Listrik merupakan komponen penting dalam menunjang aktivitas sehari-hari, termasuk dalam bidang pendidikan. Dalam kehidupan sehari-hari, kita menggunakan listrik untuk penerangan, menyalakan TV, atau mengisi daya Chromebook. Namun pernahkah kita mengajak siswa untuk memikirkan apakah kita sudah menggunakan listrik dengan bijak?
Kami ingin mendorong siswa untuk lebih sadar akan efektivitas penggunaan listrik di kelas atau sekolah, namun terkadang kami bingung harus mulai dari mana. Apakah membandingkan tagihan listrik bulanan merupakan kegiatan yang bermakna bagi siswa? Ataukah pencatatan penggunaan token listrik di sekolah sudah cukup memberikan dampak bagi mereka?
Menyikapi permasalahan ini, kelas enam SD GagasCeria telah merancang pembelajaran berbasis proyek yang mendorong siswa mengumpulkan data kuantitatif penggunaan listrik di lingkungan SD GagasCeria.
Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan dua alat utama:
- Menggunakan Micro:Bit untuk mengumpulkan data intensitas cahaya di setiap ruangan ketika mendapat penerangan alami dan saat lampu dinyalakan atau dimatikan.
- Menggunakan power meter untuk memeriksa daya (watt) alat elektronik yang tersambung ke sumber listrik namun tidak digunakan. Ketika perangkat elektronik tersambung ke sumber listrik dan masih mengonsumsi listrik, hal ini disebut Energy Vampire.
Setelah siswa memperoleh data intensitas cahaya di setiap ruangan dan mengidentifikasi Energy Vampires, mereka merekomendasikan kepada sekolah tentang cara menggunakan listrik dengan lebih bijak. Beberapa rekomendasinya termasuk menyarankan waktu tertentu untuk menyalakan lampu dan mengidentifikasi perangkat mana yang harus dicabut dari sumber listrik untuk mencegahnya menjadi Energy Vampires. Selain memberikan rekomendasi kepada pihak sekolah, para siswa juga melakukan kampanye di kelas 1-5 untuk mendorong siswa yang lebih muda agar lebih bijak menggunakan listrik di kelas.
