan mas Fajar, ketika mas Fajar tantrum, sedangkan guru merasa kesulitan, teman tipikal pun belum merasa berempati untuk membantu maupun mengajak mas Fajar untuk bermain bersama, teman tipikal merasa bahwa mas Fajar itu beda dengan teman kelas 6 dan kegiatannya pun disendirikan tanpa gabung dengan teman kelas 6 lainnya.
Ketika diarahkan untuk berkegiatan bersama, teman tipikal merasa bahwa mas Fajar itu teman yang bikin kesal, aneh, dan membebankan.
Dari ungkapan teman-teman, guru merasa bahwa ini belum terbangun sekolah inklusinya, masih membedakan hingga tidak bersedia mengajak dan menggabungkan bahwa mas Fajar ini salah satu teman kelas 6.
Akhirnya dari kami sebagai fasil, mengajak untuk menyadari bahwa teman kita beda-beda, kemampuan masing-masing juga berbeda. Saat kegiatan literasi dengan tujuan pembelajaran menyadari kebutuhan diri dan teman. Anak-anak antusias mengikuti kegiatan tersebut. Mulai dari mengungkapkan kekuatan dan kebutuhan diri sendiri, seperti “kekuatan saya suka berbagi, untuk kebutuhan saya masih suka marah-marah”. Hingga mengungkapkan kebutuhan diri mas Fajar. Mayoritas teman-teman tipikal menilai bahwa mas Fajar itu teman kelas 6 dan bisa diajak bermain maupun berkegiatan bersama.
Alhamdulillah setelah ada kegiatan literasi merefleksikan diri dan teman. Teman tipikal pun berusaha mengajak mas Fajar, seperti mengajak ke kelas untuk berkegiatan (karena awal mula mas Fajar belum bersedia bergabung di kelas). Menghibur mas Fajar saat tantrum, hingga menerima mas Fajar untuk menjadi kelompok game dengan tujuan tentang Khalifah (memimpin diri sendiri dan orang lain). Dengan kelompok mas Wahyu dan mbak Afika, mas Fajar pun bersedia bergabung. Yang pertama game membuat menara dari kertas. Mas Fajar berkontribusi.
Menumpuk kertas meskipun belum terlihat menyusun, tetapi mas Wahyu dan mbak Afika bersedia menerima kerjasama mas Fajar dan tidak langsung marah, memilih dengan memperbaiki lagi. Setelah itu game spons (mengisi air dengan perasan spons dengan dipindah ke wadah lain). Mas Fajar semangat mengikuti dengan berkali-kali dengan memindahkan spons berisi air dari mas Wahyu ke mbak Afika, terlihat mas Fajar memeras spons berisi air saat jalan, sedangkan di game kesepakatannya memenuhi airnya ke wadah ke 2. Kelompok mas Wahyu dan mbak Afika lebih sedikit dari kelompok lainnya. Karena mas Fajar saat memindahkan spons yang berisi air sudah diremas, sehingga airnya berkurang saat berjalan. Tetapi mas Wahyu dan mbak Afika tidak langsung marah karena cara mas Fajar main tidak seperti itu. Yang difokuskan kerjasamanya mas Fajar.
Praktik baik Sebelum Direvisi
Elaborasi Praktik Baik
Di kelas 6 ada satu anak berkebutuhan khusus, namanya mas Fajar, untuk anak tipikal berjumlah 14. Awal mulanya teman sekelas abai dengan kegiatan mas Fajar, ketika mas Fajar tantrum, sedangkan guru merasa kesulitan, teman tipikal pun belum merasa berempati untuk membantu maupun mengajak mas Fajar untuk bermain bersama, teman tipikal merasa bahwa mas Fajar itu beda dengan teman kelas 6 dan kegiatannya pun disendirikan tanpa gabung dengan teman kelas 6 lainnya.
Ketika diarahkan untuk berkegiatan bersama, teman tipikal merasa bahwa mas Fajar itu teman yang bikin kesal, aneh, dan membebankan.
Dari ungkapan teman-teman, guru merasa bahwa ini belum terbangun sekolah inklusinya, masih membedakan hingga tidak bersedia mengajak dan menggabungkan bahwa mas Fajar ini salah satu teman kelas 6.
Akhirnya dari kami sebagai fasil, mengajak untuk menyadari bahwa teman kita beda-beda, kemampuan masing-masing juga berbeda. Saat kegiatan literasi dengan tujuan pembelajaran menyadari kebutuhan diri dan teman. Anak-anak antusias mengikuti kegiatan tersebut. Mulai dari mengungkapkan kekuatan dan kebutuhan diri sendiri, seperti “kekuatan saya suka berbagi, untuk kebutuhan saya masih suka marah-marah”. Hingga mengungkapkan kebutuhan diri mas Fajar. Mayoritas teman-teman tipikal menilai bahwa mas Fajar itu teman kelas 6 dan bisa diajak bermain maupun berkegiatan bersama.
Alhamdulillah setelah ada kegiatan literasi merefleksikan diri dan teman. Teman tipikal pun berusaha mengajak mas Fajar, seperti mengajak ke kelas untuk berkegiatan (karena awal mula mas Fajar belum bersedia bergabung di kelas). Menghibur mas Fajar saat tantrum, hingga menerima mas Fajar untuk menjadi kelompok game dengan tujuan tentang Khalifah (memimpin diri sendiri dan orang lain). Dengan kelompok mas Wahyu dan mbak Afika, mas Fajar pun bersedia bergabung. Yang pertama game membuat menara dari kertas. Mas Fajar berkontribusi.
Menumpuk kertas meskipun belum terlihat menyusun, tetapi mas Wahyu dan mbak Afika bersedia menerima kerjasama mas Fajar dan tidak langsung marah, memilih dengan memperbaiki lagi. Setelah itu game spons (mengisi air dengan perasan spons dengan dipindah ke wadah lain). Mas Fajar semangat mengikuti dengan berkali-kali dengan memindahkan spons berisi air dari mas Wahyu ke mbak Afika, terlihat mas Fajar memeras spons berisi air saat jalan, sedangkan di game kesepakatannya memenuhi airnya ke wadah ke 2. Kelompok mas Wahyu dan mbak Afika lebih sedikit dari kelompok lainnya. Karena mas Fajar saat memindahkan spons yang berisi air sudah diremas, sehingga airnya berkurang saat berjalan. Tetapi mas Wahyu dan mbak Afika tidak langsung marah karena cara mas Fajar main tidak seperti itu. Yang difokuskan kerjasamanya mas Fajar.
Jika Anda mengalami kendala dalam scrolling, scroll di luar dari area Live Chat yang berwarna hitam.