Temu Pendidik Nusantara XII

Select Language

Dampak dari mendengarkan orangtua dan murid

Praktik baik Sebelum Direvisi

[revisi_terbaru]

Elaborasi Praktik Baik

Saya Figurryanto, guru di SMP Prawira Lembang, Bandung Barat.
Tahun 2020, salah satu tahun terberat sekolah kami. Jika diibaratkan film, mungkin seperti film Laskar
Pelangi.
Murid-murid mulai berkurang, puncaknya adalah tahun 2020. Hanya bertahan 10 murid.
Orangtua banyak yang memilih mengajak anaknya bekerja, karena langsung mendapat manfaat berupa
upah untuk melanjutkan hidup.
“Kalau dia sekolah, dia nggak dapat apa-apa. Malah bebannya banyak. Ada PR. Ada ujian. Nggak waktu
bantu saya di rumah.” (dibahasa Sundakan) ujar salah satu orangtua.
Memang kalau saya lihat, salah satu yang membuat motivasi orangtua dan anak yang rendah untuk
bersekolah karena pembelajaran yang menjenuhkan, membosankan. Terlalu berpatok pada buku paket.
Beberapa bahkan sering izin ke belakang, ngantuk saat jam pelajaran.
Selain itu, pelajaran yang dilakukan hanya mencatat, hafalan yang membuat anak dan orangtua merasa
tidak berdampak bagi hidupnya.
Saya juga salah satu guru yang seperti itu,
Ngajar – memberi materi – ceramah – memberi tugas-tugas.
Penurunan jumlah murid yang drastis dan kemungkinan sekolah ditutup jika tidak ada penambahan
murid yang membuat kami mulai sadar, perlu adanya perubahan.
Kami lalu merefleksikan apa yang kami lakukan.
Kami belajar tentang Merdeka Belajar, tentang manajemen kelas, dan banyak hal lainnya.
Kami tersadar bahwa selama ini tidak pernah melibatkan murid dalam merancang pembelajaran. Selama
ini tidak melibatkan ekosistem di sekitar murid.
Dari situ, kami mulai mengubah kelas-kelas kami.
Dimulai dari mengundang orangtua untuk mendengar aspirasi mereka, meminta murid menceritakan
minat dan cita-citanya, mengajak pertemuan masyarakat sekitar untuk lebih bisa terlibat di lingkungan
sekolah.
Hasilnya, banyak program terutama di kelas saya yang lahir.
1. Membuat kebun sekolah
Kebun yang ada sering digunakan untuk integrasi pelajaran oleh guru-guru, sehingga ilmu yang
didapatkan bisa berguna untuk membantu orangtua.

2. Berkunjung dan belajar ke lokasi sekitar sekolah
Anak-anak sering kami ajak belajar di luar sekolah, mengunjungi pabrik, perkebunan, bertamu ke
tokoh masyarakat sekitar.
Dari apa yang kami lakukan, anak-anak mulai senang dalam belajar. Sering menceritakan keseruan,
kesenangan belajar kepada orangtuanya.
Orangtuapun yang tadinya enggan diajak ke sekolah, mulai sering kami libatkan ke sekolah.
Dampaknya, di tahun ajaran setelahnya yang tadinya 10 murid, bertambah menjadi 25 murid.
Ternyata sesederhana mendengarkan suara orangtua, suara murid dan melibatkan mereka bisa
berdampak banyak.

Jika Anda mengalami kendala dalam scrolling, scroll di luar dari area Live Chat yang berwarna hitam.