Temu Pendidik Nusantara XII

Select Language

Indahnya belajar berdiferensiasi melalui Proyek “Karsa Pinasti Nawasena”

Praktik baik Sebelum Direvisi

[revisi_terbaru]

Elaborasi Praktik Baik

Berawal dari kejemuan proses pembelajaran di SD yang rerata mengedepankan hasil belajar berupa nominal angka saja. Hal ini memunculkan ide, sejatinya belajar adalah proses yang menuntun berkembangnya potensi murid sesuai kodrat dan kebutuhan yang berbeda tiap pribadinya. Sebagai seorang “manajer” di satuan pendidikan, kiranya latar belakang inilah yang mendasari pola mekanisme dan konten di Kurikulum Operasional Satuan Pendidikan yang berpihak kepada murid. Menciptakan suasana belajar yang menyenangkan sesuai kekhasan tiap murid dengan berdiferensiasi.

Namun, tak bisa dipungkiri hal tersebut beriringan dengan berbagai tantangan. Berupa paradigma yang masih konvensional melekat di pemikiran guru, belajar adalah calistung. Menentukan ketercapaian dengan hanya melihat hasil akhir, tentunya merupakan temuan di lapangan. Diperparah lagi dengan pemahaman yang terlalu ortodok, orangtua murid menilai hasil belajar itu haruslah dimanifestasikan dengan prestasi berupa peringkat kelas saja, sungguh naif.

Adalah Proyek Karsa Pinasti Nawasena. Menghadirkan pengalaman yang berbeda. Menekankan pada pembelajaran berbasis proyek kolaboratif. Sinergitas antara murid, guru, paguyuban orangtua bahkan komunitas peduli pendidikan di lingkungan sekitar.  Proyek Karsa Pinasti Nawasena ini dilaksanakan secara menyeluruh, dimulai dari kelas 1 s.d 6. Mengakomodir pembelajaran  baik tematik atau parsial dalam bentuk proyek yang diakhiri sesi pergelaran, pementasan atau berupa pameran karya.

Contoh: Proyek Pementasan Ujian Praktik Kelas 6. Proyek ini diawali dengan menentukan tujuan ujian praktik, mencakup semua mata pelajaran yang integratif. Murid menyiapkan materi yang akan menjadi objek garapan (memilih sesuai potensi yang dimiliki) baik secara individu maupun kelompok. Menyusun kepanitiaan pementasan. Mengenal kecakapan Event Organier sederhana. Menentukan jadwal latihan bersama (durasi), menyiapkan properti, estimasi pembiayaan, setting pentas, rundown acara pementasan, undangan, dekorasi dan kebutuhan penunjang lainnya.

Disini guru adalah fasilitator, keterlibatan orangtua sebagai support sytem, komunitas peduli pendidikan sebagai donatur bahkan bisa  menjadi “pamirig” (kelompok pengiring) dalam acara. Di akhir perjalanan Proyek Karsa Pinasti Nawasena, dilakukan evaluasi dan refleksi. Bisa berupa menganalisis instrumen penilaian hasil, format observasi kinerja (selama berproses), instrumen proyek, testimoni dari pihak yang terlibat (audience) juga pembahasan bersama Kepala Sekolah, Guru, Murid dan Orangtua.

Tahap ini sangatlah penting, mengingat evaluasi dan refleksi tentunya harus memberikan arti, mengukur seberapa besar ketercapaian tujuan program. Selain kita melihat proses yang dilalui akan mengasah kecakapan murid, juga poin yang tidak bisa dielakkan pembiasaan baik akan membentuk karakter yang menjiwai. Katakanlah murid akan kolaboratif, kreatif, komunikatif dan berpikir kritis. Proyek Karsa Pinasti Nawasena, menjembatani diferensiasi menjadi suatu warna, pengalaman belajar yang menyenangkan serta sarat akan  kebermaknaan.

 

 

Jika Anda mengalami kendala dalam scrolling, scroll di luar dari area Live Chat yang berwarna hitam.